Anda di halaman 1dari 5

KARAWITAN JAWA SEBAGAI MEDIA BELAJAR DAN MEDIA

KOMUNIKASI SOSIAL

Arya Dani Setyawan


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
E-mail: aryadanisetyawan@gmail.com

Abstract: Karawitan is one of the performances that has developed and been culturally entrenched in
the areas of Indonesia, especially in Java, and even it has developed in foreign countries. Karawitan is
a medium generated from some elements of the gamelan instruments covering sound aesthetics and
presentation aesthetics. The unity of the musical elements in karawitan constitutes a paradigm for
the manifestation of life, nature, and the environment. The social function of presenting a gendhing
in Javanese karawitan is the method applied by society, ranging from the religious characters and
aspects, families, to individuals. Karawitan can be narrowed down as a medium of education, which
can be seen from the viewpoint of how to play it; karawitan becomes a musical presentation enoyable
WR OLVWHQ WR ZKHQ SOD\HG WRJHWKHU 7KLV UHÀHFWV WKDW WRJHWKHUQHVV LV RQH WKLQJ WKDW LV YHU\ LPSRUWDQW WR
achieve quality music (musical arrangement). This also means moral education in order that we live
in togetherness through cooperation, tolerance, empathy, self-adjustment, well-founded dispute not
XQIRXQGHG GLVSXWH DQG DYRLGDQFH RI VHO¿VKQHVV DQG EHLQJ LQGLYLGXDOLVWLF

Keywords: karawitan, education, social communication

Dahulu ketika berada dalam kekuasaan kerajaan, Sekarang, dalam berkarya seorang seniman
maka segala bentuk, pola kehidupan masyarakat tidak hanya berorientasi pada penguasa saja,
banyak diatur oleh kerajaan. Kedudukan seorang melainkan masyarakat sebagai konsumen
raja sebagai pemimpin akan menentukan nasib mendapatkan prioritas yang sama, karena
segalanya. Ketika seorang raja bersabda, maka masyarakatpun mempunyai kewenangan untuk
segalanya akan berubah, termasuk didalamnya menentukan bentuk, pengakuan, dan penghargaan
adalah kesenian. Sekarang ketika kerajaan sudah akan legalitas suatu karya seni. Namun demikian
berkurang kekuasaannya, maka kehidupan tidaklah mudah seorang seniman untuk selalu
masyarakat termasuk di dalamnya bentuk-bentuk mengikuti keinginan masyarakat “pasar”.
VHQL EHEDV XQWXN PHODNXNDQ DNWL¿WDV 6HDNDQ Dengan berorientasi pada keinginan masyarakat
bebas dari belenggu, maka bentuk-bentuk seni kadangkala membuat seorang seniman menjadi
pasca jaman kerajaan terkesan mulai saling dilematis. Tidak menutup kemungkinan karyanya
menyapa, dan bergaul. Sekarang kehidupan bersifat tidak original, tidak sesuai emosi jiwanya,
kesenian di dalam kraton sudah tidak dimonopoli tetapi lebih pada kebutuhan pasar, bahkan banyak
bentuk-bentuk seni istana. Bahkan, dalam acara- pula yang lebih pada tuntutan ekonomi. Dewasa
acara tertentu, bentuk-bentuk seni produk non ini, kesenian tidak selalu menduduki tempat yang
kraton sudah terbiasa merambah masuk, dan sama dalam kehidupan masyarakat. Presepsi dan
dinikmati oleh masyarakat kraton (lingkungan kegemaran bentuk kesenian antara daerah yang
istana). Alkulturasi akhirnya menjadi bagian yang satu dengan lainnya berbeda. Peran perubahan
sangat penting dalam menjaga eksistensinya. sosial dalam berbagai aspek kehidupan manusia
Perubahan kondisi tersebut mengakibatkan ikut menentukan keberadaan suatu bentuk seni.
