Anda di halaman 1dari 13

MANUSIA, KEBUDAYAAN DAN PROSES KEBUDAYAAN

Oleh: Idtria Azzahra Khumairo Putri Baidowi

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang

e-mail: idtriaazahra25@gmail.com

ABSTRAK:

Manusia serta kebudayaan merupakan kedua unsur yang saling keterkaitan satu sama

lain. Dua unsur ini tidak bisa saling berpisah karena selalu beriringan dalam kehidupan sehari-

hari. Definisi manusia adalah makhluk hidup yang memiliki akal pikiran dan budi pekerti yang

luhur serta makhluk sosial yang yang bergantung hidup dengan orang lain. Sedangkan budaya

atau kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang melibatkan penciptaan batin seperti budi

pekerti, kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesenian, serta adat istiadat. Dari definisi

tersebut dapat bahwa kebudayaan tercipta karena adanya akal pikiran dan kebatinan dari

manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari

sengan budaya di sekitarnya. Artinya, manusia hidup saling membutuhkan antar individu satu

dengan individu lainnya dalam segala aspek kehidupan. Seiring manusia bertahan hidup dengan

budaya tidak terlepas dari proses kebudayaan itu sendiri. Proses kebudayaan adalah cara atau

metode yang mengiringi budaya itu melebur menjadi satu di dalam kehidupan manusia. Proses

kebudayaan terbagi menjadi tiga, yaitu 1) Akulturasi, dan 2) Asimilasi.

Kata Kunci: Manusia, kebudayaan, proses kebudayaan.


PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang majemuk dalam konteks masyarakat maupun

kebudayaannya. Indonesia mempunyai kekayaan yang sangat besar dan tersebar dari Sabang

sampai Merauke, dengan keberagaman agama, suku, ras, hingga mengasilkan suatu budaya yang

beragam. Tidak hanya kekayaan sumber alamnya saja, seperti flora dan fauna, tetapi masyarakat

Indonesia juga kaya akan keberagaman kebudayaan dan suku bangsa yang tersebar luas di

seluruh kepulauan Nusantara.

Manusia dan kebudayaan adalah suatu tali yang saling terikat serta keduanya mempunyai

ikatan yang kokoh, sehingga sulit untuk dilepaskan dalam kehidupan. Manusia sebagai makhluk

sosial dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna menghasilkan suatu

kebudayaan mereka sendiri dan dilestarikan secara turun temurun. Budaya tercipta dengan

seiring berjalannya waktu dari aktivitas sehari-hari serta kejadian yang dialami manusia yang

telah ditetapkan Tuhan Ynag Maha Esa. Manusia sebagai makhluk social yang saling

berinteraksi sesamanya dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan dan

berakhir terciptanya budaya yang bisa mereka lakukan bersama dan secara tidak sadar budaya

tersebut telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat.

Kebudayaan ada karena manusia, sedangkan manusia ada karena budaya. Dengan kata

lain, kebudayaan diciptakan oleh manusia dan manusia dapat hidup dengan kebudayaan yang

mereka ciptakan sendiri. Suatu kebudayaan akan tetap hidup jika kebudayaan tersebut dijaga dan

dilestarikan keasliannya. Kebudayaan memiliki kegunaan dalam kehidupan manusia serta

manusia sebagai pendukung kebudayaan tersebut ada.


Kebudayaan ialah sebuah kejadian yang umum. Setiap kelompok masyarakat, bangsa di

alam semesta mempunyai kebudayaannya sendiri, dan beragam jenis maupun bentuk

pengaplikasiannya dalam kehidupan. Meskipun mempunyai corak yang berbeda-beda tetapi

kebudayaan memperlihatkan kesamaan fitrah yang sama bagi manusia dari bermacam-macam

suku, ras, budaya, dan bangsa. Kebudayaan mempunyai wadah terendiri dalam masyarakat, yaitu

manusia, mankala manusia dan budaya saling melengkapi dalam kehidupan ini.

BAGIAN INTI

Tahap I. Definisi Manusia

Penyebutan manusia dalam bahasa Inggris yaitu man. Arti dasar dari kata tersebut

tidaklah jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin) yang mempunyai arti

“ada yang berfikir”. Sama halnya dengan arti kata anthropos (Yunani) juga tidak begitu jelas.

