Anda di halaman 1dari 7

Hasil Kebudayaan Pada Masyarakat Praaksara

Tingkat Lanjut: Tradisi Lisan

Menjelang berakhirnya masa praaksara, hasil-hasil budaya nenak moyang kita


semakin kaya berupa munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik (abstrak).
Memang pada masa bercocok tanam telah muncul satu bentuk hasil budaya nonfisik
berupa kepercayaan (animisme dan dinamisme), namun hasil-hasil budaya yang bersifat
fisik tetap dominan.
Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka melembagakan
aturan-aturan yang sudah ada dan bahkan muncul nilai-nilai baru yang harus dihayati
semua anggota komunitas.
Ada dua cara menyampaikan nilai dan pandangan hidup komunitas,, yaitu secara
langsung melalui nasihat-nasihat dan petuah-petuah, dan secara tidak langsung melalui
contoh hidup dan folklor (mitos, legenda, dongeng, upacara, nyanyian rakyat, dan lain-
lain)
Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang foklor itu. Namun, sebelumnya kita
perlu tahu apa itu tradisi lisan.
1. Tradisi, Tradisi Lisan, Dan Folklor
Kata tradisi berasal dari bahasa latin tradition, yang berarti menyampaikan atau
meneruskan.
Tradisi juga dipahami sebagai suatu adat kebiasaan yang dipertahankan turun-
menurun dan masih dihayati oleh masyarakat pendukungnya.
Karena penyampaiannya dilakukan secara lisan kemudian dikenal istilah tradisi
lisan.
Tradisi lisan terangkum dalam apa yang disebut folklor. Folklor (dari kata
bahasa inggris folklore: folk berarti rakyat dan lore berarti tradisi atau ilmu
pengetahuan). Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang
tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-
menurun.
Berikut ini ciri-ciri folklor :
- Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
- Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku
- Bersifat anonim, artinya nama penciptanya tidak diketahui.
- Memiliki gaua bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola),, serta sering
menggunakan kata-kata klise, misalnya jika ingin menggambarkan
kecantikan seseorang akan dikatakan “wajahnya bersinar seperti bulan
purnama”
- Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, "menurut empunya
cerita" atau menurut sahibulhikayat", dan menutupnya dengan"...
demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ...."
- Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu masyarakat:
selain sebagai hiburan, pendidikan nilai, juga untuk menyampaikan protes
sosial dan bahkan untuk mengungkapkan keinginan yang terpendam.
- Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.

2. Jenis-Jenis Folklor
a. Mitos
Mitos (dari kata bahasa Yunani mythos; Inggris: mithology) adalah cerita
prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang
terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh
yang empunya cerita atau oleh penganutnya.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki mitos, umumnya
terkait dengan asal usul masyarakat tersebut. Dapatkah Anda menyebutkan
contoh mitos di daerahmu?

b. Legenda
Mirip dengan mitos, legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang
empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Bedanya dengan
mitos, tokoh dalam legenda lebih bersifat duniawi. Terdapat beberapa ciri
legenda, di antaranya:
- bersifat duniawi, artinya bertempat di dunia seperti yang kita kenal
sekarang dan terjadi pada masa yang belum terlampau lama;
- ditokohi oleh manusia, yang ada kalanya mempunyai sifat dan kekuatan
yang luar biasa, serta sering kali dibantu oleh makhluk-makhluk gaib;
- milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir;
- sering mengalami penyimpangan dari versi sebelumnya (terutama karena
tidak ditulis);
- diwariskan secara turun-temurun;
- banyak mengandung ajaran tentang kebaikan dan kejahatan sehingga
dapat dijadikan pedoman hidup.

Jan Harold Brunvand menggolongkan 'egenda menjadi empat kategori,


yakni sebagai berikut.
1. Legenda keagamaan
Legenda keagamaan, yaitu legenda yang berkisah tentang para pemuka
agama. Contoh: legenda Wali Songo. Wali Songo adalah tokoh-tokoh
penting dalam penyebaran agama Islam, terutama di Jawa.

