Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS NYANYIAN TRADISIONAL BADEDE DI DESA POTO

KABUPATEN SUMBAWA

Proposal Skripsi

Disusun Oleh
BAYU PERBATA
91221200005

PROGRAM STUDI SENI MUSIK


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, di mana sebuah negara


terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan budaya. Indonesia memiliki budaya
yang beranekaragam. Kesenian merupaka salah satu penyangga kebudayaan, dan
berkembang menurut kondisi dari kebudayaan tersebut. Dari budaya-budaya itulah
lahir seniman-seniman yang selalu berperan dalam mempertahankan serta
melestarikan seni dan budaya. Seniman adalah sebuah istilah subjektif yang mengarah
kepada seorang yang kreatif, inovatif, atau mahir dalam bidang seni.
Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang
penting dari kebudayaan, kesenian merupakan kreativitas dari kebudayaan dan pada
dasarnya semua bentuk kebudayaan berasal dari Ritual (Kesukuan). Kesenian
meliputi berbagai macam, di antaranya seni tari, seni lukis, seni pahat, seni peran, seni
sastra, film dan seni musik.
Pada dasarnya semua aktivitas yang di lakukan manusia adalah untuk memenuhi
semua kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang erat hubungannya dengan pemenuhan
estetis adalah melalui kegiatan berkesenian. Dalam kegiatan berkesenian ini, seni
dapat di pandang memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat, karena
melegakan, menghibur, mendukung aktivitas harian, melegitimasi acara, dan
membuat romantik manusia.
Kesenian secara garis besar dapat di bedakan menjadi dua, yaknikesenian modern dan
kesenian tradisional. Kesenian modern atau non-tradisional yaitu sesuatu bentuk seni
yang penggarapannya di dasarkan pada cita rasa baru di kalangan masyarakat
pendukungnya, akibat pengaruh dari luar dan bahkan sering pula ada yang bersumber
dari cita rasa “Barat”. Sedangkan kesenian tradisional lahir pada masa Indonesia
belum merdeka, menggunakan dialek atau bahasa daerah, memiliki identitas regional
yang kuat, dan mempunyai pola dramatik tertentu yang dapat di duga sebelumnya.
Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah
di rasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkunnya. Pengolahan ini di
dasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Cita rasa di sini mempunyai
pengertian yang luas, termasuk”nilai kehidupan tradisi”, pandangan hidup,
pendekatan falsafah, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan. Hasil
kesenian tradisional biasanya di terima sebagai tradisi, pewaris yang di limpahkan
dari angkatan tua kepada angkatan muda.
Kesenian tradisional dalam pertumbuhanya bertali erat dengan lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial budaya, seba gai bukti tentang hubungan antara kegiatan
seni dengan lingkungan sosial adalah kesenian, sehingga kesenian tradisional itu
merupakan identitas bagi warga daerahnya (Suwaji, 1988 : 14). Kesenian tradisional
akan tetap hidup terus menerus selama tidak ada perubahan pandang hidup
pemiliknya. Kesenian tradisional akan mati atau punah jika pandang hidup serta nilai-
nilai kehidupan masyarakat pendukungnya tergeser oleh nilai-nilai yang baru (Suwaji,
1988 : 16).
Kesenian Tradisional perlu juga di lestarikan. Pelestarian kesenian tradisional
berfungsi agar kesenian tidak hilang dan musnah. Kesenian tradisional perlu di
lestarikan karena memiliki nilai seni yang telah diwariskan dari zaman ke zaman yang
menjadi sarana pendidikan agar lebih bisa mencintai tanah air (dalam nina, 2015 : 2).
Satu sisi seni bersifat tradisional, mengacu pada apa yang sudah ada, sementara itu di
sisi lain, seni merindukan kreasi dan inovasi, selalu mengejar apa yang belum pernah
