PENDAHULUAN
Identitas merupakan sesuatu yang mutlak yang harus dimiliki setiap orang, bahkan
sebagai suatu negara pun harus memiliki identitas.
Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan
identitas nasional, apa saja unsur-unsur pembentuknya, dan bagimana cara agar suatu
bangsa dapat mempertahankan Identitas Nasionalnya.
1.2 TUJUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
Jadi, identitas individu adalah identitas atau jati diri yang dimiliki oleh
seseorang yang ia dapat sejak ia lahir maupun dari ia proses interaksi dengan orang
yang lain. Identitas yang dimiliki oleh seseorang tidaklah hanya satu tapi lebih dari
satu. Jumlah identitas yang dimiliki oleh seseorang akan berbeda dengan jumlah
identitas yang dimiliki orang lain.
Sebagian besar dari sosiologi mempunyai konsep yang sama tentang identitas
kolektif, yaitu bagaimana setiap individu dapat menjalin kerja sama yang baik dan
mempertahankan kerekatan antar sesama mereka. Setiap individu dari suatu kelompok
cenderung mencontoh bangunan identitas bersama yang mereka bangun secara
bersama. Setiap orang dari mereka dilengkapi oleh idetitas individu orang lain.
2
Dengan kata lain, sering terjadi perjanjian atau hubungan sosial antara satu individu
dengan individu yang lain atau dengan istilah Robinson Crusoe unsur di dalam teori-
teori.
Atribut adalah segala sesuatu yang terseleksi, baik disengaja maupun tidak,
yang berguna untuk mengenali identitas atau jati diri seseorang atau sesuatu gejala.
Atribut ini bisa berupa ciri-ciri yang menyolok dari bendda atau tubuh orang, sifat-
sifat seseorang, pola-pola tindakan atau bahasa yang digunakan. Corak identitas
seseorang itu ditentukan oleh atribut-atribut yang digunakan, yaitu supaya dilihat dan
diakui oleh cirinya oleh para pelaku yang dihadapi dalam suatu interaksi, agar
iddentitas dan peranan seseorang tersebut diakui dan masuk akal bagi pelaku yang
terlibat dalam interaksi tersebut. Ada identitas yang tidak dapat diubah, walaupun
dapatditutupi untuk sementara, dan adaidentitas yang dapat dengan mudah diubah
dengan cara memanipulasi atau mengaktifkan sejumlah atribut yang diperlukan untuk
tujuan tersebut (Suparlan, 1999, 3).
3
Ada atribut-atribut yang dapat diatur dan dimanipulasi untuk sesuatu
kepentingan peranan yang dijalankan dalam suatu interaksi, dan ada pula atribut-
atribut yang tidak dapat dengan begitu saja diatur atau dimanipulasi karena
diperolehnya bersam dengan kelahirannya atau diperolehnya sebagai suatu yang
primoldial atau yang pertama dan utama melalui sosialisasi dan enkulturasi pada
tahap-tahap pertama dalam kehidupannya sebagai manusia. Upaya memanipulasi
suatu atribut yang primordial biasanya tidak mudah dilakukan oleh pelaku bila
perubahan tersebut bertentangan dengan keyakinan-keyakinan yang dipunyai
mengenai konsep apa yang benar dan salah atau yang sepantasnya dan tidak
sepantasnya. Atribut-atribut diatur dan dimanipulasioleh seorang pelaku untuk
menciptakan suatu kesan yang dikenal dan diakui oleh pelaku lainnya dalam
berhubungan dengan orang lain sesuai dengan yang dikehendakinya (Sulparlan,
1999).
Yang dimaksud dengan pluralitas bangsa disini adalah bahwa dalam suatu
negara memilikibermacam suku, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Leo Suryadinata (1999: 150) bahwa Indonesia
adalah negara yang multietis dan multi agama. Indonesia dikatakan sebagai bangsa
yang plural, karena Indonesia memiliki berbagai macam suku, agama, bahasa dan
budaya.
4
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askriptif ( ada sejak
kelahiran), yang sama coraknya dengan gollongan umur dan jenis kelamin.
Kekhususan dari suku bangsa dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya,
yaitu: diperoleh secara askriptif atau didapat begitu saja bersama dengan
kelahirannya, muncul dalan interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh warga
suku bangsa yang bersangkutan dan diakui oleh suku bangsa lainnya. Merupakan ciri-
ciri yang umum dan mendasar berkenaan dengan asal mila manusia, yang digunakan
sebagai acuan bagi identitas atau jati diri pribadi atau kelompoknnya yang tidak dapat
dengan seenaknya di buang atau ditiadakan, walaupun dapat disimpan atau tidak
digunakan dalam iteraksi berlaku. Karena ciri-ciri tersebut melekat seumur hidup
bersamaan dengan keberadaannya sejak lahir (Barth 1969: 9-38 dan Suparlan, 1999).
Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis yang
menggunakan tidak kurang dari 300 dialek. Populasi penduduk Indonesia sekarang ini
diperkirakan 210 juta. Dari jumlah tersebut diperkirakan 50%nya beretnis jawa.
Mereka adalah kekuatan dominan dalam birokrasi, militer, dan politik Indonesia. Tiga
orang mantan presiden Indonesia , hanya satu orang saja yang bukan orang jawa.
Kira-kira 75% posisi pengambil keputusan didalam militer Indonesia berada di tangan
orang Jawa. Kampung halaman orang Jawa adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Etnis Sunda juga ditemukan di Jawa ( Jawa Barat), tapi jumlah mereka hanya 14,5%
dari populasi keseluruhan bangsa Indonesia. Indonesia adalah salah satu dari negara di
dunia ini yang memiliki banyak suku bangsa, bahasa, agama dan budaya. Oleh karena
itu, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang rawan terjadi disintegrasi bangsa.
2.5 Agama
5
Islam. Tapi menurut Geertz (1959: 126-130) dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
kelompok abangan (kejawen atau agamijawi) dan santri. Kelompok yang pertama
disebut bersifat sinkretis dalam kepercayaannya dan sering juga disebut sebagai
muslim nominal. Kuatnya pengaruh unsur-unsur agama Hindu dan Jawa sering
membedakan mereka dari yang lebih islam dalam kepercayaan dan praktek-praktek
agama mereka. Kaum abangan percaya kepada Allah, tetapi mereka juga menyembah
Dewa/Dewi Hindu seperti Batara Kala ( Dewa kematikan dan waktu ) dan Dewi Sri
( Dewi Padi). Mereka juga mempercayai mahluk halus dan kekuatan gaib, misalnya
pohon beringin yang mereka anggap sebagai tempat tinggal dari mahluk halus,
sedangkan keris dan gamelan (alat musik orang Jawa) sering memiliki kekuatan-
kekuatan adikodrati.
Karena Indonesia merupakan negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak gejala
disintegrasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini menelibatkan agama sebagai faktor
penyebabnya. Kasus Ambon yang sudah memakan waktu lebih dari satu tahun,
seringkali diisukan sebagai pertikaian antar dua kelompok agama meskipun isu ini
belum tentu benar. Akan tetapi, isu agama adalah salah satu isu yang mudah
menciptakan konflik.
Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama adalah
perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada (Franz
Magnis Suseno, 1995: 174). Menghormati berarti mengkui secara positif dalam
agama dan kepercayaan orang lain. Berarti mampu juga belajar satu sama lain.
6
Sikap saling menghormati dan menghargai, dapat memungkinkan orang dari
agama-agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi membangun yang sesuai
dengan martabat yang diterima manusia dari Tuhan. Solidaritas dengan orang-orang
kecil, miskin, lemah dan menderita, keadilan sosial, pembebasan dari penindasan,
pemerkosaan dan perwujudan kehidupan yang lebih demokratis, adalah hal-hal yang
dapat dilakukan oleh agama-agama secara bersama-sama, untuk tujuan pembangunan
bangsa.
2.6 Bahasa
7
orang Batak di Medan tidak mau membeli koran yang diterbitkan dalam bahasa
Batak.
Diterimanya bahasa nasional oleh para tokoh nasional sebelum dan sesudah
PD II membantu berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada
saat itu disebut bahasa nasional belum digunakan untuk menyebut bahasa Indonesia.
Pada tahun 1928, ketika berlangsung Kongres PemudaIndonesia kedua di Jakarta,
kaum nasionalis Indonesia yang ‘sekuler’ dari berbagai wilayah berhasil merumuskan
8
Sumpah Pemuda yang sangat terkenal itu, yang menyatakan bahwa mereka adalah
bahasa Indonesia berbahasa yakni satu yakni bahasa Indonesia dan bertanah air satu
tanah air Indonesia. Setelah mengucap Sumpah Pemuda tersebut, ditetapkanlah lagu
kebangsaan dan bendera kebangsaan. Sejumlah organisasi Islam menolak
menandatangani sumpah tersebut karena kebangsaan yang dianjurkan kaum nasionalis
adalah kebangsaan yang ‘sekuler’. Namun, setelah perang tampaknya secara diam-
diam mereka menyetujui simbol-simbol kebangsaan ini, kecuali kaum muslimin
radikal yang berupaya mendirikan sebuah negara islam.
Ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau sistem niali yang
menyeluruh dan mendalam yang mempunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat
tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi
mereka.
Ideologi juga dilihat pada sasarannya sebagai suatu cara berfikir yang menjelaskan
kepentingan dan pandangan istimewa suatu kumpulan sosial tertentu. Ideologi selalu
dipengaruhi oleh sosioekonomi sesuatu kumpulan. Ideologi timbul karena kehendak
nurani manusia untuk membentuk peraturan intelektual di dalam masyarakat manusia.
9
Ideologi harus mempunyai fleksibilitas yaitu membuka dirnya untuk
diinterpretasikan kembali dari waktu ke waktu sesuai dengan proses perkembangan
masyarakat dan kemajuan masyarakat.
Apabila kita teliti secara seksama, pada dasarnya banyak ideologi, termasuk
ideologi pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang membuka jalan bagi lahirnya
interpretasi baru. Kenyataan ini antara lain menunjukkan bahwa mereka yang
melahirkan ideologi ini dulu secara jujur mengakui keterbatasan-keterbatasan
pemikiran mereka untuk mampu memberikan pengertian dan analisa yang final, yang
dapat dipakai secara terus-menerus. Mereka tampaknya mengakui bahwa visi mereka
tak mampu menjangkau perkembangan apayang akan terjadi di kemudian hari. Oleh
sebab itu dengan memberikan peluang seperti diatas, berarti mereka memberikan
kesempatan bagi generasi baru untuk memperbaiki atau menyempurnakannya, atau
kalau perlu menukarnya sama sekali dengan yang baru (Alfian, 1978: 191).
Menurut Alfian (1978: 193) ada tiga dimensi yang dapat dipakkai untuk
melihat dan mengukur kualitas suatu ideologi, yaitu kemampuannya mencerminkan
realita yang hidup dalam masyarakat, mutu idealisme yang dikandungnya, dan sifat
fleksibilitas yang dipunyainya. Ketiga-tiganya, walaupun dapatditelitisecara sendiri-
sendiri, tetap saling berkaitan. Suatu ideologi dapat mengalami krisis bilamana salah
satu atau dua atau ketiganya dari dimensi ini menunjukkkan kelemahan-kelemahan.
Dalam uraian diatas masalah krisis ideologi ini lebih banyak disoroti melalui dimensi
fleksibilitasnya.
Jenis-jenis ideologi
1. Liberalisme
Dalam liberalisme ini, niali yang tertinggi terletak pada individu yang
otonom. Dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan manusiawi yang
dimiliki, akal mempunyai peranan yang cukup tinggi, kebebasan individu
10
tidak boleh dihalang-halangi. Hasil yang terbaik dari manusia adalah
bagaimana kita dapat menghilangkan hambatan-hambatan bagi kebebasan
individu, dan membiarkannya mengejar kepentingannya sendiri tanpa
mendapat halangan apapun. Meskipun demikian menurut ideologi Liberalisme
ini, kekuasaan juga diperlukan, karena manusia tidaklah sempurna. Kekuasaan
itu haruslah terletak di tangan negara yang melindungi orang-orang, sehingga
kebebasan mereka tidak terhambat oleh kekerasan atau tindakkan lain yang
jahat.
2. Radikalisme
3. Konservatisme
11
individualisme yanng merusak, reformasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknik, kepercayaan pada diri sendiri yang tak terbatas yanng hanya merupakan
pertanyaan kecongkakan yang tidak pada tempatnya . Pendek kata, kaum
Konservatif sama sekali tidak suka kepada masyarakat indusri modern. Sedangkan
masyarakat zaman pertengahan merupakan masyarakat ideal mereka. Mereka
sangat membela segala-galanya yang ditolak oleh kaum Revolusioner dan oleh
para filsuf pencerahan.
2.8 Integrasi
12
Integrasi kebudayaan berati penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan
mengenai berapa unsur kebudayaan ( cultural traits ) mereka, yang berbeda atau
bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (
harmonious ). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran), dimana-mana unsur
kebudayaan baru diserap kedalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan
konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah
konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-unsur kebudayaan baru
dam lama. Inilah yang disebut sebagai integrasi sosial (James Danandjaja, 1999: 14).
