Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Identitas merupakan sesuatu yang mutlak yang harus dimiliki setiap orang, bahkan
sebagai suatu negara pun harus memiliki identitas.

Identitas dibutuhkan untuk menjadi trademark suatu negara. Maksudnya,


mempunyai cirri tertentu yang mungkin tidak dimiliki oleh bangsa lain. Sebagai
negara kepulauan dan memiliki keanekaragaman budaya, bagi negara Indonesia
indentitas nasional merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki terlebih jika melihat
keadaan dunia masa kini karena adanya globalisasi yang siap merenggut nilai-nilai
asli bangsa Indonesia dan memudarnya rasa nasionalisme warga negaranya. Bahkan,
pencurian kebudayaan juga kerap terjadi karena lemahnya kepedulian bangsa
Indonesia terhadap budaya negara sendiri.

Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan
identitas nasional, apa saja unsur-unsur pembentuknya, dan bagimana cara agar suatu
bangsa dapat mempertahankan Identitas Nasionalnya.

1.2 TUJUAN

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan


tentang identitas nasional bangsa Indonesia dan dapat mengubah pola pikir para
pembaca agar lebih menunjukkan perilaku yang tercermin dalam identitas negara.

1.3 RUMUSAN MASALAH


 Apa pengertian dari identitas nasional ?
 Bagaimana karakter identitas nasional ?
 Bagaimana sejarahnya dari identitas nasional ?
 Apa saja unsur-unsur identitas nasional ?
 Bagaimana cara agar dapat mempertahankan identitas nasional?
 1Apa saja yang dapat melunturkan identitas nasional?

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Identitas individu

Dalam beberapa hal identitas individu adalah penting dalam memahami


keikutsertaan pergerakan sosial. Identitas individu berkaitan dengan keseluruhan ciri-
ciri tentang seseorang, dan ia juga dibentuk melalui interaksi biologi (bersifat
jasmani) dan kehidupan sosial.

Jadi, identitas individu adalah identitas atau jati diri yang dimiliki oleh
seseorang yang ia dapat sejak ia lahir maupun dari ia proses interaksi dengan orang
yang lain. Identitas yang dimiliki oleh seseorang tidaklah hanya satu tapi lebih dari
satu. Jumlah identitas yang dimiliki oleh seseorang akan berbeda dengan jumlah
identitas yang dimiliki orang lain.

2.2 Identitas kolektif

Konsep mengenai identitas kolektif merujuk pada pengakuan terhadap makna


keanggotaan atau makna kebersamaan, batas-batas dan aktivitas-aktivitas dalam suatu
kelompok. Menurut Melucci (1985), identitas kolektif ( identitas bersama atau
kelompok) adalah suatu interaksi (saling mempengaruhi) antara individu yang satu
dengan individu yang lainnya dalam suatu kelompok dan melakukan tindakan setra
perbuatan secara bersama-sama, untuk tujuan bersama dalam suatu kelompok.
Identitas kolektif itu dibangun secara bersama, dan keterkaitn kepentingan itu dengan
lingkungannya. Dengan proses interaksi, kita membangun kebersamaan dalam suatu
kelompok. Jadi identitas kolektif itu adalah identitas yang dimiliki oleh anggota-
anggota kelompok yang mereka bangun melaluiinteraksi, sesama anggotanya dan
untuk kepentingan bersama atau untuk kepentingan kelompok.

Sebagian besar dari sosiologi mempunyai konsep yang sama tentang identitas
kolektif, yaitu bagaimana setiap individu dapat menjalin kerja sama yang baik dan
mempertahankan kerekatan antar sesama mereka. Setiap individu dari suatu kelompok
cenderung mencontoh bangunan identitas bersama yang mereka bangun secara
bersama. Setiap orang dari mereka dilengkapi oleh idetitas individu orang lain.

2
Dengan kata lain, sering terjadi perjanjian atau hubungan sosial antara satu individu
dengan individu yang lain atau dengan istilah Robinson Crusoe unsur di dalam teori-
teori.

Dalam sosiologi ada berbagai macam pengertian kelompok, diantaranya: “


setiap kumpulan manusia secara fisik”. Dalam pengertian ini kelompok itu tidak
memiliki ikatan kebersamaan apa-apa, kecuali adanya jarak fisik yang dekat.
Sosiologi menyebut kumpulan manusia semacam ini sebagai agregasi (kumpulan)
atau kolektifitas. Pengetian lainnya dari kelompok adalah “ setiap kumpulan orang
yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi”. Dengan
menggunakan pengertian ini, dua orang yang sedang menunggu bis tidak dapat
dikatakan sebagai kelompok. Namun apabila mereka mulai mengadakan percakapan ,
berkelahi, atau melakukan interaksi dalambentuk apa saja, maka kedua orrang itu
beruabah menjadi kelompook. Sebuah bis yang penuh dengan penumpang biasanya
tidak akan menjadi kelompok. Sebuah bis yang penuh dengan penumpang biasanya
tidak akann menjadi kelompok, karena para penumpang itutidak memiliki kesadaran
interaksi antara satu dengan yang lainnya ( Paul B. Horton, 1993:214-215).