ada yang artinya membutuhkan kebaruan.Seni akan selalu memberi kenikmatan
kepada masyarakat pendengar atau pengamatnya. Tentu bisa saja hasil seni juga
memberikan informasi pernyataan tentang ekspresi, tetapi yang tidak boleh dilupakan
adalah hasil seni itu mesti menyenangkan dan memberi kenikmatan.
Di Indonesia topik penelitian lisan banyak sekali di minati oleh para peneliti dalam
beberapa tahun ini. Hal itu, sejalan dengan maraknya semangat di kalangan
masyarakat luas untuk memperhatikan dan melestarikan budaya-budaya berbagai
suku bangsa yang lahir dari bahasa-bahasa daerah dan jumlahnya banyak sekali.
Usaha penyelamatan tradisi lisan ini harus mendapat apresiasi karena didalamnya
memiliki bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang hadir ditengah-tengah masyarakat
pemiliknya, karena mengandung nilai-nilai yang patut di teladani sebagai
kepercayaan, pangdangan hidup, cara berfikir, dan nilai budaya bangsa yang
mempunyai hubungan erat dengan kehidupan masyarakat pemiliknya, baik hubungan
dengan masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan datang.
Etnis Sumbawa (Samawa) mempunyai karya sastra lisan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat sejak zaman dahulu, salah satunya dalam bentuk puisi
lisan. Puisi lisan yang dikenal dengan nama lawas merupakan media komunikasi dan
ekspresi bagi masyarakat pemiliknya. Lawas sebagai fenomena budaya merupakan
cerminan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat di zamannya, karena itu nilai
budaya tersebut sangat bersifat kontekstual. Lawas sebagai salah satu bentuk sastra
lisan dalam masyarakat Sumbawa (Samawa) merupakan fenomena kebudayaan yang
akan tetap hadir di tengah-tengah masyarakatnya. Cerminan nilai budaya daerah telah
digunakan dalam mengembangkan budaya nasional, sehingga menempatkan sastra
lisan sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan. Maka sudah
sepantasnyalah mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk menindaklanjuti
semua itu dalam berbagai bentuk kegiatan. Lawas telah dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakatnya dalam berbagai aktivitas kehidupan, seperti saat menuai padi, karapan
kerbau, upacara adat keagamaan seperti perkawinan dan sunatan, serta dalam berbagai
bentuk hiburan. Lawas tidak dimiliki oleh perorangan tetapi merupakan milik
bersama masyarakat sebagaimana sastra lisan yang hidup di daerah lain. Secara turun
temurun lawas dalam penyampaiannya dinyanyikan baik oleh perorangan maupun
kelompok yang disebut balawas. Balawas kemudian menjadi sebuah seni
penyampaian lawas yang dipertunjukkan dihadapan orang banyak untuk keperluan
upacara adat atau hiburan. Balawas di samping memanfaatkan lawas dan temung
(tembang) ada juga memanfaatkan seni lain sebagai pendukungnya yakni seni musik.
Balawas kemudian menjadi seni menyampaikan lawas yang dikenal dalam bentuk
saketa, gandang, ngumang, sakeco, langko, badede, dan basual (Suyasa, 2002:7).
Kehidupan sastra lisan akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan dinamika
masyarakat pemiliknya (Tuloli,1991:2). Perubahan tersebut meliputi pola dan cara
pandang tentang kehidupan, serta terbatasnya kemampuan masyarakat dalam
menginterpretasikan warisan budaya yang diterimanya. Kemampuan yang terbatas
pada masyarakat dalam mewarisi kekayaan budaya yang berupa sastra lisan serta
adanya arus pengaruh dari luar akan menyebabkan hilangnya beberapa bentuk sastra
serta terjadinya pergeseran makna, fungsi, dan timbulnya variasi bentuk. A.Teeuw
(1984:330) mengatakan bahwa sastra lisan pun sering mempunyai dinamika intrinsik
yang kuat sekali ataupun berubah akibat pengaruh asing (tulis atau lisan). Sastra lisan
