Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

“Teori Komunikasi Massa”

Disusun Oleh

Ataline Jeanethe Maya Hukubun


19208014

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya kami masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dengan
judul “Teori Komunikasi Massa” tepat pada waktunya. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan
agar kita dapat mengetahui perkembangan teori komunikasi massa dan implikasinya terhadap
transmisi budaya. Penyelesaian karya tulis ini juga bersumberkan dari beberapa referensi,
seperti dari internet yaitu dari google, ebook, dan dari pengetahuan yang kami miliki seputar
topik ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai penyempurnaan
karya tulis ini.

Tondano, 14 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Pengertian Transmisi Budaya.........................................................................................6
B. Kaitan Transmisi Budaya Dengan Komunikasi Massa...................................................7
C. Contoh Argumentasi Pakar Tentang Transmisi Budaya Melalui Media Massa.............8
D. Konteks Transmisi Budaya Dalam Isu Media Sosial......................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
REFERENSI...........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Global Village atau desa global menjadi suatu keniscayaan kemunculannya.
Akibatnya, setiap kejadian yang ada di suatu negara dalam beberapa saat bisa
diketahui oleh masyarakat seluruh dunia. Bahkan berbagai warisan ilmu pengetahuan
pada ratusan atau ribuan tahun yang lalu bisa dinikmati masyarakat dewasa ini.
Pertanyaannya adalah mengapa itu semua bisa terjadi? Jawaban kongkritnya adalah
karena ada peran media massa (radio, televisi, surat kabar, majalah, internet, buku).
Bahkan bisa dikatakan, hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa. Mulai
bangun tidur sampai mau tidur lagi. Pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa.
Betapa media massa sedemikian hebat dan kuatnya dalam mempengaruhi manusia.
Hidup manusia pun akan sangat bergantung pada media massa. Bahkan
masyarakat yang terkenal religius pun tidak perlu lagi belajar kepada para pemuka
keagamaan, mereka bisa belajar sendiri lewat media massa. Berbagai kebutuhan
sehari-hari juga dipilihkan oleh media massa. Media massa telah menjadi faktor
penentu kehidupan manusia ini. Ini sekedar sekelumit keampuhan media massa.
Berbagai aspek yang melekat pada media massa, beserta kelebihan dan
kekurangannya sudah selayaknya menjadi perhatian utama kajian masyarakat.
Bagaimana proses media massa terjadi, bagaimana media massa membentuk perilaku
masyarakat, bagaimana media massa mendorong kemajuan sampai bagaimana media
massa (maaf) memerosokkan derajat kemanusiaan seseorang melebihi binatang
menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian serius. Itu semua bisa dikaji dalam
buku Pengantar Komunikasi Massa ini. Sebagaimana diketahui, komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (modern). Jadi, membahas komunikasi
massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses
komunikasi massa itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transmisi budaya?
2. Bagaimana kaitan transmisi budaya dengan komunikasi massa?
3. Beri contoh argumentasi pakar tentang transmisi budaya melalui media massa!
4. Bagaimana konteks transmisi budaya dalam isu media sosial?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan transmisi budaya.
2. Mendeskripsikan kaitan transmisi budaya dengan komunikasi massa.
3. Memberikan contoh argumentasi pakar tentang transmisi budaya melalui media
massa.
4. Mendeskripsikan konteks transmisi budaya dalam isu media sosial.

D. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian transmisi budaya.
2. Untuk mengetahui kaitan transmisi budaya dengan komunikasi massa.
3. Untuk mengetahui contoh argumentasi pakar tentang transmisi budaya melalui
media massa.
4. Untuk mengetahui konteks transmisi budaya dalam isu media sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transmisi Budaya