Dikatakan bahwa didalam mempelajari identitas kolektif yang perlu


diperhatikan adalah bagaimana menjaga kerekatan anatra stu dengan yang lainnya
dalam suatu kelompok.

2.3 Atribut identitas

Atribut adalah segala sesuatu yang terseleksi, baik disengaja maupun tidak,
yang berguna untuk mengenali identitas atau jati diri seseorang atau sesuatu gejala.
Atribut ini bisa berupa ciri-ciri yang menyolok dari bendda atau tubuh orang, sifat-
sifat seseorang, pola-pola tindakan atau bahasa yang digunakan. Corak identitas
seseorang itu ditentukan oleh atribut-atribut yang digunakan, yaitu supaya dilihat dan
diakui oleh cirinya oleh para pelaku yang dihadapi dalam suatu interaksi, agar
iddentitas dan peranan seseorang tersebut diakui dan masuk akal bagi pelaku yang
terlibat dalam interaksi tersebut. Ada identitas yang tidak dapat diubah, walaupun
dapatditutupi untuk sementara, dan adaidentitas yang dapat dengan mudah diubah
dengan cara memanipulasi atau mengaktifkan sejumlah atribut yang diperlukan untuk
tujuan tersebut (Suparlan, 1999, 3).

3
Ada atribut-atribut yang dapat diatur dan dimanipulasi untuk sesuatu
kepentingan peranan yang dijalankan dalam suatu interaksi, dan ada pula atribut-
atribut yang tidak dapat dengan begitu saja diatur atau dimanipulasi karena
diperolehnya bersam dengan kelahirannya atau diperolehnya sebagai suatu yang
primoldial atau yang pertama dan utama melalui sosialisasi dan enkulturasi pada
tahap-tahap pertama dalam kehidupannya sebagai manusia. Upaya memanipulasi
suatu atribut yang primordial biasanya tidak mudah dilakukan oleh pelaku bila
perubahan tersebut bertentangan dengan keyakinan-keyakinan yang dipunyai
mengenai konsep apa yang benar dan salah atau yang sepantasnya dan tidak
sepantasnya. Atribut-atribut diatur dan dimanipulasioleh seorang pelaku untuk
menciptakan suatu kesan yang dikenal dan diakui oleh pelaku lainnya dalam
berhubungan dengan orang lain sesuai dengan yang dikehendakinya (Sulparlan,
1999).

Diantara atribut-atribut yang diperoleh manusia berbarengan dengan kelahiran


adalah atribut-atribut yang digunakan untuk menunjukkan ciri-cirinya sebagai
tergolong menurut jenis kelamin tertentu, umur tertentu, dan suku bangsa tertentu.
Atribut-atribut yang digunakan sebagai acuan bagi ciri-ciri seseorang sebagai
tergolong dalam suatu suku bangsa tertentu bersal dari ciri-ciri fisik, kebudayaan
material atau benda-benda kebudayaan, bahasa dan ungkapan-ungkapannya, mimik
muka dan gerakkan-gerakan tubuh, dan nilai-nilai budaya. Berdasarkan atribut-atribut
tersebut maka dua orang pelaku dapat menentukan bahwa suku bangsa mereka itu
berbeda dengan suku bangsa lainnya (Sulparlan, 1999). Dengan mengetahui bahwa
suku bangsa mereka berbeda satu dengan yang lainnya, maka peran yang mereka
mainkan dalam berinteraksi juga berbeda.

2.4 Suku bangsa

Yang dimaksud dengan pluralitas bangsa disini adalah bahwa dalam suatu
negara memilikibermacam suku, bahasa, agama dan budaya yang berbeda-beda.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Leo Suryadinata (1999: 150) bahwa Indonesia
adalah negara yang multietis dan multi agama. Indonesia dikatakan sebagai bangsa
yang plural, karena Indonesia memiliki berbagai macam suku, agama, bahasa dan
budaya.

4
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askriptif ( ada sejak
kelahiran), yang sama coraknya dengan gollongan umur dan jenis kelamin.
Kekhususan dari suku bangsa dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya,
yaitu: diperoleh secara askriptif atau didapat begitu saja bersama dengan
kelahirannya, muncul dalan interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh warga
suku bangsa yang bersangkutan dan diakui oleh suku bangsa lainnya. Merupakan ciri-
ciri yang umum dan mendasar berkenaan dengan asal mila manusia, yang digunakan
sebagai acuan bagi identitas atau jati diri pribadi atau kelompoknnya yang tidak dapat
dengan seenaknya di buang atau ditiadakan, walaupun dapat disimpan atau tidak
digunakan dalam iteraksi berlaku. Karena ciri-ciri tersebut melekat seumur hidup
bersamaan dengan keberadaannya sejak lahir (Barth 1969: 9-38 dan Suparlan, 1999).

Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis yang
menggunakan tidak kurang dari 300 dialek. Populasi penduduk Indonesia sekarang ini
diperkirakan 210 juta. Dari jumlah tersebut diperkirakan 50%nya beretnis jawa.
Mereka adalah kekuatan dominan dalam birokrasi, militer, dan politik Indonesia. Tiga
orang mantan presiden Indonesia , hanya satu orang saja yang bukan orang jawa.
Kira-kira 75% posisi pengambil keputusan didalam militer Indonesia berada di tangan
orang Jawa. Kampung halaman orang Jawa adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Etnis Sunda juga ditemukan di Jawa ( Jawa Barat), tapi jumlah mereka hanya 14,5%
dari populasi keseluruhan bangsa Indonesia. Indonesia adalah salah satu dari negara di
dunia ini yang memiliki banyak suku bangsa, bahasa, agama dan budaya. Oleh karena
itu, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang rawan terjadi disintegrasi bangsa.

2.5 Agama

Agama-agama yang ada di Indonesia : Islam, Kristen Katolik, Kristen


Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Agama Konghucu pada zaman orde baru
tidak diakui sebagai agama resmi di Indonesia, sedangkan ke-5 agama lainnya diakui
secara resmi oleh pemerintahan orde baru. Pada zaman pemerintahan Gusdur, istilah
agama resmi dan tidak resmi dihapuskan. Menurut Gusdur yang mengetahui apakah
suatu agama dapat dikatakan sebuah agama atau bukan, bukanlah negara tetapi
aadalah penganutnya senndiri (kompas, 18 & 19 Maret 2000).

Dari agama-agama yang disebutkan diatas, agama Islam memiliki penganut


yang terbanyak. Tidak kurang dari 90% dari penduduk Indonesia menganut agama

5
Islam. Tapi menurut Geertz (1959: 126-130) dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
kelompok abangan (kejawen atau agamijawi) dan santri. Kelompok yang pertama
disebut bersifat sinkretis dalam kepercayaannya dan sering juga disebut sebagai
muslim nominal. Kuatnya pengaruh unsur-unsur agama Hindu dan Jawa sering
membedakan mereka dari yang lebih islam dalam kepercayaan dan praktek-praktek
agama mereka. Kaum abangan percaya kepada Allah, tetapi mereka juga menyembah
Dewa/Dewi Hindu seperti Batara Kala ( Dewa kematikan dan waktu ) dan Dewi Sri
( Dewi Padi). Mereka juga mempercayai mahluk halus dan kekuatan gaib, misalnya
pohon beringin yang mereka anggap sebagai tempat tinggal dari mahluk halus,
sedangkan keris dan gamelan (alat musik orang Jawa) sering memiliki kekuatan-
kekuatan adikodrati.

Kaum muslimin di Indonesia tidak hanya terbagi dalam kelompok abangan


dan santri, tapi mereka juga terbagi dalam aliran modern dan tradisional. Di samping
kaum muslimin, banyak di antara orang Jawa dan Manado yang beragama Katolik,
oranng Batak dan Ambon beragama Protestan dan Hindu di Bali. Meskipun mereka
warga minoritas, namun mereka sangat berpengaruh dalam masyarakat Indonesia.
Beberapa posisi penting di Pemerintahan banyak diwakili oleh golongan minoritas ini.

Kebijaksanaan integrasi nasional baru tampak diterapkan oleh pemerintah


Indonesia ketika hendak mengatur masyarakat yang plural. Untuk tujuan pembicaraan
ini, integrasi nasional didefinisikan dalam rangka menciptakan identitas nasional.
Penciptaan identitas kebudayaan Indonesia adalah salah satu tujuan integrasi nasional.

Karena Indonesia merupakan negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak gejala
disintegrasi bangsa yang terjadi akhir-akhir ini menelibatkan agama sebagai faktor
penyebabnya. Kasus Ambon yang sudah memakan waktu lebih dari satu tahun,
seringkali diisukan sebagai pertikaian antar dua kelompok agama meskipun isu ini
belum tentu benar. Akan tetapi, isu agama adalah salah satu isu yang mudah
menciptakan konflik.

Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama adalah
perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antara agama-agama yang ada (Franz
Magnis Suseno, 1995: 174). Menghormati berarti mengkui secara positif dalam
agama dan kepercayaan orang lain. Berarti mampu juga belajar satu sama lain.

6
Sikap saling menghormati dan menghargai, dapat memungkinkan orang dari
agama-agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi membangun yang sesuai
dengan martabat yang diterima manusia dari Tuhan. Solidaritas dengan orang-orang
kecil, miskin, lemah dan menderita, keadilan sosial, pembebasan dari penindasan,
pemerkosaan dan perwujudan kehidupan yang lebih demokratis, adalah hal-hal yang
dapat dilakukan oleh agama-agama secara bersama-sama, untuk tujuan pembangunan
bangsa.