di Indonesia sangat memungkinkan terjadinya perubahan, hal ini akibat pergesekan
antar budaya yang sangat tinggi walaupun pada beberapa ragam dasar barangkali
bertahan lama. Disadari atau tidak oleh masyarakat pemiliknya ternyata dalam
perkembangannya lawas telah melahirkan berbagai konfigurasi sebagai gambaran
keterbukaan masyarakat dalam menerima budaya orang lain yang dianggap masih
sejalan dengan budaya Samawa. Konfigurasi ditunjukkan dalam bentuk (struktur), isi,
dan penyajian lawas. Konfigurasi yang terbangun dalam sastra lisan lawas
mencerminkan gambaran budaya Nusantara sebagai wujud persahabatan dan
berterimanya terhadap budaya lain. Bentuk lawas juga mempunyai beberapa
kesamaan seperti pantun Bugis, Patu’u Bima,ditunjukkan dari jumlah baris yakni
yang mempunyai betuk tiga baris. Isi lawas sangat kontektual peristiwa dalam
berbagai lapisan masyarakat mampu terakomodasi dengan baik menjadikan lawas
sebagai media komunikasi dan persahabatan. Lawas sebagai mana sastra lisan yang
lain ciri utama penyampaiannya dalam bentuk pertunjukan lisan seperti, balawas,
sakeco, saketa, ngumang, gandang, langko, badede, basual yang juga memadukan
berbagai peralatan seperti rebana ode/rea, serunae, genang dan lain sebagainya yang
punya kemiripan dengan daerah di luar Samawa.
Ekspresi tradisi lisan perlu di ungkapkan kalau ingin mendapatkan gambaran tentang
kekayaan budaya, seperti orang Sumbawa (Tau Samawa). Seni tradisi lisan (Oral
Tradisition) yang masih bertahan sampai sekarang di Sumbawa yaitu lawas-lawas
yang di lisankan dengan berbagai cara pewarisannya, ada yang di lagukan sendiri,
adapula secara berpasangan atau beramai ramai. Dalam kaitan penelitian ini akan
fokus pada analisis nyanyian tradisional “Badede “ yang merupakan bentuk bentuk
penyampaiannya dalam unsur kelisanan dan nyanyian yang banyak di pakai dalam
berbagai keseharian masyarakat serta di berbagai upacara-upacara adat istiadat Tau
Samawa (Masyarakat Sumbawa).
Badede adalah menembangkan lawas yang di tujukan untuk anak menjelang tidurnya
serta di gunakan juga di saat pengantin sedang Barodak (Luluran). Lawas yang biasa
di nyanyikan. Yang dimana lawas biasanya dilantunkan atau di nyanyikan oleh
seorang ibu atau kakak yang sedang menina-bobokan atau mengasuh bayi atau di
dalam bahasa Tau Samawa di sebut juga (Badede Anak). Lawas yang di lantunkan
atau di nyanyikan pada saat badede anak bertemakan Ketuhanan atau Religius yang di
mana di dalam lawas yang di lantunkan terdapat lawas permohonan kepada Tuhan
Yang Maha Esa agar anak yang di asuh dapat panjang umur dan sehat, berguna bagi
keluarga, berbakti kepada orang tua, masyarakat,nusa dan bangsa serta agama.
Badede anak di sebut juga Lawas Kembang-Kembong.
Tradisi badede hanya berkembang di kalangan bangsawan Samawa (Sumbawa).
Tradisi Badede di laksanakan pada saat upacara Perkawinan dan Sunat Rasul
(Khitanan). Tradisi badede di tembangkan oleh beberapa wanita sambil
membunnyikan Kosok Kancing (sejenis marakas). Adat Badede di lantunkan atau di
tembangkan dalam suasana religius dan di hajatkan agar mereka yang menerima acara
ini dalam keadaan selamat dan terhindar dari mara bahaya serta tidak mudah di
ganggu oleh makhluk halus.
Salah satu upacara yang di iringi Badede Adat adalah pada saat kegiatan Barodak
(luluran pengantin, baik pria maupun wanita) keluarga bangsawan. Pengantin pada
saat mau di-Odak (di lulur),maka sekelompok wanita akan melantunkan atau
menembangkan lawas badede adat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka di rumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana sejarah nyanyian Tradisional Badede di Sumbawa?
2. Bagaimana bentuk analisis nyanyian Tradisional Badede di sumbawa?