Awal mula berkembangnya ilmu komunikasi pada dasarnya tidak terlepas dari
para pemikir bidang ilmu tersebut beserta paradigm yang telah dibangun. Terdapat
sebuah paradigma yang amat berpengaruh dan dominan dalam ilmu komunikasi yang
dikenal dengan sebutan paradigma transmisi atau sering disebut juga sebagai rezim
transmisi. Rezim komunikasi sebagai transmisi berporoskan pada filsafat pengetahuan
John Locke, yang kemudian mendapat artikulasi dan elaborasi dalam teori-teori
Claude Shannon, Warren Weaver, dan Norbert Wiener. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia transmisi dapat diartikan sebagai pengiriman (penerusan) pesan dan
sebagainya dari seseorang kepada orang (benda) lain.
Sedangkan budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa Yunani)
yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan tanah, manusia mulai hidup
sebagai penghasil makanan atau food producing (Farhan, 2021). Geert Hofstede
sebagaimana dikutip dalam Farhan (2021) mendefinisikan budaya sebagai
pemograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota suatu kategori orang
dengan kategori lainnya. Geert juga menyebutkan bahwa nilai-nilai adalah inti suatu
budaya, sedangkan simbol-simbol merupakan manifestasi budaya paling dangkal,
sedangkan pahlawan dan ritual berada di antara lapisan luar dan lapisan dalam model
budaya tersebut. Sementara itu, Trenholm dan Jensen mendefinisikan budaya sebagai
seperangkat nilai, kepercayaan, norma, adat-istiadat, aturan dan kode yang secara
sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang, mengikat satu sama lain dan
memberi kesadaran bersama. Inti dari budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta
karsa dan rasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa transmisi budaya merupakan salah satu fungsi
komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi
budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang
mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat
dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Di dalam tingkatan kontemporer,
media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu
memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan faktor
yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara
serempak pengukuh status quo dan mesin perubahan. Sementara itu, secara historis
umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari
sekarang untuk membimbingnya ke masa depan. Transmisi budaya merupakan
penerusan kebudayaan dari generasi ke generasi atau yang diturunkan secara turun
temurun kepada anak, cucu cicit (keturunannya). Namun, kebudayaan ini tidak hanya
pada keturunannya saja, dapat juga diturunkan kepada anggota masyarakat lain yang
ingin mempelajari dan mendalami suatu kebudayaan itu sendiri. Transmisi budaya
juga didefinisikan sebagai proses dimana unsur-unsur budaya, dalam bentuk sikap,
nilai, kepercayaan, dan sikap perilaku, diteruskan dan diajarkan kepada individu dan
kelompok.

B. Kaitan Transmisi Budaya Dengan Komunikasi Massa


Transmisi budaya dan komunikasi massa memiliki keterkaitan yang sangat
erat, di mana salah satu fungsi yang penting dalam komunikasi adalah transmisi
budaya, ia tidak dapat terelakkan dan akan selalu hadir dalam berbagai bentuk
komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Melalui individu
komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif kelompok, publik, berbagai
jenis audience dan individu dari suatu massa. Hal ini merupakan pengalaman kolektif
yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media
massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan, dan masyarakat. Warisan kemudian
adalah dampak akumulasi budaya dan masyarakat sebelumnya yang telah menjadi
bagian dari hak asasi manusia. Hal itu ditransmisikan oleh individu, orang tua, kawan
sebaya, kelompok primer atau sekunder, dan proses pendidikan (Karim, 2015).
Transmisi budaya kaitannya dengan media merupakan salah satu fungsi media
untuk memastikan penyebarluasan atau mendistribusikan nilai-nilai dan norma terkait
dengan kearifan lokal pada setiap daerah. Contohnya film atau animasi yang sangat
populer di kalangan anak-anak yakni Upin dan Ipin, Laptop Si Unyil, dll. Dari film
tersebut terdapat banyak sekali transmisi budaya dan akulturasi dari berbagai daerah.
Hal tersebut bisa dilihat dari tokoh-tokoh pemeran animasi Upin dan Ipin, misalnya
tokoh Mei-Mei yang berasal dari Cina, Jarjit yang berasal dari Hindia, dan Susanti
yang berasal dari Indonesia. Meskipun berasal dari berbagai daerah yang berbeda-
beda, transmisi budaya mereka dapat disatukan melalui komunikasi massa.
Contoh film animasi lainnya yakni Raya and the Last Dragon. Dari film
animasi tersebut juga terdapat perpaduan budaya yang sangat banyak dari Indonesia.
Misalnya:
a. Keris, bentuk pedang senjata tradisional keris yang sudah diakui oleh UNESCO
sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
b. Simbol buto ijo, terdapat adegan Ayah Raya yang muncul dengan sebuah topeng
berwarna hijau, berwajah seram serta memiliki taring yang panjang yang mirip
dengan simbol Buto Ijo.
c. Pencak silat, bela diri yang ditekuni oleh Raya sedari kecil mirip dengan jurus
gerakan bela diri tradisional Indonesia yaitu Pencak Silat.
d. Rumah gadang, Kumandra yang terpecah menjadi lima suku, Fang adalah salah
satu suku yang memiliki bangunan tradisional yang terinspirasi dari Rumah
Gadang khas Padang, Sumatera Barat.
e. Gamelan, dalam film terdapat suara gamelan yang merupakan musik tradisional
khas Indonesia.
f. Batik, dalam film terdapat adegan beberapa warga yang sedang membatik.
Adegan tersebut sangat jelas memperlihatkan seseorang yang tengah membuat
pola diatas kain menggunakan canting.