2.6 Bahasa

Kebijakan bahasa nasional sangat penting dalam menciptakan kesatuan


Indonesia dan identitas nasional Indonesia. Di Asia Tenggara mungkin hanya
Indonesia satu-satunya negara yang menggunakan bahasa minoritas sebagai bahasa
nasional. Bahasa nasional Indonesia dahulu dikenal sebagai bahasa Melayu, bahasa
minoritas yang berasal dari Palembang (Sumatera) dan Bangka pada abad ke-7.
Bahasa ini kemudian dipakai sebagai bahasa penghubung bagi berbagai kelompok
etnis dikepulauan tersebut dan menjadi bahasa untuk berkomunikasi di pasar di
kalangan etnis Indonesia dan orang asing. Bahasa ini diterima oleh kaum nasionalis
Indonesia sebelum kemerdekaan antara lain karena kesederhanaannya, selain karena
stasusnya yang kontroversial. Bahasa Jawa yang digunakan kelompok etnis terbesar.
Bahkan tidak dapat dipertimbangkan, hanya karena bahasa itu tidak digunakan oleh
orang non-Jawa. Selain itu, bahasa Jawa dianggap sangat rumit dan setiap tingkat
sosial yanng berbeda memmakai jenis bahasa Melayu oleh orang Jawa sebagai bahasa
Indonesia juga menunjukkan bahwa para pemimpin Jawa berpandangan jauh
kedepan, pragmatis, dan toleran terhadap kelompok etnis lain. Karena itu, Indonesia
tidak menghadapi masalah bahasa seperti yang dihadapi negaara-negara lain yang
baru berdiri ( suryadinata, 1999).

Bahasa Indonesia dipopulerkan pertama kali dalam pers kaum nasionalis


ketika munculnya negara kemerdekaan Indonesia, kemudian bahasa tersebut
menyebar dan berkembang selama pendudukan Jepang. Semua surat kabar
terkemuka, siaran radio dan siaran tv menggunakan bahasa Indonesia . Dari 358 koran
yang diterbitkan di Indonesia selama tahun 1965-1967, hanya 3 yang diterbitkan
dalam bahasa etnis. Di Medan, misalnya, beredar tiga surat kabar yang dimiliki orang
Batak. Tetapi, semuanya menggunakan bahasa Indonesia. Penerbitnya, mengatakan,

7
orang Batak di Medan tidak mau membeli koran yang diterbitkan dalam bahasa
Batak.

Setelah kemerdekaan semmua sekolah di Indonesia menggunakan bahasa


nasional, tetapi, bahasa etnis tetap dapat diajarkan disekolah setempat sampai kelas
tiga, setelah itu semua pendidikan harus berbahasa Indonesia. Seorang ahli sejarah
terkemuka mengatakan:

“Menggunakan universal bahasa ini secara internasioanal dalam sebuah


masyarakat yang sangat besar, telah’menasionalisasikan’ generasi yang sedang
bersekolah, kebudayaan dan bahasa lokal mereka sendiri terus disampaikan kepada
mereka, tetapi kini prosesnya berlangsuung dalam kerangka sebuah kebudayaan
nasional” (David, 1971 : 403).

Popularisasi bahasa Indonesia memang dilakukan tetapi tidaklah berarti


menggantikan bahasa etnis. Menurut beberapa pengamat, penggunaan bahasa
Indonesia jauh lebih populer didaerah perkotaan daripada di daerah pedesaan, karena
penduduk desa masih banyak menggunakan bahasa daerah. Dalam sebagian besar
kasus, penduduk kota (terutama di daerah non-Jawa) cenderung menggunakan dua
bahasa dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dominan. Namun didaerah
pedesaan, tampaknya bahasa etnis masih digunakan secara luas. Sebuah penelitian
mengenai pelajar Indonesia dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah
menunjukkan bahwa hanya 26% pelajar sekolah ini yang memakai bahasa Indonesia
di rumah. Bahkan di beberapa daerah pengguana bahasa etnis kembali meluas. Pada
konferensi bahasa yang diadakan di Jakarta pada pertengahan 1970-an, sejumlah
tokoh terkemuka sudah mengusulkan agar semua pegawai pemerintah yang
ditugaskan di Jawa Barat harus mampu berbahasa Sunda agar mereka dapat melayani
penduduk desa dengan lebih baik. Tetapi, tidak seorang pun mengusulkan agar
penggunaan bahasa etnis dilakukan dengan menomorduakan bahasa nasional
(Suryadinata : 1999: 164).

Diterimanya bahasa nasional oleh para tokoh nasional sebelum dan sesudah
PD II membantu berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Pada
saat itu disebut bahasa nasional belum digunakan untuk menyebut bahasa Indonesia.
Pada tahun 1928, ketika berlangsung Kongres PemudaIndonesia kedua di Jakarta,
kaum nasionalis Indonesia yang ‘sekuler’ dari berbagai wilayah berhasil merumuskan

8
Sumpah Pemuda yang sangat terkenal itu, yang menyatakan bahwa mereka adalah
bahasa Indonesia berbahasa yakni satu yakni bahasa Indonesia dan bertanah air satu
tanah air Indonesia. Setelah mengucap Sumpah Pemuda tersebut, ditetapkanlah lagu
kebangsaan dan bendera kebangsaan. Sejumlah organisasi Islam menolak
menandatangani sumpah tersebut karena kebangsaan yang dianjurkan kaum nasionalis
adalah kebangsaan yang ‘sekuler’. Namun, setelah perang tampaknya secara diam-
diam mereka menyetujui simbol-simbol kebangsaan ini, kecuali kaum muslimin
radikal yang berupaya mendirikan sebuah negara islam.

2.7 Ideologi negara

Ideologi dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau sistem niali yang
menyeluruh dan mendalam yang mempunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat
tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi
mereka.