2. Legenda alam gaib


Sesuai namanya, legenda ini berbentuk kisah yang benar- benar terjadi atau
pernah dialami manusia sehubungan dengan makhluk gaib, hantu, siluman,
genderuwo, gejala-gejala alam gaib, sundel bolong, dan sebagainya.
Fungsinya adalah meneguhkan kebenaran dan kepercayaan terhadap alam
gaib yang sering disebut. takhayul. Contoh: legenda mandor Kebun Raya
Bogor yang lenyap begitu saja sewaktu bertugas di kebun itu, yang menurut
penduduk setempat karena melangkahi setumpuk batu-bata bekas pintu
gerbang Kerajaan Pajajaran.

3. Legenda perorangan
Legenda perorangan adalah kisah tentang orang-orang tertentu dan dianggap
benar-benar terjadi. Contoh: legenda tentang cerita Panji (Jawa Timur).
Panji adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kahuripan yang senang sekali
menyamar menjadi orang biasa untuk mengetahui keadaan rakyatnya.

4. Legenda tempat (lokasi)


Legenda tempat adalah kisah yang berhubungan dengan nama tempat atau
bentuk topografi suatu daerah. Legenda ini berkembang hampir di semua
tempat di Indonesia. Contoh: legenda terjadinya Danau Toba di Sumatra,
legenda Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat, legenda asal-usul nama
Kota Banyuwangi.
a. Dongeng
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turun-
temurun. Di dalam dongeng mungkin kita akan menemukan manusia bisa
terbang atau hewan dapat berbicara.
Umumnya dongeng tidak diketahui pengarangnya (anonim).
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga
dongeng yang mengajarkan tentang baik-buruk (ajaran moral) dan bahkan
sindiran; dengan demikian, selain menghibur, dongeng juga merupakan
sarana sosialisasi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Salah satu jenis dongeng yang terkenal adalah fabel, yaitu dongeng
yang tokoh-tokohnya berupa hewan dengan perilaku seperti manusia.
Contoh dongeng: Si Kancil yang cerdik, Bawang Merah dan Bawang Putih,
Joko Kendil, dan sebagainya.

b. Nyanyian rakyat
Menurut ahli folklor Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat adalah
jenis folklor yang terdiri dari teks dan lagu.
Setidaknya ada empat fungsi nyanyian rakyat: pertama, sebagai
pelipur lara, nyanyian jenaka, pengiring permainan anak- anak, dan
pengantar tidur; kedua, sebagai pembangkit semangat; ketiga, memelihara
sejarah setempat atau sejarah klan. Di Nias ada nyanyian rakyat yang disebut
Hoho, yang digunakan untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang
disebut Mado. Fungsi keempat adalah sebagai protes sosial, misalnya
terhadap praktik-praktik ketidakadilan dalam masyarakat.
Tidak semua nyanyian rakyat disertai lirik lagu yang menonjol.
Beberapanya hanya menirukan bunyi alat musik atau bunyi-bunyian tertentu.
Contoh: kecak dari Bali; jenis nyanyian seperti ini memang umumnya
digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.
c. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat
pada aturan-aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan.
Contoh: upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara
memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala
suku, upacara sebelum berperang.
Ada bermacam-macam upacara, seperti upacara membuat rumah,
upacara kematian/penguburan, upacara perkawinan, pengukuhan kepala
suku, upacara sebelum maju ke medan perang, upacara tolak bala, dan lain-
lainnya.