C. Contoh Argumentasi Pakar Tentang Transmisi Budaya Melalui Media Massa


a. Menurut Alo dalam bukunya Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya
membenarkan sebuah hipotesis proses komunikasi antarbudaya, bahwa semakin
besar derajat perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula kita kehilangan
peluang untuk merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang
efektif. Jadi harus ada jaminan terhadap akurasi interpretasi pesan-pesan verbal
maupun non verbal. Maksudnya adalah ketika kita bertemu dengan orang dari
budaya yang berbeda maka akan ada banyak perbedaan dari berbagai hal yang
mengakibatkan terjadinya ketidakpastian untuk mencapai komunikasi yang
efektif.
b. Menurut data dari laporan Perusahaan Informasi dan Pengukuran Global Nielsen
pada tahun 2020 sebagaimana dikutip dalam Wazis (2022), mengeluarkan hasil
risetnya bahwa di Indonesia, pembaca media online digital lebih banyak daripada
media cetak. Hal ini menunjukkan bahwa relasi media dan efek komunikasi
terhadap transmisi budaya yang paling nyata adalah perkembangan konsumen
(pembaca, audiens, pemirsa) yang dinamis.
c. Menurut M. Chafee dalam Wazis (2022) efek kehadiran media massa dalam aspek
sosial berkaitan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari
kehadiran media massa. Misalnya, kehadiran televisi dapat meningkatkan status
sosial seseorang. Kehadiran televisi di Kelurahan Desa akan mempengaruhi
proses sosialisasi masyarakat pedesaan. Kehadiran antene parabola di perkotaan
juga membentuk jaringan interaksi sosial yang baru. Orang yang memiliki antene
parabola akan menjadi pusat jaringan sosial yang menghimpun tetangga
sekitarnya yang seideologi.
d. Stanley J. Baran sebagaimana dikutip dalam Wazis (2022) menggambarkan
televisi mempengaruhi budaya dengan cara yang tidak terhitung banyaknya. Salah
satu dampaknya telah mendorong kekerasan dalam masyarakat. Misalnya,
penonton televisi pada berita televisi lokal yang memiliki proposisi kekerasan
terbesar dalam berita malam. “Jika berdarah, maka akan memimpin” telah
menjadi moto dari banyak berita televisi, ini terjadi karena orang-orang
menontonnya. Walaupun banyak yang mengutuk kinerja media, mengidentifikasi
ketidaklayakan, menyatakan efek merugikan, jarang mempertanyakan peran diri
sendiri dalam proses komunikasi massa. Hal tersebut diabaikan karena kita
berpartisipasi dalam komunikasi massa secara alami, hampir tanpa upaya sadar.

D. Konteks Transmisi Budaya Dalam Isu Media Sosial


Menurut Jampel dkk., (2016) transmisi budaya dalam hal-hal tertentu dapat
disamakan dengan pewarisan budaya yaitu suatu usaha untuk menyampaikan
sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan pegangan dalam meneruskan
estafet kebudayaan. Perbedaan budaya mengakibatkan perbedaan norma-norma
sosial. Sementara cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat yang disampaikan
turun-temurun, dapat memberi petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah
laku dalam masyarakat (Halik, 2013). Konteks transmisi budaya dalam isu media
sosial sangat kita rasakan implikasinya bahkan secara tidak sadar hal-hal yang berasal
dari media sosial telah mengubah kebudayaan dalam diri kita. Implikasi dari hal
tersebut bagaikan dua mata pisau yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dampak positifnya kita bisa menciptakan kemajuan dalam bidang-
bidang seperti pendidikan dan kesehatan yang merupakan efek dari media sosial
terhadap transmisi budaya. Sedangkan dampak negatifnya justru ada kebiasaan-
kebiasaan baik yang telah hilang akibat dari efek media sosial terhadap kebudayaan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehadiran media massa sangat penting dalam kehidupan manusia. Media
dibutuhkan karena berfungsi sebagai sarana pemberian informasi kepada khalayak
melaui berita-beritanya. Hanya saja bagi institusi media massa, informasi yang
disampaikan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepentingan dan ideologi yang
bisa mempengaruhi persepsi khalayak dalam memahami isi beritanya. Pembingkaian
pemberitaan oleh media menjadi hal yang biasa, karena setiap media memiliki sudut
pandangnya masing-masing dalam mengkonstruksikan realitasnya. Untuk itu kita
sebagai generasi muda, lebih cermat lagi dalam melihat perubahan atau transmisi
yang terjadi akibat dari efek media sosial terhadap faktor kebudayaan. Agar kita tetap
mengikuti perkembangan yang ada, namun tidak meninggalkan nilai-nilai kebudayaan
yang telah tumbuh dan ada sedari kita kecil.

B. Saran
Demikian karya tulis ilmiah yang saya buat, semoga dengan adanya karya
ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca tentang
konsep “Teori Komunikasi Massa”.
REFERENSI

Farhan, M. (2021). Diktat Komunikasi Lintas Budaya. Jember: LP2M IAIN. Diakses 08 Mei
2023,dari http://digilib.uinkhas.ac.id/14171/1/DIKTAT
%20KOMUNIKASI_FARHAN.pdf.
Halik, A. (2013). Komunikasi Massa. Makassar: AU Press. Diakses 08 Mei 2023, dari
https://repositori.uin-alauddin.ac.id/338/1/KOMUNIKASI%20MASSA%20full.pdf.
Jampel, I. N., Sudhita, I. W. R., & Suartama, I. K. (2016). Komunikasi Massa. Singaraja:
DIPA FIP Undiksha. Diakses pada tanggal 08 Mei 2023, dari
https://www.researchgate.net/publication/337136945_Komunikasi_Massa.
Karim, A. (2015). Komunikasi Antar Budaya di Era Modern. AT-TABSYIR: Jurnal
Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 3, No. 2, 319-338. Diakses pada tanggal 08 Mei
2023, dari https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/komunikasi/article/download/
1650/1486.
Linimassa. (2022). Pendidikan Sebagai Proses Transmisi Sosial Budaya (Studi Pustaka).
Diakses pada tanggal 08 Mei 2023, dari https://linimassa.id/pendidikan-sebagai-
proses-transmisi-sosial-budaya-studi-pustaka/.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Diakses pada
tanggal 08 Mei 2023, dari https://eprints.umm.ac.id/36268/2/Pengantar
%20Komunikasi%20Massa.pdf.
Springer Link. (2011). Cultural Transmission. Diakses pada tanggal 08 Mei 2023, dari
https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007/978-0-387-79061-9_755.
Syifaastasia. (2016). Filsafat Komunikasi; Paradigma Transmisi sebagai “normal science”.
Diakses pada tanggal 08 Mei 2023, dari
https://syifaastasia.wordpress.com/2016/02/09/filsafat-komunikasi-paradigma-
transmisi-sebagai-normal-science/.
VIVA. (2021). Melihat Kebudayaan Indonesia pada Film Raya and the Last Dragon.
Diakses pada tanggal 08 Mei 2023, dari
https://www.viva.co.id/amp/vstory/entertainment-vstory/1390164-melihat-
kebudayaan-indonesia-pada-film-raya-and-the-last-dragon?page=1.
Wazis, K. (2022). KOMUNIKASI MASSA: Kajian Teoritis dan Empiris. Jawa Timur: UIN
KHAS Press. Diakses 08 Mei 2023, dari http://digilib.uinkhas.ac.id/17996/1/2022-
BUKU%20KUN%20WAZIS-KOMUNIKASI%20MASSA UIN%20KHAS
%20JEMBER.pdf.

Anda mungkin juga menyukai