Professor Lowenstein pernah berkata “Ideologi adalah suatu penyelarasan dan


penggabungan pola pikiran dan kepercayaan, atau pemikiran bertukar menjadi
kepercayaan, penerangan sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya dalam
masyarakat dan mengusulkan suatu kepemimpinan dan mempersimbangkannya
berdasarkan pemikiran dan kepercayaan itu” (K. Ramanathan, 1988: 73).

Ada empat aspek dari ideologi terpenting, yaitu:

1. Sumber ideologi politik yang unggul


2. Penyebaran ideologi.
3. Fungsi ideologi sebagai suatu alat pengawal sosial,
4. Perhubungan antara ideologi dengan organisasi politik .

Ideologi juga dilihat pada sasarannya sebagai suatu cara berfikir yang menjelaskan
kepentingan dan pandangan istimewa suatu kumpulan sosial tertentu. Ideologi selalu
dipengaruhi oleh sosioekonomi sesuatu kumpulan. Ideologi timbul karena kehendak
nurani manusia untuk membentuk peraturan intelektual di dalam masyarakat manusia.

9
Ideologi harus mempunyai fleksibilitas yaitu membuka dirnya untuk
diinterpretasikan kembali dari waktu ke waktu sesuai dengan proses perkembangan
masyarakat dan kemajuan masyarakat.

Apabila kita teliti secara seksama, pada dasarnya banyak ideologi, termasuk
ideologi pancasila dan undang-undang dasar 1945, yang membuka jalan bagi lahirnya
interpretasi baru. Kenyataan ini antara lain menunjukkan bahwa mereka yang
melahirkan ideologi ini dulu secara jujur mengakui keterbatasan-keterbatasan
pemikiran mereka untuk mampu memberikan pengertian dan analisa yang final, yang
dapat dipakai secara terus-menerus. Mereka tampaknya mengakui bahwa visi mereka
tak mampu menjangkau perkembangan apayang akan terjadi di kemudian hari. Oleh
sebab itu dengan memberikan peluang seperti diatas, berarti mereka memberikan
kesempatan bagi generasi baru untuk memperbaiki atau menyempurnakannya, atau
kalau perlu menukarnya sama sekali dengan yang baru (Alfian, 1978: 191).

Menurut Alfian (1978: 193) ada tiga dimensi yang dapat dipakkai untuk
melihat dan mengukur kualitas suatu ideologi, yaitu kemampuannya mencerminkan
realita yang hidup dalam masyarakat, mutu idealisme yang dikandungnya, dan sifat
fleksibilitas yang dipunyainya. Ketiga-tiganya, walaupun dapatditelitisecara sendiri-
sendiri, tetap saling berkaitan. Suatu ideologi dapat mengalami krisis bilamana salah
satu atau dua atau ketiganya dari dimensi ini menunjukkkan kelemahan-kelemahan.
Dalam uraian diatas masalah krisis ideologi ini lebih banyak disoroti melalui dimensi
fleksibilitasnya.

Jenis-jenis ideologi

Menurut Laeyendecker (1991: 64-66), dalam sejarah sosiologi terdapat tiga


ideologi yang terpenting yang merupakan bagian dari renungan umum
mengenaikehidupan sosial dan politik. Ketiga ideologi itu adalah : Liberalisme,
Redikalisme, dan Konservatisme. Penjelasan dari ketiga ideologi tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Liberalisme

Dalam liberalisme ini, niali yang tertinggi terletak pada individu yang
otonom. Dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan manusiawi yang
dimiliki, akal mempunyai peranan yang cukup tinggi, kebebasan individu

10
tidak boleh dihalang-halangi. Hasil yang terbaik dari manusia adalah
bagaimana kita dapat menghilangkan hambatan-hambatan bagi kebebasan
individu, dan membiarkannya mengejar kepentingannya sendiri tanpa
mendapat halangan apapun. Meskipun demikian menurut ideologi Liberalisme
ini, kekuasaan juga diperlukan, karena manusia tidaklah sempurna. Kekuasaan
itu haruslah terletak di tangan negara yang melindungi orang-orang, sehingga
kebebasan mereka tidak terhambat oleh kekerasan atau tindakkan lain yang
jahat.

2. Radikalisme

Kalau Liberalisme mengenal dan memberikan nilai tertinggi pada


kebebasan individu, maka dalam Radikalisme kesamaan merupakan pusatnya.
Radikalisme berkembang terutama dalam konfrontasi dengan Liberalisme, tapi
Radikalisme sendiri mempunyai akar-akar tua. Pada zaman pertengahan
banyak terdapat berbagai macam gerakan-gerakan radikal mengadakan protes
terhadap tata masyarakat, karena tatanan ini ditandai oleh tidak ada kesamaan.
Tapi gerakan-gerakan itu bersifat keagamaan yang kebanyakan memperoleh
pengikut-pengikut yang jumlahnya kecil diantara orang-orang miskin dan
tokoh-tokoh marginal didalam masyarakat menjelang akhir zaman
pertengahan. Gerakan ini menaruh harapan yang kuat terhadap kerajaan Tuhan
yang akan datang di bumi yang ditandai dengan kedamaianserta keadilan.
Radikalisme ini mengkritik tajam terhadap tata masyarakat dimana terdapat
begitu banyak ketidakadilan dan kemiskinan. Menurut Radikalisme ini orang-
orang kaya mempunyai kesalahan yang cukup besar. Oleh karena iitu tidaklah
heran jika kelompok ini sangat memusuhi para bangsawan.

