Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MISTISISME AGAMA
Diajukan Guna Memenuhi
Tugas Mata kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Fiqih Amrullah, S.H.I., M.Pd.I

Disusun oleh:
MUHAMMAD AKSAN NIM 20.01.0023
CASTOTO NIM 20.01.0011

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AL-AMIN INDRAMAYU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Sang pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita dari
zaman jahiliyah sampai zaman terang-benderang seperti saat ini. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “MISTISISME AGAMA”  tidak kurang dari pada waktu yang telah
ditetapkan.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari
sekian kewajiban mata kuliah Psikologi Agama, serta merupakan bentuk tanggung jawab penulis
pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf jika dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi diri.

Indramayu, 22 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. Pengertian mistisisme dalam psikologi agama ..................................................2
B. Karakteristik mistisisme dalam psikologi agama................................................2
C. Sejarah perkembangan aliran kepercayaan.........................................................3
D. Hal-hal yang termasuk mistisisme.....................................................................4
BAB III PENUTUP....................................................................................................6
A. Kesimpulan.........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................7
D.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam bukan sekedar agama, islam juga merupakan peradaban. agama akan mampu
memberikan khasanah budaya umum yang bahkan menjadi lebih penting dari pada unsur etnis
atau kedaerahan.
Mistisisme merupakan salah-satu sisi dan pokok bahasan dalam psikologi agama.
Mistisisme dijumpai dalam semua agama, baik agama teistik (Islam,Kristen dan yahudi) maupun
nonteistik (misalnya penganut agama budha). Tokoh mistik teistik maupun nonteistik sependapat
mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap murni terhadap salah satu aspek realitas,
meskipun barangkali mereka berbeda jauh dalam pernyataan verbal yang mereka kemukakan
mengenai apa yang mereka persepsikan.
Untuk lebih jelasnya kami pemakalah di dalam pembahasan selanjutnya akan menjelaskan
lebih rinci lagi mengenai mistisisme.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dari mistisisme dalam psikologi agama itu?
2. Bagaimana ciri khas atau karakteristik mistisisme itu?
3. Bagaimana awal mula sejarah perkembangan aliran kepercayaan?
4. Hal-hal apa saja yang termasuk didalam mistisisme?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang mistisisme agama dalam psikologi agama.
2. Mengetahui ciri khas atau karakter dari mistisisme agama.
3. Mengetahui sejarah mistisisme.
4. Mengetahui hal-hal yang termasuk dari mistisisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi Agama


Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup mata”. Kata
mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan
tunggal, yang mungkin disebut kearifan, cahaya, cinta atau nihil.
Menurut Prof. Harun Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, mistisisme yang dalam islam
adalah tasawuf disebut sufisme, sebutan ini tidak dikenal dalam agama-agama lain, melainkan
khusus untuk sebutan mistisisme islam. Sebagaimana halnya mistisisme, tasawuf atau sufisme
mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan.
B. Karakteristik Mistisisme dalam Psikologi agama
Ciri khas mistisisme yang pertama kali yang menarik para ahli psikologi agama adalah
kenyataan bahwa pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan atau kesadaran
yang mencapai puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai kemanunggalan
gambaran tersebut merupakan pengalaman menyatu dengan tuhan. Kondisi kesadaran serupa
juga dialami oleh tokoh mistik nonteistik (kalangan para penganut budha). tokoh mistik teistik
maupun non teistik sependapat mengenai arti penting pengalaman yang mereka anggap sebagai
persepsi murni terhadap salah satu aspek realitas, meskipun ada perbedaan jauh dalam
pernyataan verbal yang mereka gunakan ketika mengemukaan mengenai apa yang mereka
persepsikan. Kondisi kesadaran mistik seperti ini diperoleh melalui kontempalsi dan pengasingan
diri dari kehidupan sosial.
Sedangkan menurut William James menjelaskan tentang kondisi mistisisme. Menurutnya,
kondisi tersebut ditandai dengan empat karakteristik:
1. Ineffability (tidak dapat diungkapkan), merupakan suatu kondisi yang mustahil dapat
dideskripsikan atau dijabarkan, kondisi tersebut merupakan perasaan (state of feeling) yang
sulit dilakukan pada orang lain dengan detail kata seteliti apa pun.