banyak hal, salah satunya orientasi seniman dalam Sebagai pemegang hak atas mati dan hidupnya
berkarya bergeser. Dahulu dalam berkarya seorang suatu bentuk seni, manusia berhak menciptakan,
seniman selalu terbawa oleh kewenangan seorang melestarikan dan mengembangkan bentuk-bentuk
raja, bahkan tidak sedikit karya-karya seni yang seni yang disesuaikan dengan kondisi dimana dan
dipersembahkan kepada raja, sehingga banyak kapan ia hidup.
karya seni yang penciptanya diatasnamakan raja Dengan demikian, selama manusia hidup, seni
yang berkuasa pada saat itu. tidak akan pernah mati. Melainkan turun-temurun,

78
Arya Dani Setyawan, Karawitan Jawa sebagai Media Belajar 79

berputar, sesuai dengan kodrat dan hidup manusia. dan kewajibannya sendiri-sendiri, sedangkan
Hal ini sesuai dengan sifat kebudayaan sebagai secara audio dapat dirasakan melalui suara merdu
sesuatu yang superorganik, yaitu kebudayaan yang gamelan mengalunkan gending-gending dengan
tetap hidup terus, dan turun-temurun dari generasi karakter yang berbeda, dapat menggambarkan
ke generasi berikutnya, walaupun orang-orang serta mempengaruhi jiwa maupun perasaan
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa seseorang, bahkan dalam lingkup yang lebih besar
silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. yaitu masyarakat.
Sebagai salah satu bidang dari kebudayaan, Banyak penulis tentang karawitan
kedudukan seni dalam masyarakat tidak kalah PHQGH¿QLVLNDQ NDUDZLWDQ VHEDJDL EHULNXW
pentingnya dengan bidang-bidang lain. Kesenian PHQGH¿QLVLNDQ VHQL NDUDZLWDQ DGDODK PXVLN
selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Kesenian Indonesia yang berlaras non diatonis (dalam laras,
selalu melekat pada kehidupan setiap manusia, slendro, dan pelog) yang garapan-garapannya
dimana ada manusia disitu ada seni. Dengan sudah menggunakan sistim notasi, warna suara,
demikian antara seni dengan manusia tidak dapat ritme, memiliki fungsi, sifat pathet, dan aturan
dipisahkan, keduanya saling membutuhkan. garap dalam bentuk instrumentalia, vokalis dan
Manusia membutuhkan seni untuk keperluan campuran, enak didengar untuk dirinya maupun
hidupnya, sedang seni membutuhkan manusia orang lain (Suhastjarja, 1984:25). Martopangrawit
sebagai pendukungnya. Sebagai pendukungnya, (1975:32) berpendapat, seni karawitan adalah
diharapkan manusia dapat melestarikan dan sebagai seni suara vokal dan instrumen yang
mengembangkan dengan menciptakan bentuk- menggunakan nada-nada yang berlaras slendro
bentuk baru yang disesuaikan dengan situasi dan pelog 6RHURVR PHQGH¿QLVLNDQ
dan kondisi jaman maupun lingkungan. Disadari karawitan sebagai ungkapan jiwa manusia yang
atau tidak, dalam mengembangkan suatu bentuk dilahirkan melalui nada-nada yang berlaras slendro
kesenian tidak akan lepas, dan selalu bersinggungan dan pelog, diatur berirama, berbentuk, selaras,
dengan aspek-aspek lain, seperti sosial, ekonomi, enak didengar dan enak dipandang, baik dalam
kepercayaan, adat-istiadat, dan lain sebagainya. vokal, instrumental, maupun garap campuran.
Seni dan masyarakat ibarat simbiosis Kehidupan seni karawitan sejauh ini sudah
mutualisme, keduanya saling ketergantungan mengalami perjalanan sejarah yang panjang
dan membutuhkan. Perubahan di satu sisi akan bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan
berpengaruh terhadap sisi lainnya. Demikian besar, seperti Majapahit, dan Mataram. Di bawah
juga yang berlaku pada seni karawitan. kekuasaan kerajaan-kerajaan tersebut, gamelan
Perkembangannya sangat tergantung pada (seni karawitan) mengalami perkembangan yang
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dewasa sangat pesat, sehingga menarik para ilmuwan
ini sebagaian besar masyarakat menganut konsep asing untuk mempelajari dan mendokumentasikan.