3. Konservatisme

Kalau Radikalisme dengan penuh harapan memandang ke masa depan


yang indah, maka Konservatisme melihat dengan rasa nostalgia ke masa lalu.
Paham ini baru timbul setelah kedua ideologi diatas, dan dibangkitkan oleh dua
revolusi yang dengan sangat jelas bermaksud hendak memutuskan diri dengan
masa lampau. Menurut kaum Konservatif, revolusi-revolusi itu merupakan suatu
klimaks perrkembangan-perkembangan yang menyedihkan yang telahberlangsung
sejak menjelang akhir zaman pertengahan. Yang dimaksud ialah pertumbuhan

11
individualisme yanng merusak, reformasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknik, kepercayaan pada diri sendiri yang tak terbatas yanng hanya merupakan
pertanyaan kecongkakan yang tidak pada tempatnya . Pendek kata, kaum
Konservatif sama sekali tidak suka kepada masyarakat indusri modern. Sedangkan
masyarakat zaman pertengahan merupakan masyarakat ideal mereka. Mereka
sangat membela segala-galanya yang ditolak oleh kaum Revolusioner dan oleh
para filsuf pencerahan.

Sebagai ideologi, Pancasila dituntut untuk tetap pada jatidirinya ke dalam


(segi instrinsik) dan keluar (segi ekstrinsik). Kedalam, Pancasila harus {1}
konsisten, {2} koheren, {3} koresponden. Keluar, harus menjadi penyalur dan
penyaring kepentingan, horisontal maupun vertikal.

Pancasila sebagai ideologi dapat mempersatukan kita secara politis, dapar


mewakili dan menyaring berbagai kepentingan, mengandung pluralisme agama,
dan dapat menjamin kebebasan beragama. Meskipun ada pihak yang tidak setuju
dengan Pancasila sebagai ideologi, tapi sampai sekarang Pancasila masih tetap
sebagai ideologi negara.

Ideologi memainkan peranan yang penting dalam proses dan memelihara


integrasi nasional, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Peranan itu antara lain tergantung pada kualitas yang dipunyainya yang
dapat dillihat dan diukur melalui tiga dimensi, yaitu kemampuan mencerminkan
realita yang hidup dalam masyarakat , idealisme yang terkandung didalamnya, dan
fleksibilitasnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Melalui ketiga
dimensi ini akan dapat diteliti apakah ideologi itu mampu atau tidak memelihara
relevansinya, yaitu titik keseimbangan sebagai tempat bertemuya konsensus
antara berbagai kelompok atau golongan-golongan. Krisi ideologi akan terjadi
apabila titik keseimbangan itu hilang. Apabila ini terjadi, maka diperkirakan dapat
mengancam integrasi nasional dan persatuan nasional.

2.8 Integrasi

Integrasi dapat berarti integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme


sosial. Adapun pembauran dapat berarti asimilasi dan amalgamasi.

12
Integrasi kebudayaan berati penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan
mengenai berapa unsur kebudayaan ( cultural traits ) mereka, yang berbeda atau
bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (
harmonious ). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran), dimana-mana unsur
kebudayaan baru diserap kedalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan
konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah
konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-unsur kebudayaan baru
dam lama. Inilah yang disebut sebagai integrasi sosial (James Danandjaja, 1999: 14).

2.9 Asimilasi

Integrasi sosial adalah penyatu panduan kelompok-kelompok masyarakat


yang asalnya berbeda, menjadi satu kelompok besar dengan cara melenyapkan
perbedaan dan jati diri masing-masing. Dalam arti ini integrasi sosial sama artinya
dengan asimilasi atau pembauran. Perbedaan dengan pembauran adalah bahwa
kelompok –kelompok sosial yang telah bersatu itu, karena adanya loyalitas terhadap
kelompok-kelompok asalnya yang mempunyai kebudayaan yang telah membaur itu,
perbedaan tersebut sudah tidak ada lagi (Danandjaja, 1999).

Pluralisme kebudayaan adalah pendekatan heterogenis atau kebhinekaan


kebudayaan, dengan kebudayaan suku-suku bangsa dan kelompok-kelompok
minoritas diperkenankan mempertahankan jati diri mereka masing-masing dalam
suatu masyarakat. Sedangkan pembauran adalah pembauran tuntas antara kelompok-
kelompok atau individu-individu yang masing-masing asalnya mempunyai
kebudayaan dan jati diri yang berbeda, menjadi suatu kelompok baru dengan
kebudayaan dan jati diri bersama.

2.10 Integrasi nasional

Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu


masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Malah integrasi
nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional, bahkan dapat dikatakan
belum final sepenuhnya.