1.3 Tujuan Penelitian


Suatu penelitian mempunyai arah dan tujuan yang telah di tetapkan agar dapat
bermanfaat dalam penyelesaian penelitian. Adapun tujuan yang hendak di capai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah nyanyian Tradisional Badede di Sumbawa.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk analisis nyanyian Tradisional Badede di
Sumbawa.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara akademis dan praktek
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini di harapkan memberi sumbangan yang bermanfaat di antanya
adalah berguna bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan, dapan digunakan
sebagai bahan kajian bagi peneliti lain, serta diharapkan penelitian ini dapat
menambah referensi historiografis sejarah biografi dan budaya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi
pembaca mengenai sejarah nyanyian tradisional Badede, bentuk analisis
nyanyian,serta makna-makna yang terdapat pada lawas nyanyian tradisional
Badede di Sumbawa guna untuk melestarikan tradisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.2

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Analisis
Analisis menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-Musabab, duduk perkaranya,
dan sebagainya). Pengertian analisis adalah kegiatan berpikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal
tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-
masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Analisis dapat diartikan sebagai
proses mencerna suatu masalah menjadi sederhana hingga dapat ditelaah
dengan mudah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis
merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan atau memecahkan suatu
permasalahan dari unit menjadi unit terkecil. Dalam beberapa kegiatan
ataupun penelitian maupun penyidikan biasanya melakukan analisis terlebih
dahulu. Dengan tujuan dapat menyederhanakan masalah yang dapat
mempermudah peneliti untuk menelaah permasalahan yang sedang diteliti
sesuai dengan fakta. Dengan adanya analisis beberapa permasalahan dapat
ditelaah lebih mendalam, dan juga dapat dicari penyelsaiannya secara lebih
cepat. Dalam dunia pendidikan analisis pasti diperlukan dalam setiap aspek
dengan tujuan mengetahui besar keberhasilan peneliti.
Secara singkat, analisis merupakan suatu istilah yang berarti suatu kegiatan
penelitian secara teliti terhadap suatu objek tertentu, baik makhluk hidup
ataupun benda mati, baik suatu ilmu logis ataupun ilmu yang abstrak, untuk
memperoleh hasil penelitian secara fakta dan lebih teliti, sehingga penelitian
tersebut mempunyai landasan yang kuat untuk dijadikan sebagai bahan kajian
untuk penelitian selanjutnya.

2.2.2 Musik
Musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 942) diartikan sebagai:
(1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan
hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
kesatuan dan kesinambungan; (2) Nada atau suara yang disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang
menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi iu).
Musik dapat dikatakan sebagai penghayatan isi hati manusia yang
diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi atau ritme serta
mempunyai unsur atau keselarasan yang indah. Istilah musik dikenal dari
bahasa Yunani yaitu Musike. Musike berasal dari kata muse-muse, yaitu
sembilan dewa-dewa Yunani dibawah dewa Apollo yang melindungi seni dan
ilomu pengetahuan. Dalam metodologi Yunani Kuno mempunyai arti suatu
keindahan yang terjadinya berasal dari kemurahan hati para dewa-dewa yang
diwujudkan sebagai bakat. Kemudian pengertian itu dipertegas oleh
Pythagoras,bahwa musik bukanlah sekedar hadiah (bakat) dari pada dewa-
dewi, tetapi musik terjadi kerena akal budi manusia dalam bentuk teori-teori
(Widhyatama, 2012: 01).