hidupnpraktis dan ekonomis. Salah satu akibatnya Banyak penemuan-penemuan hasil penelitian yang
adalah kemasan suatu bentuk seni harus beorientasi dilakukan oleh ilmuwan asing. Sebagian hasil
pada konsep hidup tersebut.Saat ini munculah penemuan tersebut selanjutnya digunakan untuk
berbagai macam bentuk pertunjukan dengan latar mempelajari seni karawitan. Perkembangan yang
belakang seni karawitan, seperti campursari, terjadi pada dunia seni karawitan menggambarkan
kolaborasi musik diatonis dan pentatonis, bahwa seni karawitan merupakan suatu produk
karawitan modern, maupun kontemporer. Dalam kebudayaan yang selalu ingin berkembang,
seni karawitan tradisi, perubahan yang terjadi menyesuaikan dengan kondisi jaman. Hal ini
ditandai dengan semakin banyaknya gending- sesuai dengan kodratnya, bahwa seni karawitan
gending srambahan yang disajikan dalam suatu sebagaimana cabang seni pertunjukan tradisi
hajatan. Perubahan yang demikian menjadikan lainnya dikategorikan dalam jenis seni komunal,
keberadaan seni karawitan dianggap kurang yaitu seni yang lahir dari oleh dan untuk masyarakat.
mewadahi kebutuhan masyarakat pendukungnya, Keberadaan dan perkembangannya tergantung
kurang komunikatif, dan atau istilah lain yang pada kondisi masyarakat. Dalam konteks yang
intinya seni karawitan sudah kurang sesuai dengan lain dapat dikategorikan dalam bentuk seni
kondisi jaman sekarang. Syarat-syarat untuk yang patronage, yaitu seni jenis yang mengabdi
dikomukasikan antara lain harus nampak baik kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap
secara audio maupun visual. Jelas dengan syarat sebagai payungnya, sehingga keberadaan dan
tersebut seni karawitan dapat memenuhi kriteria perkembangannya tergantung pada penguasa.
sebagai produk budaya yang dapat berkomunikasi
kepada masyarakat. Secara visual dapat dilihat Analisis Fungsi Karawitan Berdasarkan Teori
bahwa karawitan dimainkan dengan menggunakan Belajar dan Teori Komunikasi
seperangkat alat yang disebut gamelan, yang
1. Interpretasi teori belajar terhadap Seni
masing-masing instrumennya mempunyai tugas
Karawitan Jawa
80 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 2, Januari 2017, hlm. 78-82

Seni karawitan sebagai media pendidikan dapat harus dimulai sejak dini, yaitu memulainya dari
dilihat dari sudut pandang cara membunyikannya, masa kanak-kanak. Namun, cara ini tidak mudah
di mana karawitan menjadi sajian seni musik yang memerlukan kesadaran, sikap telaten, waktu yang
enak didengar bila dimainkan secara bersama-sama. cukup panjang, serta media yang tepat.
Ini mencerminkan bahwa kebersamaan menjadi Salah satu media yang mudah, tanpa
satu hal yang sangat penting untuk mencapai hasil memerlukan sarana yang rumit adalah seni suara.
musik yang berkualitas (garapan musikal). Berarti Hampir setiap orang dapat melakukannya meskipun
pula ini merupakan pendidikan budi pekerti agar tidak sempurna. Dalam kehidupan masyarakat
kita hidup dalam kebersamaan saling bergotong Jawa, seni suara dikenal melalui tembang.
royong, tenggang rasa, tepa selira, empan papan Salah satu tembang yang dahulu digemari oleh
duga sulaya bukan waton sulaya, menghindari anak-anak adalah Tembang Dolanan. Walaupun
sifat egois dan individualis. Tidak heran apabila tembang dolanan seringkali digunakan untuk
pendidikan seni karawitan Jawa lebih baik meninabobokan anak-anak, tembang dolanan
diberikan sedini mungkin kepada anak-anak didik adalah seni yang cukup menarik untuk dikaji. Di
sebagai modal pemahaman kebersamaan. dalamnya terdapat misteri yang penting untuk
6HFDUD ¿ORVR¿V JDPHODQ MDZD PHUXSDNDQ kehidupan manusia, karena jenis tembang ini dapat
satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan membentuk keluhuran watak dan moral anak
masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov
¿OVDIDW KLGXS PDV\DUDNDW -DZD EHUNDLWDQ GHQJDQ terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta hukum belajar, diantaranya sebagai berikut.
berhubungan dekat dengan perkembangan religi a. Law of Respondent Conditioning yakni
yang dianutnya. Bagi masyarakat Jawa gamelan hukum pembiasaan yang dituntut.
mempunyai fungsi estetika yang berkaitan Jika dua macam stimulus dihadirkan
dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Di secara simultan (yang salah satunya
dalam suasana bagaimanapun suara gamelan berfungsi sebagai reinforcer), maka
mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan UHÀHNV GDQ VWLPXOXV ODLQQ\D DNDQ
dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan meningkat.
seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam b. Law of Respondent Extinction yakni
dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, hukum pemusnahan yang dituntut.
tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Keagungan -LND UHÀHNV \DQJ VXGDK GLSHUNXDW
gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui melalui Respondent conditioning
bahwa gamelan adalah alat musik tradisional itu didatangkan kembali tanpa
timur yang dapat mengimbangi alat musik barat menghadirkan reinforcer, maka
yang serba besar. Budaya Jawa mulai terkikis dan kekuatannya akan menurun.
jauh dari pewarisnya. Hal tersebut terjadi, lantaran Teori tersebut berkaitan dengan bagaimana
sebuah seni karawitan kurang diajarkan pada mendidik seorang putra dibutuhkan kehalusan
anak-anak usia dini, sehingga mereka lebih asyik budi yang harus diformulasikan dalam bentuk
dengan permainan modern yang notabene bukan kidung atau tembang.Selain itu supaya anak didik
ciri khas budaya dari negeri sendiri. tersebut dapat menguasai ilmu-ilmu luhur yang
Teori belajar menuntun kita lebih jeli untuk telah diwariskan oleh nenek moyang pada ratusan
mengamati beberapa fakta yang terjadi pada tahun silam. Semua itu adalah bagian dari budaya
masyarakat jawa khususnya anak-anak. Dengan Jawa.
adanya pendidikan yang di fasilitasi pemerintah
saat ini seharusnya sudah mulai dibiasakan 2. Interpretasi teori komunikasi terhadap Seni
mengenalkan dan mencintai gamelan sebagai salah Karawitan Jawa
satu media edukasi yang baik bagi kelangsungan Fungsi seni karawitan yang sangat menonjol
pertumbuhan mereka. Langkah untuk mengawali adalah sebagai sarana komunikasi. Suatu bentuk
hal tersebut adalah dengan adanya ekstralulikurer seni yang berbobot harus mampu menyampaikan
ala jawa seperti karawitan, tari, bahasa jawa. atau berkomunikasi dengan baik. Maksud atau
Mempelajari bahasa Jawa juga dapat dimulai makna dari suatu karya seni tidak akan sampai ke
dari bagaimana berkomunikasi dengan orang tua dalam hati sang pengamat apabila komunikasinya
ataupun teman. Cara tersebut dapat meminimalisir kurang efektif, hubungan antara karya dan
pengaruh budaya luar yang kurang pas diterapkan di yang menyaksikannya (audiens) Dalam hal ini,
kebudayaan timur. Semakin hari, penerapan budaya seni karawitan dapat berfungsi sebagai sarana
Jawa telihat semakin menurun. Karena sebagian komunikasi yang efektif, baik secara vertikal
besar orang Jawa mulai meninggalkan tata cara maupun horisontal.