13
Jadi, penegasan identitas nasional tidakah mesti menegaskan identitas lokal,
karena hal itu merupakan tindakan yang berlawanan dengan nilai-nilai luhur
demokrasi yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi setiap insan dan sebagai
ruang bagi terciptanya interaksi antar kelompok secara alami. Apa lagi dengan
pancasila sebagai asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui slogannya
“Bhinneka Tunggal Ika” secara teoritis bukan hanya mengakomodasi keragaman
identitas lokal melainkan juga mendorong semua warga negara untuk bersama-sama
mewujudkan tujuan dan kepentingan bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur.

Berhubung pluralitas sosial hadir pada semua level kehidupan berbangsa,


rezim pemerintah Indonesia manapun akan berlaku sangat naif jika mencoba
memaksakan amalgamasi budaya ataupun asimilasi yang didesakkan pada realitas
multikultur warganya.

Upaya untuk mewujudkan integrasi nasional adalah setali tiga uang dengan
upaya membangun kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk itu dibutuhkan sejumlah
langkah-langkah strategis yang dapat mendorong berbagai-bagai macam bentuk
perbedaan bangsa ini untuk saling berdialog dan berdampingan hidup secara
harmonis. Salah satunya adalah dengan mulai menghentikan penggunaan klasifikasi
seperti mayoritas-minoritas, penduduk asli-pendatang, dan pribumi-nonpribumi,
lebih-lebih yang dimaksudkan untuk tujuan dan kepentingan politis.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Identitas memiliki arti yakni ciri, tanda yang melekat pada sesuatu hal
yang mana hal tersebut mampu dibedakan dengan suatu hal yang lain. Dalam
konteks Antropologi, identitas diartikan sebagai sifat khas yang menerangkan
dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok
sendiri atau negara sendiri. Sedangkan kata nasional dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, merupakan identitas yang melekat pada kelompok
kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan – kesamaan, baik fisik
seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita –
cita dan tujuan.
Dalam konsep berbangsa dan bernegara Indonesia, identitas nasional
berarti hasil dari perjalanan sejarah suatu budaya, kebiasaan , serta beragam
nilai nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia dari masa lampau yang seiring
berjalannya waktu terhimpun menjadi kesatuan yang disebut dengan Bhineka
Tunggal Ika. Identitas nasional bukan berarti hanya dalam konteks
berbudayanya saja namun juga wujud fisik dari bangsa tersebut, misalnya
identitas fisik bangsa Indonesia seperti ukuran tubuh, warna kulit, bentuk
wajah, dsb.
Identitas nasional bukan merupakan sesuatu yang statis, dimana dalam
pembentukannya identitas merupakan hasil dari penghimpunan seluruh nilai
nilai dan budaya yang dianut bangsa ini dari masa ke masa. Berarti identitas
nasional bisa menjadi sesuatu yang dinamis sesuai dengan perkembangan
jaman. Karena identitas nasional dapat berubah seiring waktu.

15
Dengan dinamisnya suatu identitas nasional maka dapat dilihat
sekarang bangsa Indonesia mengalami krisis identitas nasional. Dimana rasa
nasionalisme mulai memudar, bahkan ada kencenderungan tidak lagi
mempercayai dasar dasar yang membentuk bangsa ini. Nasionalisme
merupakan suatu situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total
diabdikan kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa. Untuk menjaga
suatu identits nasional, rasa nasionalisme harus selalu ditegakkan karena
nasionalisme yang kuat akan membentuk negara yang kuat menghadapi
gejolak yang terjadi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi bukan berarti menjadi suatu bangsa yang menutup
diri akan tetapi menjadi negara yang mampu memilih kebudayaan yang masuk
di Indonesia nantinya akan berdampak buruk bagi Indonesia atau tidak. Serta
mampu mempertahankan kebudayaan kebudayaan yang mungkin akan
direnggut oleh bangsa lain seperti yang terjadi dewasa ini.

3.2 KARAKTER IDENTITAS NASIONAL

Bangsa memiliki 2 konsep, yaitu Cultural Unity (identitas suku


bangsa) dan Political Unity (identitas kebangsaan).
a. Cultural Unity
Cultural Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau
bangsa dalam arti sosiologis antropoligis. Cultural unitiy disatukan oleh
adanya kesamaan ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan
daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang
bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain. Identitas yang
dimiliki oleh sebuah cultural unity kurag lebih bersifat ascribtife (sudah
ada sejak lahir), bersifat alamiah / bawaan, primer dan etnik.Identitas
kesukubangsaan dapat diketahui dari sisi budaya orang yang
bersangkutan. Setiap anggota cultur unity memiliki kesetiaan atau
loyalitas pada identitasnya.Misalnya, setia pada suku, agama, budaya,
kerabat, daerah asal dan bahasanya. Identitas ini sering disebut sebagai
identitas kelompok atau identitas primordial. Dalam hal ini loyalitas pada
primodialnya memiliki ikatan emosional yang kuat serta melahirkan
solidaritas erat.

16
b. Political Unity
Political Unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsa-negara. Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa
tersebut untuk bernegara namun dewasa ini negara yang relatif homogen
yang hanya terdiri dari satu bangsa tidak banyak terjadi. Negara baru
perlu menciotakan identitas yang baru pula untuk bangsanya yang di
sebut juga sebagai identitas nasional. Identitas kebangsaan merupakan
kesepakatan dari banyak bangsa didalamnya. Identitas kebangsaan
bersifat buatan, sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas
nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional,
bendera nasional dan ideologi nasional.