Mula-mula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”. Saat ini kata tersebut di gunakan

untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan pada akhirnya kata homo dalam bahasa Latin yang

artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi”. Pada hakikatnya, manusia ialah makhluk individu

yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat dari kehidupan sosial. Manusia adalah

sekumpulan dari berbagai individu.

Notonagoro mensifati manusia sebagai makhluk yang monopluralistik, dengan artian

manusia terbentuk atas jiwa dan raga, bersifat perorangan dan sosial dan berkedudukan kodrat

berdiri sendiri serta pada saat yang sama ia adalah makhluk Tuhan. Manusia adalah makhluk

ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk lainnya. Manusia dibekali

dengan akal pikiran yang dapat dikembangkan dan diasah untuk mencerdaskan manusia itu

sendiri. Menurut Effendi, kata individu merupakan pecahan kata dari kata in dan divided. Dalam
bahasa Inggris in berarti tidak, sementara divided berarti terbagi. Jadi, manusia adalah suatu

individu yang tak dapat terbagi dan merupakan satu kestuan yang utuh. Dalam konteks ini, dapat

diartikan bahwasannya manusia sebagai makhluk individu merupakan satu kesatuan dalam aspek

jasmani dan rohani, dan apabila kedua aspek tersebut tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut

tidak bisa dikatakan sebagai individu.

Setiap individu mempunyai karakteristik atau ciri khas tersendiri, individu satu dengan

individu lainnya tidak dapat disamakan dalam dari segi sikap, perilaku, maupun sifatnya. Tidak

ada manusia yang mempunyai karakteristik yang sama persis sekalipun itu anak kembar identik

maupun kembar tak identik. Bisa jadi antar individu memilki kemiripan dalam segi fisik atau

jasmaninya, tetapi dalam segi psikologi atau rohaninya akan ditemukan banyak perbedaan.

Keunikan atau ciri khas ini dinamakan dengan kepribadian seseorang. Dalam pandangan

humanistik, sejatinya manusia mempunyai potensi yang begitu besar, tetapi kebanyakan manusia

sekarang tidak menyadari akan potensi yang ada pada diri sendiri dan pada dasarnya potensi itu

bisa lebih banyak dari apa yang mereka capai. Dapat dijelaskan bahwa apabila individu tersebut

dapat menggali dan membebaskan potensi tersebut, maka masing-masing individu dapat meraih

keadaan eksistensi kehidupan yang ideal yang ditemukannya dalam orang-orang yang

mengaktualisasikan diri.

Menurut Allport definisi kepribadian ialah susunan sitem-sistem psiko fisik yang dinamis

dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap

lingkungan. Kata “dinamis” menunjukkan bahwa kepribadian seseorang dapat berubah dan

ditekankan bahwa perubahan tersebut dapat terjadi pada setiap individu. Penyebab perbedaan

kepribadian setiap individu berbeda dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Factor

internal tersebut adalah factor bawaan yang sudah ada sejak ia lahir dan factor ekternal
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Nursid Sumaatmadja dalam Effendi mengatakan bahwa,

kepribadian ialah mencakup semua perilaku individu yang diperoleh dari hasil interaksi potensi-

potensi fisik dan psikis yang merupakan bawaan sejak lahir dengan beragam kondisi lingkungan,

yang terungkap pada tindakan serta perbuatan dan reaksi mental psikologisnya jika memperoleh

rangsangan dari lingkungan. Secara normal, manusia mempunyai potensi dasar mental yang

berkembang serta dapat dikembnagkan, meliputi:

1) Minat (sense of interest)

2) Dorongan keingin tahuan (sense of curiousity)

3) Dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality)

4) Dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry)

5) Dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery)

Potensi-potensi tersebut berkembang jika ada factor pendukung, seperti keadaan yang kondusif,

adanya rangsangan, serta terdapat wadah untuk menyalurkan potensi yang ada. Jika peristiwa

social ini telah tumbuh di lingkungan sekitar, potensi-potensi mental yang normalnya akan terus

berkembang.