2.9 Asimilasi
13
Jadi, penegasan identitas nasional tidakah mesti menegaskan identitas lokal,
karena hal itu merupakan tindakan yang berlawanan dengan nilai-nilai luhur
demokrasi yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi setiap insan dan sebagai
ruang bagi terciptanya interaksi antar kelompok secara alami. Apa lagi dengan
pancasila sebagai asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui slogannya
“Bhinneka Tunggal Ika” secara teoritis bukan hanya mengakomodasi keragaman
identitas lokal melainkan juga mendorong semua warga negara untuk bersama-sama
mewujudkan tujuan dan kepentingan bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur.
Upaya untuk mewujudkan integrasi nasional adalah setali tiga uang dengan
upaya membangun kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk itu dibutuhkan sejumlah
langkah-langkah strategis yang dapat mendorong berbagai-bagai macam bentuk
perbedaan bangsa ini untuk saling berdialog dan berdampingan hidup secara
harmonis. Salah satunya adalah dengan mulai menghentikan penggunaan klasifikasi
seperti mayoritas-minoritas, penduduk asli-pendatang, dan pribumi-nonpribumi,
lebih-lebih yang dimaksudkan untuk tujuan dan kepentingan politis.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Identitas memiliki arti yakni ciri, tanda yang melekat pada sesuatu hal
yang mana hal tersebut mampu dibedakan dengan suatu hal yang lain. Dalam
konteks Antropologi, identitas diartikan sebagai sifat khas yang menerangkan
dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok
sendiri atau negara sendiri. Sedangkan kata nasional dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, merupakan identitas yang melekat pada kelompok
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan – kesamaan, baik fisik
seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita –
cita dan tujuan.
Dalam konsep berbangsa dan bernegara Indonesia, identitas nasional
berarti hasil dari perjalanan sejarah suatu budaya, kebiasaan , serta beragam
nilai nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia dari masa lampau yang seiring
berjalannya waktu terhimpun menjadi kesatuan yang disebut dengan Bhineka
Tunggal Ika. Identitas nasional bukan berarti hanya dalam konteks
berbudayanya saja namun juga wujud fisik dari bangsa tersebut, misalnya
identitas fisik bangsa Indonesia seperti ukuran tubuh, warna kulit, bentuk
wajah, dsb.
Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang statis, dimana dalam
pembentukannya identitas merupakan hasil dari penghimpunan seluruh nilai
nilai dan budaya yang dianut bangsa ini dari masa ke masa. Berarti identitas
nasional bisa menjadi sesuatu yang dinamis sesuai dengan perkembangan
jaman. Karena identitas nasional dapat berubah seiring waktu.
15
Dengan dinamisnya suatu identitas nasional maka dapat dilihat
sekarang bangsa Indonesia mengalami krisis identitas nasional. Dimana rasa
nasionalisme mulai memudar, bahkan ada kencenderungan tidak lagi
mempercayai dasar dasar yang membentuk bangsa ini. Nasionalisme
merupakan suatu situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total
diabdikan kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa. Untuk menjaga
suatu identits nasional, rasa nasionalisme harus selalu ditegakkan karena
nasionalisme yang kuat akan membentuk negara yang kuat menghadapi
gejolak yang terjadi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi bukan berarti menjadi suatu bangsa yang menutup
diri akan tetapi menjadi negara yang mampu memilih kebudayaan yang masuk
di Indonesia nantinya akan berdampak buruk bagi Indonesia atau tidak. Serta
mampu mempertahankan kebudayaan kebudayaan yang mungkin akan
direnggut oleh bangsa lain seperti yang terjadi dewasa ini.
16
b. Political Unity
Political Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsa-negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa
tersebut untuk bernegara namun dewasa ini negara yang relatif homogen
yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara baru
perlu menciotakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang di
sebut juga sebagai identitas nasional. Identitas kebangsaan merupakan
kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya. Identitas kebangsaan
bersifat buatan, sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas
nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional,
bendera nasional dan ideologi nasional.
17
Bangkitnya kesadaran bangsa Indonesia ditandai dengan tumbuhnya
berbagai organisasi pergerakan antara lain : Budi Utomo, Sarikat Islam,
Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia.
a. Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kclompok
etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
b. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu
Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi
sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihapuskan.
c. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia.
a. Globalisasi
b. Perkembangan Teknologi
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Dan yang terpenting, satu hal yang ingin kami tekankan di dalam
pengerjaan tugas Presentasi dan ugas makalah ini adalah, jangan biarkan
Negara Indonesia yang kita cintai ini luntur Indentitas atau ciri khasnya
dengan perilaku kita yang tidak menghargai budaya kita masing-masing.
20
Mulailah dengan hal yang paling sederhana, seperti saling menghormati
budaya satu sama lain, atau dengan mencintai produk buatan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
21