3.3 SEJARAH IDENTITAS NASIONAL

Sejarah pembentukan identitas nasional tidak dapat dilepaskan dengan


perkembangan nasionalisme yang berkembang di Barat yang kemudian
mengalir sebagai sebuah semangat baru bagi bangsa-bangsa terjajah di Asia dan
Afrika. Kontribusi kaum terpelajar Indonesia yang sempat mengenyam
pendidikan di Barat telah menambah energi bagi pergerakan nasional Indonesia
yang berujung pada terbentuknya kesadaran bersama sebagai bangsa Indonesia.
Sadar atas penderitaandan penindasan memunculkan bentuk-bentuk
perlawanan bangsa yang mulanya bersifat lokal kemudian bersifat nasional.
Perjuangan tersebut dibagi menjadi 2 masa yaitu :
a. Perjuangan sebelum 1908
Perjuangan di masa ini masih bersifat kedaerahan, lokal dan dilakukan
oleh sejumlah kerajaan dengan maksud menghalau penjajah dari
wilayahnya.
b. Perjuangan setelah 1908
Perjuangan pada zaman ini mulai muncul kesadaran untuk membebaskan
bangsa dari penjajah dan mendirikan negara merdeka. Faktor – faktor yang
menimbulkan kesadaran nasional yakni faktor dari dalam( keadaan
tertindas, terbelakang, dan penderitaan ) dan faktor luar ( kemenangan
Jepang atas Rusia dan gerakan merdeka di Negara tetangga )

17
Bangkitnya kesadaran bangsa Indonesia ditandai dengan tumbuhnya
berbagai organisasi pergerakan antara lain : Budi Utomo, Sarikat Islam,
Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia.

3.4 UNSUR-UNSUR IDENTITAS NASIONAL

Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang


majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa:

a. Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kclompok
etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
b. Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu
Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara, tetapi
sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi
negara dihapuskan.
c. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk
menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan
benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
d. Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas
unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana
berinteraksi antar manusia.

3.5 CARA MEMPERTAHANKAN JATI DIRI BANGSA

Berikut ini adalah cara-cara mempertahankan identitas nasional :


a. Mempelajari budaya asli Indonesia
18
Karena banyaknya budaya yang dimiliki bangsa Indonesia maka sebagai
masyarakat kita perlu untuk mempertahankannya dengan cara mengadakan
pameran kebudayaan, event-event berskala internasional untuk
memperkenalkan budaya Indonesia sehingga budaya kita tidak diakui
sebagai budaya negara lain.
b. Mencintai produk dalam negeri
Cara terbaik untuk mencintai produk dalam negeri adalah dengan
mengurangi impor dengan cara melakukan swasembada di segala bidang.
Dengan demikian akan merangsang para produsen local untuk
meningkatkan produktivitas mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
c. Memupuk kesadaran untuk mengejar ketertinggalan
Karena Indonesia merupakan negara berkembang maka masih banyak hal-
hal yang perlu dikembangkan untuk mengikuti pekembangan zaman dan
sebagai usaha untuk menjadi negara maju.

3.6 HAL – HAL YANG MELUNTURKAN JATI DIRI BANGSA

Hal-hal yang melunturkan identitas nasional

a. Globalisasi

Semakin mudahnya budaya asing masuk ke Indonesia maka akan mengikis


budaya dalam negeri. Maka untuk mencegahnya kita harus memfilter budaya
yang masuk dan yang sesuai dengan budaya lokal.

b. Perkembangan Teknologi

Semakin canggihnya teknologi yang berkembang dewasa ini. Maka jika


perkembangan teknologi tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan mengikis
identitas nasional yang dimiliki bangsa Indonesia.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya melekat


erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk membangun bangsa dan
Negara dengan konsep nama “Indonesia”. Bangsa dan Negara Indonesia ini
dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu
kesatuan bangsa dan Negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh
karena itu, pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan
unsur-unsur lainnya, seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama serta
geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang
cukup panjang. Dan itua dalah alasan mengapa Identitas Nasional tidak
terlepas dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

4.2 SARAN

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat


bagi para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak
kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah kami ini.

Dan yang terpenting, satu hal yang ingin kami tekankan di dalam
pengerjaan tugas Presentasi dan ugas makalah ini adalah, jangan biarkan
Negara Indonesia yang kita cintai ini luntur Indentitas atau ciri khasnya
dengan perilaku kita yang tidak menghargai budaya kita masing-masing.

20
Mulailah dengan hal yang paling sederhana, seperti saling menghormati
budaya satu sama lain, atau dengan mencintai produk buatan lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Sejarah Indonesia, Peristiwa 1908. 2015. Kebangkitan Nasional


Indonesia.http://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_Nasional_Indonesia. 19
September 2015
Delapan Tiga all right reserved. 2011. Integrasi Nasional. http://info-
83.blogspot.com/2011/11/integrasi-nasional.html. 19 September 2013

21

Anda mungkin juga menyukai