2.2.3 Bentuk Musik Berdasarkan Kajian Musikologi


2.2.3.1 Irama/Ritme
Irama dapat diartikan sebagai bunyi atau sekelompok bunyi dengan
berrnacam-macam panjang pendeknya not dan tekanan atau aksen pada not.
Irama dapat pula diartikan sebagai ritme, yaitu susunan panjang dan
pendeknya nada yang tergantung pada nilai titinada. Irama dalam musik
merupakan unsur yang paling dasar. Orang yang akan belajar musik perlu
memiliki rasa irama yang kuat. Setelah dapat mengikuti irama musik, barulah
kegiattur diteruskan pada unsur-unsur musik yang lain (Suharto dalam Joseph,
2005 : 52). Irama dalam musik terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam
dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang pendeknya, membentuk
pola irama, bergerak rnenurut pulsa dalam ayunan biram, irama dapat
dirasakan, kadang-kadang dirasakan dan didengar, atau dirasakan dan dilihat,
ataupun dirasakan dan didengar serta dilihat.
2.2.3.2 Harmoni
Harmoni adalah elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan secara
simultan dari nada-nada. Jika melodi adalah sebuah konsep horizontal, maka
harmoni adalah konsep vertical (Miller 2001: 41). Menurut Jamalus (1988: 35)
harmoni adalah keselarasan bunyi yang berupa gabungan dua nada atau lebih
yang berbeda tinggi rendahnya.
2.2.3.3 Syair/Lirik
Syair terdiri dari 4 baris kalimat, dengan persamaan bunyi akhir dalam
rumusan i - u - i - u, yang keempatnya merupakan suatu kesatuan makna. Syair
adalah teks atau kata-kata lagu. Syair merupakan komposisi puisi yang sering
dilagukan (Soeharto,2008 : 131). Sedangkan lirik Menurut (Semi 1984 : 95)
adalah puisi yang sangat pendek yang mengapresiasikan emosi. Selanjutnya,
(Sylado 1983 : 32) menyatakan lagu bisa juga merupakan aransemen musik
yang bisa ditambah lirik (teks) yang lirik tersebut mengungkapkan perasaan
dan pikiran penciptanya dengan cara-cara tertentu yang berlaku umum. Jadi,
antara lagu dengan lirik berkaitan dengan bidang bahasa.
2.2.3.4 Tempo
Tempo adalah kuat atau lemahnya nada dalam suatu bentuk komposisi music
yang terdiri dari forte (keras), piano (lembut), fortissimo (sangat keras),
pianissimo (sangat lembut), mezzo forte (agak keras), mezzo piano (agak
lembut) (Miller 2001 : 58)
2.2.3.5 Dinamik
Dinamik adalah kuat atau lemahnya nada dalam suatu bentuk komposisi musik
yang terdiri dari forte (keras), piano (lembut), fortissimo (sangat keras),
pianissimo (sangat lembut), mezzo forte (agak keras), mezzo piano (agak
lembut) (Miller 2001: 58).
2.2.3.6 Ekspresi
Ekspresi adalah suatu ungkapan pikiran atau perasaan yang mencakup tempo,
dinamika dan warna nada dari unsur-unsur pokok musik yang dihasilkan oleh
seniman musik penyanyi yang disampaikan pada pendengarnya ( Jamalus,
1988 : 38). Unsur ekspresi merupakan unsur perasaan yang terkandung di
dalam kalimat bahasa maupun kalimat musik yang melalui kalimat musik
inilah pencipta lagu atau penyanyi mengungkapkan rasa yang terkandung
dalam suatu lagu.
2.2.4 kkkk
2.3 dghj
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian sejarah dalam studi ini menggunakan pandangan sejarah kritis yang di dasarkan
kepada metode historis. Metode historis merupakan metode kegiatan mengumpulkan,
menganalisis secara rekaman, dan peninggalan masa lampau, dan kemudian diadakan
rekonstuksi dari data yang di peroleh sehingga menghasilkan histiografi (penulis sejarah).
Penelitian mengenai nyanyian tradisional Badede di desa Poto Kabupaten Sumbawa
menggunakan metode historis atau metode sejarah. Pendekatan historis adalah sekumpulan
prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksud untuk memberi bantuan secara efektif
dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis, dan kemudian
menyajikan suatu sintesa hasil dalam bentuk tertulis. Metode sejarah terbagi dalam empat
tahap kegiatan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
1. Heuristik
Heuristik adalah tahap pengumpulan data atau sumber-sumber sejarah. Dalam
penulisan ini teknik yang di gunakan untuk mendapatkan sumber adalah dengan studi
dokumen, studi pustaka, dan wawancara.
a). Studi Dokumen
Studi dokumen dimaksudkan untuk memperoleh data primer yang berupa dokumen
atau arsip mengenai upaya pelestarian kesenian nyanyian tradisional Badede
b). Studi Pustaka
Studi pustaka ini digunakan sebsagai bahan pendukung untuk memperkuat sumber
dokumen yang di gunakan. Riset kepustakaan dengan menmbaca buku-buku dan
sumber sekunder lainnya seperti koran, majalah yang berkaitan dengan topik
pembahasan yang sejaman.
c). Wawancara
Sebagian besar data untuk menulis tugas ini berupa sumber lisan maka dalam
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dalam
rangka untuk memperoleh informasi dan melengkapi data tertulis yang kurang. Dlam
wawancara ini digunakan teknik wawancara yang berstruktur, artinya wawancara
yang dilakukan akan mengalami perkembangan setelah dilapangan. Wawancara ini
dilakukan untuk mendapat keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk
keperluan informasi.Pemilihan informan dilakukan untuk mendapatkan keterangan
tentang diri pribadi, pandangan dari individu yang diwawancara.
2. Kritik Sumber
Tahap kedua adalah kritik sumber, yaitu usaha pencarian keaslian data yang diperoleh
melalui kritik intern maupun ekstern. Apabila kritik atau pengujian telah dilakukan
maka sumber-sumber yang dianggap benar atau valid dijadikan dasar untuk
membangun fakta. Untuk analisa terhadap data-data dilakukan secara deskiptif dan
kualitatif, karena data-data yang dikumpulkan pada dasarnya dalah data kualitatif.
Analisa dilakukan setelah data-data yang terkumpul, kemudian diinterpretasikan,
ditafsirkan, dan dianalisis dengan mencari hubungan sebab akibat mengenai suatu
fenomena sosiaol pada cakupan waktu dan tempat tertentu.
3. Interpretasi
Interpretasi diartikan sebagai memahami makna yang sebenarnya dari sumber-sumber
atau bukti-bukti sejarah. Fakta sebagai hasil dari “kebenaran” dari sumber sejarah
setelah melalui pengujian yang kritis tidak akan bermakna tanpa dirangkaikan dengan
fakta lain. Proses perangkaiian itu disebut eksplanasi. Hasli eksplanasi tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk tertulis yang disebut rekontruksi, yaitu dengan
menyusun fakta-fakta kemudian menjadi sebuah kisah sejarah. Tujuan kegiatan ini
adalah merangkaikan fakta-fakta menjadi sebuah kisah sejarah dari bahan sumber-
sumber yang belum merupakan suatu kisah sejarah.
4. Historiografi
Historiografi yang merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk penulisan baru
berdasarkan bukti-bukti yang telah diuji. Sumber-sumber bahan dokumen dan studi
kepustakaan, selanjutnya dianalisis, diinterpretasikan dan di tafsirkan isinya. Data-
data yang telah dikaji kebenarannya itu merupakan fakta-fakta yang dirangkai
menjadi kisah sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
Daftar Pustaka
https://lib.unnes.ac.id/29044/1/2501411054.PDF
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/48781/MTkxNDI3/Pesinden-Maria-Magdalena-
Rubinem-dalam-Upaya-Pelestarian-Kesenian-Tradisi-Karawitan-di-Yogyakarta-1943-2014-
BAB-1.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/287911-lawas-samawa-dalam-konfigurasi-
budaya-nu-38e7af37.pdf
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/Tambora/article/view/141/132

Anda mungkin juga menyukai