Jawa yang diwariskan oleh leluhurnya. Untuk Secara vertikal kemampuan seni karawitan
mengantisipasinya, penggalian budaya semestinya dalam berkomunikasi terwadahi dalam bentuk
Arya Dani Setyawan, Karawitan Jawa sebagai Media Belajar 81

gending sebagai kumpulan nada-nada yang sudah dapat sebagai aktivitas simbolis, karena aktivitas
diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol
rasa enak apabila didengarkan. Gending bermakna yang diubah ke dalam kata-kata (verbal)
dalam seni karawitan mempunyai karakter untuk ditulis dan diucapkan, atau simbol ‘bukan
yang berbeda, ada yang berkarakter gembira, kata-kata verbal’ untuk ‘diperagakan’ (Liliweri,
sedih, prenes, dan lain sebagainya. Bahkan ada 2003: 5).
beberapa gending yang dianggap keramat, dan Proses penciptaan dalam karawitan adalah
diyakini mempunyai kekuatan tertentu. Untuk suatu tindakan, pembuatan atau pengolahan
membunyikannya memerlukan sesaji khusus. yang bertujuan untuk menciptakan sebuah karya
Kekuatan gending tersebut dapat dijadikan sebagai berbentuk komposisi gending. Menurut Irving
sarana komunikasi antara manusia dengan Sang Tylor yang dikutip oleh Marsudi menjelaskan,
Pencipta. Dalam konteks yang lain Judith Baker bahwa proses kreatif terdiri dari empat tingkat
menginterpretasikan bahwa melodi musik jawa dasar meliputi keterbukaan, inkubasi, iluminasi
(gamelan) mempunyai kaitan erat dengan sistem (penerangan) dan eksekusi (pelaksanaan).
kepercayaan asta-wara, yaitu siklus kalender bulan Penciptaan suatu komposisi gending
dan sistem pengetahuan Jawa. Siklus ketukan gong merupakan proses kerja kreatif yang dapat dilakukan
dapat dibagi menjadi setengah kenong, seperempat secara individu maupun kelompok. Proses kerja
kempul, seperdelapan kethuk, seperenambelas secara individu dilakukan berdasarkan rangsang
saron, dan sepertigapuluh bonang barung. ide atau inspirasi yang didapatkan oleh seorang
Secara horisontal, komunikasi pada seni pencipta. Proses kerja yang kedua merupakan hasil
karawitan tercermin dari hasil sajian yang pemikiran seniman secara kolektif yang dilakukan
merupakan hasil kerjasama antar unsur yang untuk mendapatkan tema, ide kreatif, penuangan
ada pada seni karawitan, bersifat kolektif, saling ide, latihan, hingga pada proses penyajiannya.
mendukung untuk memberi tempat berekspresi Garap karawitan dalam perkembangannya
sesuai dengan hak dan kewajibannya.. Hal ini dapat dianggap telah mengalami kemajuan
sesuai dengan pola hidup masyarakat Jawa yang yang cukup pesat.Hasil pengembangan yang
sebagian besar menganut asas gotong-royong, lebih telah dilakukan, yaitu berupa karya-karya baru
mengutamakan kebersamaan. Untuk mendapatkan karawitan menjadi sebuah bukti, bahwa unsur dan
sajian yang baik, para pemain (pengrawit) saling faktor pendukung lainnya dapat menghasilkan
berhubungan, berkomunikasi satu dengan lainnya. karya musikal yang lebih dinamis dan menarik.