Dari potensi-potensi yang ada dalam diri setiap individu, pasti ada dorongan dalam diri

manusia sebagai makhluk individu untuk mencukupi keinginan dan kebutuhannya masing-

masing. Tidak ada manusia yang menginginkan menjadi orang lain, yang tertanam dalam

benaknya pasti keinginan menjadi diri sendiri muncul dalam hati nurani setiap manusia. Setiap

individu pasti akan berusaha menggali potensi diri untuk menemukan jati diri yang

sesungguhnya ia cari. Dengan penemuan jati diri tersebut setiap individu mempunyai ciri

khasnya masing-masing yang digunakan sebagai pembeda antara individu satu dengan individu

lainnya. Tetapi pada kenyataannya pencarian jati diri tidak semudah yang di bayangkan. Ada
sebuah proses yang panjang yang dilalui setiap makhkluk individu dalam penemuan jati diri.

Menurut Zanti Arbi dan Syahrul dalam Sadullah, mengemukakan bahwa setiap orang

bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang tersebut

bisa dikatakan sebagai manusia jika ia telah bertanggung jawab penuh atas dirinya sendiri. Tidak

adanya sangkut paut dalam persoalan ini dengan orang lain. Ia bertanggung jawab atas kata

hatinya sendiri.

Sesungguhnya kodrat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan makhluk

sosial. Mengapa manusia dikatakan makhluk sosial? Karena manusia saling membutuhkan antar

sesama manusia dalam segala aspek kehidupan saling berhungungan atau berinteraksi dengan

manusia lainnya. Adanya interaksi antar individu didasarkan atas kesamaan kepentingan masing-

masing. Manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Dengan adanya interaksi ini manusia

dapat berbicara, bertukar informasi atau pikiran, serta dapat memecahkan suatu permasalahan

yang tengah dihadapi.

Tahap II. Definisi Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan secara bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yakni buddayah,

bentuk jamak dari buddi atau tunggal (budi atau akal). Kata kebudayaan sudah terdapat awalan

ke- dan akhiran -an yang dapat diartikan dan dikaitkan dengan budi serta akal manusia.

Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, berarti

mengolah atau mengerjakan. Kata culture sudah tidak asing bagi bangsa Indonesia karena kata

ini sudah sering digunakan.

Hubungan antara kebudayaan dengan masyarakat sangat erat kaitannya. Menurut Clyde

Kluckhohn, kebudayaan didefinisikan sebagai “total cara hidup suatu bangsa, warisan social
didapat individu dari kelompoknya”. Anggapan Gillin mengenai kebudayaan ialah “kebudayaan

terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang terpola dan secara fungsional saling bertautan dengan

individu tertentu yang membentuk kelompok-kelompok atau golongan system social tertentu.

Pendapat Taylor (Horton dan Chester, 1996, hal. 58) “Kebudayaan ialah kompleks keseluruhan

dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan seluruh kemampuan

serta kebiasaan lainnya yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat”. Menurut

Koentjaraningrat (2009, hal. 150-153) kebudayaan mempunyai tiga wujud, yakni:

1) Wujud dari kebudayaan menjadikan suatu ide, gagasan, nilai, atau norma.

2) Wujud dari kebudayaan menjadikan suatu aktivitas atau pola tindakan manusia dalam

masyarakat.

3) Wujud dari kebudayaan dapat berupa benda-benda hasil karya manusia.

Wujud kebudayaan tersebut bersifat konkret sebab termasuk dalam benda-bendadari segala hasil

ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

Kebudayaan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Semua tindakan

yang dilakukan manusia bisa disebut sebagai budaya. Suatu budaya dapat tercipta dari

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat yang secara tidak sadar suatu

kebiasaan tersebut sudah lumrah atau wajar untuk dilakukannya. Unsur-unsur kebudayaan

terkandung pada setiap kebudayaan yang ada pada seluruh manusia di dunia. Tujuh unsur

kebudayaan menurut Koentjaraningrat yang bersifat umum berdasarkan pendapat ahli-ahli

antropologi.

Tujuh unsur tersebut yaitu:

a. Bahasa
b. Sistem pengetahuan

c. Organisasi social

d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

e. Sistem mata pencarian hidup

f. Sistem religi

g. Sistem kesenian

Tahap III. Proses Kebudayaan

1. Akulturasi

Akulturasi didefinisikan sebagai proses social yang muncul ketika ada sekelompok

masyarakat dengan membawa kebudayaan tertentu dan berhadapan dengan unsur-unsur

budaya baru atau budaya asing secara tidak langsung dengan seiring berjalannya waktu

budaya baru tersebut dapat diterima dan diproses ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa

menghilangkan keaslian budaya itu sendiri serta kedua budaya tersebut akan melebur

menjadi satu. Kesimpulannya, akulturasi adalah dua kebudayaan yang tidak saling berkaitan

dan asing yang melebur menjadi satu tanpa menghilangkan keaslian dari budaya masing-

masing.

Masalah yang mungkin timbul sebab adanya proses akulturasi, yaitu:

1) Masalah unsur-unsur kebudayaan asing mana yang mudah diterima dalam

masyarakat

2) Masalah unsur-unsur kebudayaan asing mana yang sulit untuk diterima masyarakat

3) Masalah individu-individu yang cepat untuk menerima unsur budaya baru

4) Masalah ketegangan-ketegangan yang muncul sebagai akibat akulturasi tersebut


Jika proses akulturasi berjalan lancar, maka akan menghasilkan suatu budaya yang apik

antara unsur-unsur budaya asing dan unsur-unsur budaya sendiri. Dengan begitu, unsur

kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai kebudayaan baru, tetapi sudah dapat diterima

dengan baik dan dipandang sebagai kebudayaannya sendiri.

Contoh kebudayaan yang mengalami proses akulturasi antara lain:

a. Menara Kudus

Menara Kudus adalah bentuk akulturasi antara kebudayaan Hindu dengan

kebudayaan Islam. Spesifikasi Menara Kudus digunakan sebagai tempat ibadah umat

Islam (masjid), sedangkan ciri fisiknya mengumpamakan tempat ibadah agama

Hindu yaitu pura.

b. Wayang

Wayang merupakan bentuk fisik akulturasi budaya antara budaya Jawa dengan

budaya India. Dalam wayang tokoh pemeran seperti Semar, Petruk, Gareng, dan

Bagong termasuk dalam kebudayaan Jawa. Sedangkan cerita di dalam wayang

seperti Mahabarata dan Ramayana termasuk dalam kebudayaan India. Wayang juga

digunakan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam khususnya di Pulau

Jawa dengan mengganti cerita Ramayana atau Mahabarata dengan memasukkan

cerita-cerita Islam.

c. Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan bentuk nyata dari akulturasi agama Budha dengan

warga daerah Magelang. Fungsi Candi Borobudur sebagai tempat beribadah umat

Budha, sedangkan relief yang terukir di dinding candi menggambarkan kehidupan

nyata di daerah Magelang.


d. Seni Kaligrafi

Seni Kaligrafi atau tulisan indah dalam bahasa Arab merupakan bentuk akulturasi

kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia. Tulisan di dalam kaligrafi

menggunakan tuisan Arab, sedangkan bentuk kreasi dalam kaligrafi disesuaikan

dengan kebudayaan Indoneisa.

2. Asimilasi

Asimilasi adalah kombinasi antara kelompok dengan individu yang mempunyai dua atau

lebih kebudayaan yang berbeda. Biasanya suatu kelompok besar yang sudah mempunyai

kebudayaan sendiri dan adanya pendatang baru yang menjadikanya sebagai kaum minoritas

dan membawa kebudayaannya ke dalam kaum mayoritas. Dengan begitu, kebudayaan kaum

mayoritas akan berubah sifat khasnya serta dari masing-masing kaum tadi akan membentuk

unsur-unsur kebudayaan campuran. Proses asimilasi akan berjalan dengan baik jika

kelompok dan individu saling berinteraksi serta adanya keterbukaan dan mempunyai sikap

toleransi.

Faktor pendorong terjadinya asimilasi menurut buku Sosiologi oleh Kun Maryati, antara

lain:

 Mempunyai sikap toleran

 Keseimbangan peluang dalam ekonomi

 Mempunyai sikap saling menghargai terhadap orang asing serta kebudayaannya

 Open minded dari suatu kelompok penguasa dalam masyarakat

 Mempunyai persamaan dalam unsur kebudayaan

 Adanya pernikahan campuran

 Adanya musuh bersama dari luar


Faktor pengambat terjadinya asimilasi, antara lain:

 Terasingnya suatu kehidupan dari kelompok tertentu dalam masyarakat

 Pengetahuan yang minim terhadap kebudayaan yang sedang di temui

 Mempunyai perasaan takut kepada kekuatan suatu kebudayaan yang di temui

 Adanya sikap kurang percaya diri terhadap suatu kelompok tertentu yang lebih tinggi

 Perbedaan secara fisik antar kebudayaan, seperti warna kulit, dan ciri fisik lainnya

yang menonjol

Contoh kebudayaan yang mengalami proses asimilasi, antara lain:

a. Pernikahan

Pernikahan antara orang Jawa dengan orang Minangkabau. Dengan pernikahan ini

akan menimbulkan asimilasi, karena orang yang berbeda saling membawa

kebudayaannya sendiri dan melebur menjadi satu serta masing-masing unsur akan

tertutupi dengan unsur baru atau tidak terlihat lagi keasliannya.

b. Tradisi Selametan

Masyarakat Jawa zaman dahulu ada sesaji berupa makanan dan minuman yang

secara khusus diberikan untuk leluhur yang sudah meninggal dunia pada hari ke 3, 7,

40, dan 100 harinya. Zaman Wali Songo tradisi tersebut diasimilasikan dengan ajaran

Islam tanpa merubah bentuk kebudayaan tetapi merubah makna dari suatu

kebudayaan tersebut.

c. Penggunaan kata maaf

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan kata maaf dikalangan anak muda sudah

jarang ditemui, namun kata maaf tersebut diganti dengan menggunakan kata “sorry”

yang merupakan kosa kata bahasa Inggris.


DAFTAR RUJUKAN

Fitriana, Aries. (2011). “Pendekatan “Empat P” Dalam Kegiatan Pendidikan Dan

Pembelajaran”. Cendekia. Vol. 9. No.1 (hal.57).

Kodiran. (1998). Akulturasi Sebagai Mekanisme Perubahan Kebudayaan. Humaniora. No.8.

(hal.87).

Laily, Iftitah Nurul. 2022. “Asimilasi Adalah: Ciri, Jenis, Faktor Pendorong, dan

Penghambatnya”. https://katadata.co.id/safrezi/berita/61dd69346804c/asimilasi-adalah-

ciri-jenis-faktor-pendorong-dan-penghambatnya, diakses pada 17 Oktober 2022 pulul

11.15.

Mahyadeni. Muhammad Roihan Alhaddad. Ahmad Syukri Saleh. (2019). “Manusia Dan

Kebudayaan (Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia Dalam Keanekaragaman

Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber Penghidupan)”. Jurnal Manajemen

Pendidikan Islam. Vol.7, No.2 (hal.155-158).

Muhni, Djuritna Adi Imam. (1996). “Manusia Menurut Ortega Y. Gasset”. Jurnal Filsafat.

(hal.29).

Pratiwi, Poerwanti Hadi. “Asimilasi Dan Akulturasi: Sebuah Tinjauan Konsep”.


Prayoga, Ryan. Endang Danial. (2016). “Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Pada Suku Bonai

Sebagai Civic Culture Di Kecamatan Bonai Darussalam Kabupaten Rokan Hulu

Propinsi Riau.Vol.23. No.1 (hal. 61-62).

Ratriani, Virdita. 2022. “Pengertian Akulturasi Budaya dan 5 Contoh Akulturasi”.

https://caritahu.kontan.co.id/news/pengertian-akulturasi-budaya-dan-5-contoh-akulturasi?

page=all, diakses pada 17 Oktober 2022 pukul 11.04.

Rosana, Ellya. (2017). “Dinamisasi Kebudayaan Dalam Realita Sosial”. Vol. XII. No.1. (hal.25-

27).

Anda mungkin juga menyukai