NIM : 2261201169
JURUSAN : MANAJEMEN
Batu Lapidde sudah ada sejak abad ke-16 atau saat Belanda memasuki wilayah Barru.
Batu Lapidde yang bentuknya menyerupai wujud manusia itu, letaknya tidak jauh dari
Puncak Kappire, Dusun Pange, Desa Palakka, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Lapidde
adalah nama orang yang aslinya bernama La Wedi, dikisahkan dia adalah seorang yang
gemar berburu jonga (rusa) di hutan bersama anjing-anjing kesayangannya. Bukan gemar
saja, tapi dia sudah terkenal ahli berburu jonga. Tetapi yang dia herankan adalah saat
berburu bersama temannya yang lain, hasil buruannya sedikit, bahkan terkadang tidak ada
sama sekali. Beda ceritanya saat dia berburu hanya bersama anjing-anjingnya, hasil buruan
yang didapatkannya sangat banyak.
Pola serupa yang terjadi pada suatu hari. Di hari itu Lapidde memutuskan untuk
berburu hanya dengan anjing-anjing kepercayaannya, tetapi perburuannya kali ini menjadi
perburuan terakhirnya karena sebuah malapetaka.
Sudah berjam-jam dia berburu tapi belum mendapatkan hasil apa pun. Lapidde
memutuskan untuk beristirahat sejenak di atas sebuah batu.
Akan tetapi, ketika dia melihat anjing-anjingnya justru asyik bermain, La Wedi
mendadak geram dan amarahnya itu menutup mata dan hatinya, dia kemudian mengumpat
ke anjingnya, “Seandainya ada batu, akan kulemparkan padamu anjing!” Tak lama setelah
itu tubuhnya terasa kaku dan mulai menjadi batu, dan anjing-anjingnya yang berada di
sekitar La Wedi pun ikut berubah menjadi batu.
Tak lama kemudian, istrinya datang sambil membawa makanan untuk La Wedi.
Alangkah terkejutnya ia saat melihat suami serta anjingnya telah berubah menjadi batu.
Setelah itu, tubuh istri La Wedi juga menjadi batu tak jauh dari suaminya. Masyarakat
sekitar percaya hal ini disebabkan La Wedi yang tidak menjaga tutur katanya sehingga alam
menghukum dia dan sekeluarga menjadi batu. Sejak saat itu batunya dinamakan batu
Lapidde. Mitos lain tentang batu ini, konon tetesan air kadang muncul dari Batu Lapidde
yang berbau pesing dan dipercaya masyarakat itu sebagai air kencing La Wedi.
Terlepas dari benar tidaknya kisah Batu Lapidde ini, kita dapat mengambil pelajaran
untuk senantiasa menjaga tutur kata kita di mana pun kita berada karena kecenderungan
sekarang, banyak orang yang berbangga diri berucap kata-kata kasar dan menganggapnya
sebagai tanda dirinya keren. Sebab, ada kalanya kita lebih baik diam daripada berkata-kata
buruk.
1
1. PENGERTIAN CERITA RAKYAT
Pengertian cerita rakyat itu sendiri menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah sastra cerita dari
zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan. Cerita rakyat juga
didefinisikan sebagai kesusastraan dari rakyat, yang penyebarannya pada umumnya melalui tutur
kata atau lisan.
2
e. Menjadi milik cerita bersama dalam suatu masyarakat
f. Umunya bersifat polos dan spontan.
b. Nilai Sosial
Nilai sosial merupakan standar yang memuat seperangkat perilaku dan berfungsi
sebagai pedoman individu dalam hidup bermasyarakat. Nilai sosial sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat berperan dalam mempertegas batasan mengenai baik dan
buruknya suatu perilaku serta hal yang dianggap pantas dan tidak pantas.
Contohnya, sebagai bangsa Indonesia kita berpegang teguh pada nilai-nilai luhur
bangsa yang berupa sikap gotong royong dan keramahtamahan. Kedua nilai tersebut
melekat kuat pada identitas Indonesia dan menjadi ciri khas masyarakat Indonesia
dimata negara-negara lain di dunia.
c. Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan aturan-aturan yang telah disepakati dan ada di dalam suatu
masyarakat, baik dalam lingkup organisasi maupun lingkungan dan telah mengakar
dan digunakan sebagai acuan berperilaku.
Nilai-nilai yang sudah tertanam harus bekerja, sehingga masyarakat bisa menanggapi
suatu kejadian atau peristiwa dan segala perkembangan di dalam kehidupan yang
terus berjalan. Selain itu, nilai budaya juga berfungsi untuk mendorong munculnya
pola berpikir dan sumber tatanan cara berperilaku masyarakat.