Komunikasi disini tidak secara jelas, tetapi Terciptanya karya baru sekaligus merupakan
terwujud dalam permainan instrumen sesuai bukti, bahwa karawitan telah mendapatkan
dengan tugas dan kewajibannya. Disamping itu, posisi yang tepat, bukan hanya sebagai sebuah
banyak terdapat cakepan dalam tembang, baik itu musik yang diperdengarkan sebagai pengisi
disajikan dengan bentuk gerong, sindhenan, bowo, waktu atau suasana, tetapi juga mampu berdiri
atau lainnya, yang semuanya memuat ajaran luhur sebagai sebuah pertunjukan yang sangat perlu
untuk berbuat kebaikan, meskipun banyak yang mendapatkan perhatian secara serius seperti
berupa sanepa, simbol. Simbol-simbol yang ada jenis seni pertunjukan lainnya. Tahapan ini dapat
dalam seni karawitan dapat dikatakan menyerupai dicapai dengan proses kreatif dan perjuangan yang
¿ORVR¿ PDQXVLD PDXSXQ SROD KLGXS PDQXVLD panjang dari para seniman dan pemikirnya. Latar
Diantaranya, penyebutan nada-nada instrumen belakang penciptaan gending juga banyak digagas
dalam laras slendro, 1 (Barang), 2 (Gulu/Jangga), dari kehidupan sehari-hari, misalnya: peringatan
3 (Dhadha), 5 (Lima), 6 (Nem), dan 1 (Barang atas sebuah peristiwa penting, faktor kejenuhan
alit). Nama-nama tersebut penggambaran atau dari para pelaku seni, sarana ibadah, relaksasi, dan
ditafsirkan sebagai bagian organ tubuh manusia. lain sebagainya. Beberapa pemikiran dari gagasan
Selain itu dari nada-nada laras slendro tersebut dituangkan ke dalam ide kemudian
(1,2,3,5,6) apabila kita jumlah menjadi 17. Jumlah diwujudkan melalui media karya seni dan disusun
tersebut sesuai dengan kewajiban hidup masyarakat sebagai sebuah gending yang terstuktur dengan
penganut agama Islam, yaitu menjalankan sholat baik.
wajib sehari semalam 17 rakaat. Misteri angka Gending dalam karawitan dapat dikategorikan
17 dalam laras slendro dapat pula dihubungkan menjadi beberapa bagian, yaitu gending yang pola
dengan peristiwa besar yang terjadi di Indonesia, penyajiannya menggunakan vokal dan gending
yaitu terbebasnya negara Indonesia dari penjajah dengan pola penyajian instrumentalia.Beberapa
atau merdeka yang jatuh pada tanggal 17 Agustus gending yang bervokal dalam penyajiannya lebih
1945. Dari keterangan tersebut dapat dipahami menonjolkan lagu atau lirik vokalnya. Biasanya
bahwa komunikasi tidak hanya menggunakan dalam penggarapan gending tersebut menggunakan
sesuatu yang berwujud nyata, jelas artinya, tetapi tembang yang sudah ada sebelumya, sebagai
dapat juga dengan bahasa simbol. Komunikasi contoh misalnya: sekarmacapat, sekarageng,
82 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 2, Januari 2017, hlm. 78-82

dan lain sebagainya. Berdasarkan lagu atau karawitan. Selain masalah sugesti dan pandangan
liriknya kemudian dijadikan sebagai materi untuk mistik masyarakat Indonesia terhadap penggunaan
mengembangkan pada aspek bentuk maupun gamelan jawa, hal lain yang turut menghambat
cara penyajiannya. Sajian gending instrumentalia perkembangan Karawitan Jawa di negeri sendiri
disebut juga dengan istilah soran. Gending tersebut adalah karena adanya masalah kurikulum pada
merupakan sebuah sajian yang menggunakan pendidikan formal seni karawitan. Pendidikan
teknik tabuhan ‘sora’ atau keras. formal seni karawitan sangat mengutamakan usaha
Kedua jenis sajian gending tersebut apabila agar menghasilkan lulusan berkualitas pada aspek
digabung akan menghasilkan gending berpola skill. Terbukti bahwa untuk menemukan sarjana
garap campuran, yaitu perpaduan antara vokal seni yang terampil memainkan semua alat musik
dan instrumentalia. Perkembangan yang terjadi bukanlah hal yang sulit. Namun tampaknya untuk
saat ini menginspirasi seniman untuk menggubah menemukan sarjana seni yang mampu mentransfer
komposisi baru karawitan yang ada menjadi sesuatu ilmunya kepada orang lain adalah perkara sulit.