2
2. Neotic, yaitu merupakan merupakan suatu kondisi pemahaman sebab bagi para pelakunya ia
merupakan kondisi pengetahuan. Dalam kondisi tersebut tersingkap hakikat realitas yang
baginya merupakan ilham dan bukan pengetahuan demonstratif.
3. Transiency, yaitu merupakan suatu kondisi yang cepat sirna. Dengan kata lain, ia tidak
langsung tinggal lama pada sang sufi atau mistikus, tapi ia menimbulkan kesan-kesan yang
sangat kuat dalam ingatan.
4. Passivity, yaitu merupakan kondisi pasif
Dari sudut pandang tokoh mistis itu sendiri, pengasingan diri dan kontemplasi itu adalah dalam
upaya menyucikan diri, membersihkan jiwa dari keterikatan akan kenikmatan materi.
Kecenderungan yang demikian itu menampilkan sikap yang berbeda dari masyarakat umumnya.
Penarikan diri dari kehidupan social dengan cara mengasingkan diri juga dijumpai pada
penderita gangguan jiwa.
Mistisisme dalam kajian psikologi agama dilihat dari hubungan sikap dan perilaku agama
dengan gejala kejiwaan yang melatar belakanginya. Jadi bukan dilihat dari absah tidaknya
mistisisme itu berdasarkan pandangan agama masing-masing.
C. Sejarah perkembangan aliran kepercayaan
Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan,yaitu lingkungan alam dan
masyarakat.Lingkungan alam meliputi benda organis yang hidup disekitar manusia dan
lingkungan masyarakat ,adalah masa manusia yang berada di sekitarnya.
Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan mengembangkan
hidupnya. Bagi manusia yang kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam
menghadapi keadaan lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan.
maka timbul dari keinginan mereka untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan
dan membinasakan mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka miliki dicarilah
usaha untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi
mereka merupakan kekuatan gaib.
Diciptakanya mantra-mantra yang dianggap sakti untuk menguasai, menagkal atau
membinasakan kekuatan gaib perkembangan itu melibatkan masyarakat umum dan dan individu
yang bersifat umum berkembang menjadi kultus dan individualis berkembang menjadi
perdukunan. Perkembangan masyarakat pada kenyataan selalu membawa berkas dari generasi
terdahulu,Demikian pula perkembangan kepercayaan dari tahap politeisme menjadi monoteisme.

3
D. Hal-hal yang termasuk mistisisme
1. Ilmu ghaib
Yakni cara-cara dan maksud menggunakan kekuatan-kekuatan yang di duga ada di dalam
alam ghaib yaitu yang tidak dapat diamati oleh rasio dan pengalaman fisik manusia. Kekuatan-
kekuatan ghaib ini dipercayai ditempat-tempat tertentu, pada benda pusaka ataupun menjelma
dalam tubuh manusia. Sejalan dengan kepercayaan tersebut timbullah fetisen, tempat keramat
dan dukun sebagai wadah dari kekuatan ghaib.
Ilmu ghaib memegang peranan dalam keperluan pribadi dan tidak mempunyai makna yang
langsung bagi masyarakat umum.
2. Magis
Ialah suatu tindakan dengan anggapan bahwa kekuatan ghaib bisa mempengaruhi duniawi
secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan kenangan dan pengalaman. Orang mempercayai
bahwa karenanya orang dapat mencapai suatu tujuan yang di ingininya dengan tak
memperlihatkan hubungan sebab-akibat secara langsung antara perbuatan dengan hasil yang
diingini.
Untuk menjelaskan hubungan antara unsur-unsur kebatinan ini kita pertentangkan magis ini
dengan masalah lain yang erat hubungannya:
a) Magic dan Takhayul
Orang percaya bahwa untuk membunuh seseorang dapat dipergunakan bagian yang berasal
dari tubuh orang dimaksud. Misalkan, membunuh musuh dengan cara membakar rambut atau
kukunya. Tindakan membunuh tersebut adalah magis dan penggunaan rambut dan kuku sebagai
alat pembunuh adalah takhayul.
b) Magis dan Ilmu Ghaib
Contoh diatas jika kita mempercayai maka proses tersebut secara rasional tergolong ilmu
gaib.
c) Magis dan Kultus
Jika dihubungkan dengan kultus, magis merupakan perbuatan yang dianggap mempunyai
kekuatan memaksakan kehendak kepada supernatural (tuhan).
3. Kebatinan
Menurut Prof. Djojodiguno, S.H., berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia, aliran
kebatinan dapat dibedakan menjadi:

4
a. Golongan yang hendak menggunakan kekuatan ghaib untuk melayani berbagai keperluan
manusia.
b. Golongan yang berusaha untuk mempersatukan jiwa manusia dengan tuhan selama
manusia itu masih hidup agar manusia dapat merasakan dan mengetahui hidup dialam
baka sebelum mengalami kematian.
c. Golongan yang berniat mengenal tuhan dan menembus dalam rahasia ketuhanan sebagai
tempat asal dan kembalinya manusia.
d. Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur didunia serta berusaha
menciptakan masyarakat yang saling menghargai dan mencintai dengan senantiasa
mengindahkan perintah-perintah tuhan.
Dalam praktiknya golongan-golongan itu bercampur sehingga sulit memisahkannya. Oleh karena
itu, penggolongan tersebut hanya untuk keperluan ilmiah. Ilmu kebatinan pada umumnya
bermaksud untuk menemukan jalan yang dapat menempatkan manusia pada tempat yang
sewajarnya di tengah-tengah masyarakat di dunia dan juga dalam hubungannya dengan tuhan.
4. Tasawuf dan Tarekat
Tasawuf disebut juga mistisme islam memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan
tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berarti dihadirat tuhan.
Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisisme ialah kesadaran akan adanya komunikasi
dengan tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.
Tarikat pada mulanya diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan
tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan. Kemudian tarikat mengandung arti organisasi tiap
organisasi mempunyai syekh, upacara ritual, dan zikir serta nama tersendiri.
Pelaksanaan tarikat diantaranya:
a. Dzikir.
b. Ratib.
c. Muzik yaitu dalam membaca wirid-wirid diiringi bacaan-bacaan supaya lebih khidmat.
d. Bernapas yaitu mengatur napas pada waktu melakukan dzikir tertentu.

5
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Pengertian Mistisisme dalam Psikologi agama adalah Dalam arti luas, mistik dapat
didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut kearifan,
cahaya, cinta atau nihil.
2. Karakteristik atau ciri khas mistisisme dalam psikologi agama adalah kenyataan bahwa
pengalaman-pengalaman mistik atau perubahan-perubahan atau kesadaran yang mencapai
puncaknya dalam kondisi yang digambarkanya sebagai kemanunggalan. Sedangkan menurut
William James menjelaskan ada empat karakteristik yaitu, state of feeling, noetic,
Transiency, dan Passivity.
3. Sejarah singkatnya perkembangan aliran kepercayaan yaitu ketika manusia mempertahankan
dan mengembangkan hidupnya dilingkungan alam dan masyarakat. Bagi manusia yang
kurang pengalaman dan pengetahuan terpaksa menyerah dalam menghadapi keadaan
lingkungan ini dan terpaksa menyesuaikan diri dengan kehendak keadaan. maka timbul dari
keinginan mereka untuk mencari jalan agar pengaruh alam itu tidak merugikan dan
membinasakan mereka. Berdasarkan keadaan sosial budaya yang mereka miliki dicarilah
usaha untuk menguasai alam dengan kekuatan gaib sejalan dengan kekuatan alam yang bagi
mereka merupakan kekuatan gaib.
4. Hal-hal yang termasuk mistisisme ada 4
a. Ilmu gaib
b. Magis
c. Kebatinan
d. Tasawuf dan tarekat

6
DAFTAR PUSTAKA

Drs Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Jalaluddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 1993.
Prof. Dr H jalaluddin, Psikologi agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Anda mungkin juga menyukai