3. Tradisi Lisan Yang Masih Lestari


Berikut ini beberapa contoh tradisi lisan di Indonesia yang masih
dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat pendukungnya.
a. Wayang
Wayang diperkirakan mulai dikenal orang sejak masa praaksara, yaitu
sebagai media yang digunakan dalam upacara mengundang roh nenek moyang.
Wayang kemudian berkembang menjadi pertunjukan dalam bentuk teater,
dengan menggunakan boneka-boneka berbentuk pipih.
Awalnya wayang hanya berkembang di Jawa dan Bali, tetapi sekarang
banyak suku bangsa lain mempunyai wayang bahkan hingga ke mancanegara.
Karena wayang banyak disukai orang dan mudah diterima di berbagai
kalangan, muncul berbagai jenis wayang di antaranya:
a. Wayang kulit: tokoh-tokohnya terbuat dari kulit (kulit sapi ataupun
kambing), dengan tampilan warna-warni yang menarik untuk
menghidupkan karakter tokohnya.
b. Wayang wong: tokoh-tokohnya manusia dengan kostum yang sesuai
tuntutan cerita.
c. Wayang golek: tokoh-tokohnya dibuat dari kayu, seperti wayang dari
Jawa Barat.

b. Wayang Beber
Wayang beber adalah bentuk wayang yang agak berbeda dengan
wayang-wayang yang lain. Wayang beber menggunakan media gambar yang
lakon-lakonnya dilukis di atas kertas (daluang) dengan ukuran antara 200 x 70
cm, lalu dibentangkan (dibeber).

c. Mak Yong
Mak yong adalah sejenis pertunjukan tradisi lisan yang berasal dari
Pattani, Thailand selatan. Mak yong masuk ke Indonesia melalui Riau, lalu
Sumatra Utara, kemudian Kalimantan Barat. Mak yong kemudian menjadi
bagian dari kebudayaan Melayu.
Cerita yang paling disukai dalam pertunjukan mak yong adalah kisah
cinta antara Mak Yong dan Dewa Muda. Meski melakonkan kisah cinta, semua
pelakonnya perempuan.

d. Didong
Didong merupakan kesenian tradisional masyarakat Gayo, Provinsi
Aceh. Kata didong berasal dari kata dendang yang artinya sama dengan denang
atau donang yang dalam bahasa Gayo, yaitu menghibur diri sendiri dengan
menyanyi.
Unsur-unsur yang ada di dalam didong meliputi seni sastra, seni tari, dan
seni suara. Tokoh utama dalam tradisi ini adalah ceh yang mempunyai
kemampuan untuk menggubah lagu.

e. Rabab Pariaman
Rabab pariaman adalah salah satu tradisi lisan yang berasal dari Sumatra
Barat. Rabab adalah sejenis alat musik gesek yang menggunakan tempurung
kelapa sebagai badannya, ditutup dengan bambu dan diberi kayu dan hiasan
bunga pada kepalanya. Cara membunyikannya adalah dengan dipetik atau
dimainkan dengan busur gesek yang terbuat dari kawat nilon halus. Bentuknya
secara keseluruhan dan cara memainkannya persis seperti biola.
Teks rabab dibagi dalam dua unsur, yaitu dendang dan kaba. Dendang
adalah syair yang dinyanyikan, dan kaba adalah cerita yang disampaikan.

f. Tanggomo
Tanggomo merupakan salah satu bentuk puisi tradisional dalam tradisi
lisan yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Pertunjukan puisi tersebut
dinyanyikan oleh seorang penyanyi yang disebut to motanggomo.
Penyampaian tanggomo bisa diiringi alat musik seperti gambus dan
kecapi, bisa juga tanpa musik sehingga si pembawa cerita harus mengandalkan
gerakan tangan, muka, kepala, dan mimik wajah untuk menghidupkan cerita.
Keberadaan tanggamo sangat dekat dengan rakyat. Itu karena, sesuai
namanya yang artinya menampung, seorang to motanggomo harus siap
menampung keinginan penonton, biasanya berupa menyelingi cerita dengan
lagu-lagu.
TUGAS
Hasil Kebudayaan Pada Masyarakat
Praaksara Tingkat Lanjut : Tradisi Lisan

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 2

NAMA :
1. Elit Susanti
2. Hartati
3. Nurido Willy Yandra
4. Adi Priana
5. Anam Mahruk
6. Jessen
7. Hengga

UPT SMK NEGERI 2 MUARA ENIM


Jl. Raya Prabumulih Km.50, Kec.Gelumbang Kab. Muara Enim
Prov. Sumatera Selatan
Tahun Ajaran 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai