Anda di halaman 1dari 5

Nama : Radista Deviana

NIM : 19020484064

Kelas : 2019B

Tugas mencari contoh dari konsep Karl Marx, Santo Agustinus, Ibnu Khaldun

1. Konsep Karl Marx

Secara histori , Karl Marx menggunakan konsep Filsafat Marxisme. Filsafat Marxisme
adalah filsafat perjuangan kelas buruh untuk menggulingkan kapitalisme dan membawa
sosisalisme ke bumi manusia. Filsafat ini secara langsung atau tidak langsung mendominasi
perjuangan buruh. Terlepas dari upaya para kaum borjuis untuk menghapuskan atau
mendistorsi Marxisme, filsafat ini tetap ada dalam sela –sela perjuangan kelas buruh. Oleh
karena itu, filsafat ini adalah milik butuh bukanhanya kaum intelektual. Ide- ide Marx tidak
diungkapkan untuk para intelektual dan filsuf yang berpengetahuan, tetapi untuk perjuangan
pekerja. Alasan bahwa kaum buruh terlalu bodoh untuk memahami dasar filsafat Marxisme
tidak lebuh dari usaha borjuis untuk memisahkan buruh dari filsafatnya karena dalam
kesehari-hariannya buruh menghidupi filsafat ini di dalam aktivitasnya di pabrik. Akhirya ,
kaum buruh berhasil menguasai filsafat ini dan menggunakannya dalam perjuangan melawan
kapitalisme. Sejarah menunjukkan bahwa pasukan intelektual yang dipersenjatai dengan
Marxisme tidak pernah sejauh pasukan pekerja yang dipersenjatai dengan senjata yang sama.
Marxisme adalah istilah lain untuk sebuah filsafat yang bernama dialetika materialism.
Dialentikan materialism adalah dua filsafat yang dikembangkan oleh filsuf yang kemudian
oleh Marx dijadikan dialektika materialisme.

Pokok – pokok Marxisme dibedakan menjadi tiga bagian seperti :

a. Material Dialektis
b. Material Historis
c. Ekonomi Marxis

Ketiga bagian ini biasanya merupakan bagian utama dari Marxisme. Namun secara fundamental,
meterialisme sejarah menggunakan materialism dilektis untuk memahami sejarah, sedangkan
ekonomi Marxis menggunakan materialism dialektis untuk memahami ekonomi. Materialism
dialektis dapat menjelajahi semua aspek kehidupan. Kebuduyaan, seni, sains dan lain – lain ini
dapat dipelajari melalui metode materialis dialektik, hanya melalui metode ini kita dapat
memahami sepenuhnya bidang – bidang ini. Oleh karena itu, kita akan mulai dengan memahami
materialism dialektis. Jika kita tidak memahami dialektika materialism, kita tidak akan dapat
memahami materialism historis dan ekonomi Marxis.

Filsafat materialism merupakan fisafat yang sangat berlatar belakangan dengan filsafat
Idealisme. Materialisme dikenal dengan perbincangan sehari – hari. Kaum materiakis melihat
bahwa benda – benda materi adalah dasar dari segalanya, bahwa pemikiran, ide, gagasan, semua
lahir dari materi yang ada di dunia nyata.

Contoh :

 Ada sebuah perusahaan, mereka membuka lowongan kerja. Setalah lowongan itu
terpenuhi, secara otomatis karyawan baru dan karyawan bersaing dalam hal gaji. Tetapi
dalam perusahaan ini pada pembagian gajinya sama Antara karyawan baru dan lama.
 Pada pembuatan ponsel, ponsel yang diproduksi untuk memenuhi keutuhan manusia
dalam berkomunikasi jarakjauh telah menyebabkan kebutuhan akan pembaruan
perangkat lunak dan peralatan lainnya. Saat pertama kali ditemukan, hanya sedikit orang
yang mengira mereka benar – benar membutuhkannya, namun kini kebanyakan orang
bahkan rela antri beberapa jam untuk mendapatkan ponsel terbaru yang mereka impikan.
Menurut Marx, transformasi kebutuhan melalui proses kerja atau aktivitas produksi
material inilah mejadi motor dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia.
2. Konsep Santo Agustinus

Santo Agustinus merupakan seorang filsof abad pertngahan yang sekaligus juga seorang teolog.
Dalam struktur teoritis etika Santo Augustinus adalah filsafat yang tidak mengambil premis
keyakinan agama tertentu. Etika Santo Augustinus membawa kembali intuisi dasar Plato dan
sejak itu sangat menentukan keseluruhan pemikiran teologi moral barat. Etika yang mendasarkan
pada perintah ilahi dan penyatuan amnesia denan Tuhan melalui cinta membawapada visi filsafat
perennial. Filsafat ini memiliki tiga konsepsi filsafat perennial / filsafat keabadian yaitu
metafisika (berorientasi pada ketuhanan). Psikologi (manusia sebagai mikrokosmos) dan etika
(sebagai keselaran ). Filsafat perennial adalah padandangan filsafat agama yang menyakini
bahwa setiap agama didunia memiliki satu kebenaran universal yang menjadi dasar dari semua
pengetahuan dan doktrin agama. Pola kebangikatan filsafat perennial Antara lain :

a. Adanya sebuah relasi yang baru dengan alam


b. Adanya suatu erasaan keberatuan (sense of communion) dengan seluruh semesta yang
luas
c. Munculnya suatu bentuk komunitas manusiawi yang baru

Konsep filsafat perennial

Untuk menganalisis pemikiran perenialisme Santo Agustinus, penulis mengambil rumusan


Aldous Huxley sebagai kerangka acuan untuk menjabarkan konsep – konsep dasar filsafat
perennial. Ada 3 dasar filsafat perennial yaitu :

 Metafisika : dalam hal ini metafisika diartikan sebagai upaya sistematis, mencari refleksi
di balik sesuatu spesifik. Aldous Huxley menyebutkan bahwa metafisika abadi adalah
metafisika yang berusaha mengenali reaitas Tuhan sebagai fondasi dunia materi , biologi
dan kecerdasan. Jadi, metafisika umum tidak menunjuk secara langsung dan jelas realitas
ketahuanan sebagai dasar dari segalanya,tidak seperti metafisika abadi. Realitas
ketuhanan disebutkan namanya secara langsung dan jelas sebagai dasar alam semesta.
 Psikologi : menurut karakteristinya , psikologi perennial tidak menempatkan masalah ego
yang personal sebagai tema sentralnya , melainkan masalah diri abadi atau diri Tuhan
yang berada didalam diri individu yang partikular. Diri Tuhan ini identi atau paling tidak
sama dengan dasar Tuhan. Aldous menyebutan bahwa psikologi perennial ini pada
dasarnya bersumber pada metafisika perennial.
 Etika : yang menempatkan tujuan / cita- cita akhir manusia pada pengetahuan akan dasar
semua being (graound of all beings). Moralitas jangka panjang ini tidak pernah
menyangkal hubungan apapun komunikasi interpersonal, karena tujuan utama dari
moralitas abadi ini adalah hasil dari ketiga kebijakan ini yaitu keharminisan universal.
Harmonis moralitas abadi hanyalah kosmik kesatuan pemahaman tentang realitas sakral
berdasarkan segala sesuatu hal.

Contoh : dilihat dari suku yang melihat semua orang sebagai kombinasi diantara 4 elemen.
Pertama, prinsip abadi ilahi, yang disebut toiora. Kedua, diri lenyap dalam kematian, ketiga,
jiwa bertahan dalam kematian. Keempat, tubuh. Dalam masyarakat ini unsur sacral disebut
dengan sikan sama seperti esensi ilahi dunia. Faktanya adalah ditunjukkan bahwa tradisi
sejarah murni dan tradisi kuno itu panjang dan memiliki pemahaman yang sangat mendasar
tentang ketuhanan, Hucley mengatakan bahwa dia memiliki tauhid yang mendalam.

3. Konsep Ibnu Khaldun

Kata kunci dalam konsepsi filosofis sejarah Ibnu Khaldun adalah “Ibrar”, ini berarti contoh atau
pelajaran moral yang berguna. Secara terminologis, Ibrar dalam pengertian seluruh Bahasa
Semit, berarti melalui, melampaui , menyebrang atau melanggar perbatasan. Kelompok sufi
menggunakan kata itu sebagai alat untuk pengembangan dunia batin mereka. Dalam pengertian,
untuk melukisakan fungsi sprititual dari semua ungkapan mistik yang lebih jauh. Berkaitan
dengan sejarah filsafat, khaldun sepertinya ingin mengatakan bahwa sejarah memberikan
kekuatan inspriratis dan intuitif kepada filsafat. Pada pihak lain,filsafat menawarkan kekuaran
logis kepada sejarah. Dengan asset logis utama sejarahwan akan dapat menyaring dan
mengkritik materi seharah tertulis dan lisan sebelum kedatangannya proses presentasi akhir dari
investigasi. Pandangan ini membawa khaldun mengemukakan tujuh jenis kritikan dalam sejarah.
Penulisan sejarah mencerminkan sikap historisnya yang cermat Antara lain :

a. Sikap memihak pada pendapat dan madzhab – madzhab tertentu


b. Terlalu percaya pada pihak yang menukilkan sejarah padahal penuturan apapun baru bisa
diterima apabila telah melakukan ta’dil dan tajrih.
c. Gagal menangkap maksud – maksud yang dilihat dan didengar serta menurunkan laporan
atas dasar persangkaan dan perkiraan.
d. Persangkaan benar tidak berdasarkan pada sumber berita.
e. Kelemahan dalam mencocokan keadaan dengan kejadian yag sebenarnya
f. Kecenderunga manusia untuk dekat kepada para pembesar dan figure – figure yang
berpengaruh dengan jalan memuji – muji, menyiarkan kemahsyuran, membujuk bujuk
dan memberi tafsiran yang selalu menguntungkan semua tindakan mereka.
g. Ketidaktahuan tentang hukum – hukum watak dan perubahan masyarakat.

Contoh : Al-Mas'udi dan berbagai sejarawan Arab lainnya menerima bahwa tentara Israel yang
dipimpin oleh Nabi Musa berjumlah 600.000 atau lebih pria berusia dua puluh tahun ke atas. Jika
kita memeriksa kisah ini dengan cermat, itu jelas salah. Ketika Yakub dan saudara-saudaranya
memasuki Mesir hanya ada tujuh puluh dari mereka. Hanya empat generasi yang memisahkan
Yakub dan Musa. Kalau begitu, dari mana Musa mendapatkan begitu banyak pemuda dan pria?
Lebih jauh lagi, orang Israel sendiri melaporkan bahwa pasukan Salomo berjumlah 12.000 dan
kudanya 1400, sementara menyebut kerajaannya sebagai kekuatan negara mereka dan perluasan
pemerintahan mereka. Al-Mas'ud juga berhasil mengabaikan realitas fisik. Bagaimana tepatnya
pasukan besar ini masuk ke dalam labirin? Bagaimana kekuatan yang begitu besar bisa berbaris
dan dipindahkan di area yang begitu terbatas? Dalam bidang pengetahuan sejarah, al-Mas'ud
tidak lebih baik. Secara historis, setiap kerajaan diawaki oleh sejumlah garnisun sesuai
ukurannya. Sebuah kerajaan yang memiliki enam ratus ribu atau lebih pejuang akan memiliki
perbatasan yang jauh melebihi batas kerajaan Israel kuno.

Anda mungkin juga menyukai