dalam sajian yang berbeda. Sebagai contoh, banyak Sebaiknya dunia pendidikan formal sudah
komposer yang menciptakan karya dengan acuan harus menyiapkan sarjana-sarjana yang memiliki
sekar macapat ataupun jenis tembanglainnya. VSHVL¿NDVL VHEDJDL SHQGLGLN SHQJDML NULWLVL
Macapat sebagai objek atau ide musikal merupakan dan pengelola, selain praktisi seni pertunjukan
sebuah sekar yang mempunyai aturan pada jumlah (karawitan). Mereka inilah yang nantinya akan
baris, suku kata, dan huruf hidup (vokal) pada akhir bersinergi sebagai agen budaya dalam rangka
setiap barisnya.Dalam bahasa Jawa biasa disebut menciptakan iklim kondusif untuk kelangsungan
guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Banyak hidup seni karawitan di “rumah sendiri”. Gamelan
gending yang dibuat berdasarkan sekar macapat. MDZD PHQJDQGXQJ QLODL QLODL KLVWRULV GDQ ¿OVR¿V
.DU\D \DQJ GLKDVLONDQ GDSDW GLLGHQWL¿NDVL GDUL bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab
namanya, sebagai contoh adalah Ketawang gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya
Kinanthi Sandhung. Gending tersebut merupakan yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai
pengembangan dari sekar macapat Kinanthi. sekarang masih banyak digemari serta ditekuni.
Lagu dan cakepan sekar macapatdipergunakan Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum
sebagai landasan untuk menciptakan pola sajian adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh
vokal dan instrumentalia sebagai pendukungnya. keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan.
Gending lain yang menggunakan sekar macapat, Sebagai ”ahli waris” seni Karawitan Jawa sudah
misalnya sinom. Cakepan yang digunakan adalah seharusnya masyarakat Indonesia menghargai,
sekar macapat sinom, sekaligus menjadi identitas melestarikan dan mencintai kebudayaan
bagi gending tersebut. Dengan mengetahui bangsanya sendiri sebelum adanya ”klaim-klaim”
cakepannya, maka dapat dipergunakan untuk lain dari negara tetangga dan barulah mata kita
mengetahui gagasan penciptaan gending tersebut. terbuka dan menyadari betapa indahnya budaya
Gending yang diciptakan dengan pijakan gending Indonesia. Ternyata benar kata pepatah ”kita tidak
yang sudah ada sebagai contoh gending Babar akan menyadari betapa berharganya sesuatu jika
Layar. Bentuk yang besar tersebut, kemudian kita tidak kehilangannya”. Adapun fungsi-fungsi
diperkecil atau diringkas menjadi Ladrang Babar dari seni karawitan sendiri banyak terdapat dalam
Layar. kehidupan masyarakat antara lain adalah sarana
komunikasi, tembang alat pendidikan budaya
SIMPULAN jawa, dari wayang hingga klenengan, pengimbang
DODW PXVLN EDUDW GDQ ¿OWHU EXGD\D DVLQJ \DQJ
Sebagai pemilik, masyarakat kita ternyata
negatif, pusaka kerajaan hingga fungsi estetika,
cenderung menempatkan karawitan sebagai
bahan kuliah.
sesuatu yang eksklusif. Sudah bukan hal yang
langka apabila hampir semua bangunan joglo
DAFTAR PUSTAKA
dilengkapi dengan seperangkat gamelan yang
tertata apik di salah satu sudutnya. Jika ada yang Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi
hendak mencoba nabuh, belum tentu diizinkan. Ada Organisasi. Bandung.PT. Mandar Maju.
beribu alasan untuk menjadikan gamelan layaknya Martopangrawit. 1975 . Pengetahuan karawitan I.
benda keramat bertuah, sehingga tidak sembarang Surakarta: ASKI Surakarta.
tangan boleh menyentuh. Bilapun mendapat Suhastjarja, R.M.A.P., et. al. 1984. Analisa Bentuk
izin, si pemilik akan lebih dulu menyampaikan Karawitan. Yogyakarta: Proyek Akademi
peringatan-peringatan “menakutkan” dengan suara Seni Tari Indonesia Yogyakarta.
ketus dan sorot mata tajam. Mungkin hal tersebut Soeroso.1993. Bagaimana Bermain Gamelan.
yang membuat masyarakat enggan untuk belajar Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai