Disusun Oleh
Kelompok 9
1. Fatimah Nur Halizah 2210110058
2. Muhammad Syahhanan Zaky 2210110061
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................1
BAB I..........................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................2
A. Latar Belakang................................................................2
B. Rumusan Masalah...........................................................3
C. Tujuan.............................................................................3
BAB II.........................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................4
A. Pengertian Mistik............................................................4
BAB III.......................................................................................8
PENUTUP..................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, Manusia adalah makhluk Tuhan yang punya
kepercayaan tinggi terhadap sebuah kekuatan universal. Maka dari itu,
manusia cenderung selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan,
bahkan, sebagian manusia berusaha untuk manunggaling dengan
Tuhan, dalam artian berusaha menghadirkan Tuhan sebagai cerminan
kerinduan manusia kepada Tuhan.
Usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan guna
mencapai kesempurnaan hidup bias disebut dengan mistik. Di barat
maupun timur, mistisisme telah dikenal sejak lama,mistisisme juga
dimiliki oleh agama agama lain di dunia. Dalam islam ilmu mistik ini
disebut dengan Tasawuf atau sufisme yang biasanya dilakukan dalam
sebuah aliran tarekat, sedangkan mistik atau tasawuf yang bersumber
dari kebudayaan jawa disebut dengan mistik kejawen.
Agama islam yang lahir di jazirah arab adalah agama yang
berlandaskan al qur’an sebagai kitab suci. Perkembangan selanjutnya,
agama islam bersinggungan dengan berbagai kebudayaan, seperti
kebudayaan Yunani, Persia, dan bahkan India, Persinggungan ini
kemudian membawa hal hal baru ke dalam tubuh agama islam, dalam
penyebaran selanjutnya, kebudayaan islam membaur dengan budaya
lokal sehingga lebih mudah diterima.
Kebudayaan jawa juga tidak luput dari nilai nilai agama islam
yang di bawa oleh wali songo, kebudayaan jawa yang sebelumnya
4
telah bersinggungan dengan ajaran hindu budha, kembali
bersinggungan dengan ajaran islam, dan terjadilah akulturasi budaya
dalam bebagai bidang, dan salah satunya dalam hal mendekatkan diri
pada Tuhan.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para wali di pulau Jawa
dilakukan dengan pendekatan budaya. Melalui upaya tersebut Islam
diterima masyarakat tetapi di sisi lain Islam yang berkembang adalah
Islam yang mempunyai rasa tradisi setempat dan jauh dari doktrin
murni.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Mistik ?
2. Bagaimana Aliran Aliran Dalam Pengetahuan mistik ?
3. Bagaimana Hubungan Mistisisme Jawa Dengan Agama
Islam ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Mistik.
2. Untuk Mengetahui Aliran Aliran Dalam Pengetahuan mistik.
3. Untuk Mengetahui Hubungan Mistisisme Jawa Dengan
Agama Islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mistik
6
kekuatan,1 sedangkan tasawuf bertujuan kepada pendekatan diri
kepada Tuhan sehingga bisa menyadari kehadiran Tuhan.
Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan,dan sebagai ilmu
pengetahuan,taswuf mempelajari cara bagaimana seorang
muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Para penganut tasawuf percaya bahwa manusia dapat
mendekatkan diri dengan Tuhan melalui pengalaman dan
pengamalan yang mereka lakukan sendiri.
1
Halimi Zuhdi, Mistik Jalaludin Rumi ( Analisis Struktural dalam Puisi Jalaludin
Rumi ), hlm.11
2
Ika Dwi Damayanti, Filsafat Mistik , (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 11.
7
bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih
dari satu atau dua identitas.
4. Aliran Nikhilisme, menyatakan bahwa dunia ini terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui
validitas alternative positif. Dalam pandangan nikhlisme,
Tuhan sudah mati. Manusia bebas berkehendak dan
berkreativitas.
5. Aliran Agnotisme, menganut paham bahwa manusia tidak
mungkin mengeahui hakikat sesuatu di balik kenyataannya.
Manusia tidak mungkin mengetahui hakikat batu, air, api dan
sebagainya. Sebab menurut aliran ini kemampuan manusia
sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu
yang ada, baik oleh indranya maupun oleh fikirannya. Paham
ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat rohani.
3
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII, h. 14-15
4
S. De Jong, Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa (Yogyakarta: Kanisius, 1976),
hlm.10–15.
9
berfungsi untuk mengajarkan tata cara atau tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang murid agar usaha dia mencapai derajat
manusia sempurna berjalan dengan baik dan benar serta tidak
malah terjerumus kepada kesesatan. Seorang guru haruslah
telah mencapai derajat yang tinggi, sudah masuk dalam tahapan
bersatu dengan Tuhan sehingga memiliki ilmu kasyaf atau
terbukanya hijab-hijab dunia. Ia biasanya memiliki kemampuan
supranatural atau kelebihan yang secara wajar dimiliki oleh
orang yang telah mencapai tingkatan tertinggi. Aliran kebatinan
menyebut guru mereka dengan guru kebatinan sedangkan dalam
tasawuf disebut dengan mursyid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
11