Anda di halaman 1dari 9

subtema: Konservasi Seni dan Budaya

Tari Tradisional: “Dilestarikan atau Sekadar Kepemilikan?”

Febrianti Baktiara

Universitas Negeri Semarang

febriantibaktiara06@gmail.com

085600083245

Abstrak

Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia adalah negara dengan kekayaan warisan budaya
tradisional, yang diantaranya adalah lagu daerah, bahasa daerah, alat musik tradisional, pakaian
tradisional, senjata tradisional, rumah adat, dan tari tradisional. Tari tradisional membuat
seseorang dapat mengekspresikan jiwa melalui gerak ritmis yang indah. Indonesia, negara
kepulauan yang terdiri dari tiga puluh empat provinsi tentu memiliki banyak jenis tari tradisional.
Namun masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan akan tari tradisional. Karena
masyarakat menganggap tari tradisional merupakan budaya yang ketinggalan zaman, sehingga
mereka gengsi untuk menampilkan kesenian asli daerahnya. Pengaruh budaya luar juga sedikit
demi sedikit telah melunturkan dan menyingkirkan nilai-nilai budaya yang sudah ada. Kasus
pengklaiman warisan budaya merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan. Atas masalah
tersebut masyarakat dan pemerintah harus dapat berperan aktif dalam menjaga warisan budaya.
Tetapi faktanya kesadaran masyarakat akan hal itu masih sangat rendah. Kekayaan warisan
budaya tradisional merupakan peninggalan nenek moyang yang bukan hanya sekadar kepemilikan
tetapi juga harus dilestarikan. Sebagai masyarakat yang menghargai jasa para leluhur, seharusnya
tertanam rasa cinta di dalam hati untuk takut kehilangan terhadap warisan budaya tradisional. Jika
rasa itu tidak tumbuh, maka dapat dipertanyakan, sebenarnya tari tradisional harus dilestarikan
atau sekadar kepemilikan saja?

Kata Kunci: Tari Tradisional, Dilestarikan, Kepemilikan

Hakikat Konservasi Seni dan Budaya

Seni bukanlah suatu hal yang baru, keberadaan seni sudah sejak lama, bahkan ketika
pada zaman pra sejarah. Seni merupakan suatu hal yang merujuk pada keindahan atau estetika.
Jika dalam bahasa Inggris, kata keindahan atau indah merupakan sebuah kata yang sama dengan
kata beauty. Seni juga dapat dikatakan sebagai salah satu produk budaya dari sebuah peradaban
manusia, sebuah wajah dari suatu kebudayaan yang diciptakan oleh suatu sekelompok
masyarakat atau bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni memiliki tiga arti,
yaitu: (1) keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya,
dan sebagainya), (2) karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa seperti tari, lukisan,
ukiran, dan sebagainya, (3) kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi
(luar biasa).
Berbeda dengan kebudayaan, yang diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi dan
dhaya (akal), berdasarkan dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah. Arti tersebut diterapkan juga
oleh para tokoh pemikir kebudayaan dan pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara, yang mana
dipakai untuk membangun konsep budaya asli milik Indonesia. Budaya sebagai sebuah sistem
gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang di dalam
kehidupannya yang bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1971). Kebudayaan merupakan suatu hal
yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebudayaan membentang dari hal-hal yang bersifat
abstrak, berkaitan dengan struktur masyarakat, bahkan berkaitan juga dengan praktik kehidupan
sehari-hari. Oleh karenanya, dengan menjaga kebudayaan, itu berarti manusia sedang menjaga
berbagai aspek kehidupan.

Seiring dengan adanya perkembangan zaman, ragam kesenian mulai bermunculan. Salah
satunya merupakan kesenian tradisional yang menggabungkan berbagai macam bentuk. Sebagai
contoh yaitu gabungan antara tari dan musik, nyanyian dan musik, dan lain sebagainya. Upaya
yang dilakukan untuk melestarikan warisan budaya menjadi tantangan yang semakin berat karena
perkembangan zaman serta adanya arus globalisasi yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Sebagai akibatnya, banyak perubahan yang terjadi dalam pola kehidupan masyarakat, yang juga
berpengaruh pada kebudayaan masyarakat itu sendiri.

Budaya tradisional warisan nenek moyang juga sudah mulai terpengaruh dengan
kebudayaan-kebudayaan asing. Seiring berjalannya waktu, budaya tradisional tersebut akan
dilupakan. Perlu diketahui, kebudayaan daerah di Indonesia ada yang murni hasil dari karya cipta
masyarakat Indonesia dan ada juga yang terpengaruh dengan kebudayaan asing karena adanya
komunikasi dengan kebudayaan asing pada masa lampau. Pada masa sekarang ini kebudayaan
daerah khususnya kesenian-kesenian tradisional mulai tersingkirkan dan digantikan dengan
kesenian yang lebih modern. Terjadinya perubahan sosial pada masyarakat, keterbukaan
terhadap kebudayaan luar, serta adanya modernisasi dan globalisasi menjadi akibat dari
masyarakat yang mulai terbuka dengan perkembangan yang ada. Secara tidak sadar ini
mengubah kebudayaan yang menjadi jati diri atau ciri khas masyarakat Indonesia. Dari pernyataan
tersebut, dapat ditarik benang merah yaitu perlu adanya upaya untuk mempertahankan,
melestarikan, serta mengembangkan seni dan kebudayaan yang ada di Indonesia. Agar seni dan
kebudayaan tersebut tidak hilang tergerus perkembangan zaman. Perilaku ini merupakan perilaku
konservasi dalam bidang seni dan budaya.

Sikap dan jiwa konservasi pilar seni dan budaya perlu tertanam pada setiap diri masyarakat
Indonesia. Menonton pertunjukan seni dan budaya, ikut serta mengenalkan seni dan budaya
Indonesia di tingkat daerah, nasional, dan internasional, menciptakan karya seni, mencintai produk
dalam negeri, saling menghargai dan menghormati terhadap sesama masyarakat Indonesia,
menggunakan bahasa daerah pada acara tertentu, memperkenalkan dan menggunakan bahasa
Indonesia pada masyarakat dunia, dan mengembangkan kearifan lokal merupakan beberapa
contoh perilaku konservasi dalam bidang seni dan budaya. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
agar jati diri bangsa Indonesia tetap utuh.

Sejarah Seni Tari

Indonesia adalah negara dengan kebudayaan daerah yang melimpah. Kebudayaan daerah
tersebut dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ciri khas kebudayaan pada
setiap daerah tentu berbeda-beda. Salah satu bentuknya diwujudkan dengan tari khas
kebudayaan. Adanya musik dan gerak, akan menciptakan sebuah tarian yang menceritakan
kekayaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Terciptanya tarian ini pada
awalnya didasari oleh berbagai hal yaitu: 1) pada acara adat atau ritual keagamaan, 2) ritual
penyembuhan, 3) pesta rakyat atau panen yang melimpah, 4) cerita cinta pada zaman dahulu, dan
5) permainan rakyat.
Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan
kehidupan masyarakatnya, baik dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Jika
dilihat sekilas perkembangan Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut
tidak lepas dari latar belakang keadaan masyarakat Indonesia pada masa lampau. James R.
Brandon, seorang peneliti seni pertunjukan Asia Tenggara asal Eropa (1967) membagi empat
periode budaya di Asia Tenggara termasuk Indonesia yaitu: (1) periode pra sejarah sekitar 2500
tahun sebelum Masehi sampai 100 M, (2) periode sekitar 100 M sampai 1000 M masuknya
kebudayaan India, (3) periode sekitar 1300 M sampai 1750 M pengaruh Islam masuk, (4) periode
sekitar 1750 M sampai akhir perang dunia II. Pada masa dahulu, tarian juga tercipta dari beberapa
tema pada masanya, yaitu: (1) tari bercorak Hindu-Budha, (2) tari bercorak Islam, (3) tari keraton
atau kerajaan.

Menurut Soedarsono (1997), salah seorang budayawan dan peneliti seni pertunjukan
Indonesia, menjelaskan bahwa secara garis besar perkembangan seni pertunjukan tradisional
Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing).
Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan tradisional
Indonesia secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh
asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia hingga saat ini, maka
masyarakat sekarang merupakan masyarakat Indonesia dalam lingkup negara kesatuan. Tentu
saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni pertunjukan,
karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya. Perkembangan
masyarakat dan keseniannya tidak merupakan perkembangan yang terputus satu sama lain, maka
akan saling berkesinambungan.

Tari Tradisional: “Dilestarikan atau Sekadar Kepemilikan?”

Seni tari merupakan budaya yang dapat dilestarikan, karena memiliki peran yang sangat
penting bagi masyarakat. Tari berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama, biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik,
gamelan, dan sebagainya). Sedangkan tari tradisional merupakan tari yang tumbuh dan
berkembang di suatu daerah tertentu. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tiga puluh
empat provinsi, yang pastinya tari tradisional merupakan suatu warisan budaya yang sudah sangat
kental. Terdapat empat ratus lebih tarian tradisional yang ada di negara tercinta ini. Namun, dari
banyaknya tarian tradisional tersebut, apakah tertanam rasa cinta dan takut kehilangan di dalam
diri masyarakat Indonesia? Atau mungkin banyaknya warisan dari nenek moyang justru membuat
kita lalai dan hanya merasa bahwa itu sekadar kepemilikan saja?

Melestarikan kebudayaan bukan suatu hal yang sulit untuk dilakukan, sehingga tidak ada
alasan bagi masyarakat Indonesia untuk tidak ikut melestarikan kebudayaan. Warisan budaya
dapat dilestarikan dengan dua cara, yaitu Culture Experience yang berarti melestarikan budaya
dengan cara terjun langsung ke dalam sebuah pengalaman kultural, misalnya kebudayaan dalam
bentuk tari tradisional, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai
tarian tersebut. Dan Cultural Knowledge yang berarti melestarikan budaya yang dilakukan dengan
cara membuat suatu informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalkan ke dalam
banyak bentuk. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan
kebudayaan itu sendiri serta potensi kepariwisataan daerah.

Pelestarian kebudayaan khususnya tari tradisional merupakan sesuatu yang sangat


penting. Karena saat ini banyak terjadi krisis kebudayaan, rendahnya rasa bangga akan tari
tradisional pada diri generasi penerus bangsa tidak bisa dibiarkan begitu saja. Rendahnya rasa
cinta dan bangga kepada tari tradisional juga tidak lepas dari arus globalisasi. Walaupun memiliki
dampak positif jika tidak disikapi dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif, termasuk
dalam kehidupan sosial budaya. Fakta yang terjadi, sebagian generasi muda saat ini lebih memilih
menyibukkan diri mereka dengan segala kecanggihan teknologi yang ada dan lebih mencintai
budaya-budaya luar yang mereka anggap lebih modern serta populer dibanding dengan budaya
asli yang dimiliki bangsa Indonesia. Mereka lebih mengunggul-unggulkan tarian modern dari luar
negeri atau yang dikenal dengan sebutan dance daripada tarian tradisional asli Indonesia. Mereka
tidak sadar bahwa dance tersebut lama kelamaan akan menggeser kedudukan tarian tradisional
dan melunturkan rasa bangga serta cinta di dalam diri masyarakat Indonesia. Fenomena Korean
Pop (K-Pop) di Indonesia merupakan salah satu contohnya. Berdasarkan berita dari Insertlive.com
sebagian masyarakat Indonesia terutama generasi muda sangat mengidolakan bahkan
mendewakan idol K-Pop mereka. Mereka akan marah, terpancing emosi, dan membela sekuat
tenaga saat idol K-Pop nya dihina. Selain itu, ada juga beberapa idol yang melakukan kesalahan,
tapi tetap saja dianggap idola yang tanpa cacat oleh mereka. Bahkan yang menyalahkan para idol
dianggap berlawanan dan musuh bagi mereka. Apakah sikap ini juga akan ditunjukkan ketika para
budayawan tari tradisional Indonesia dihina oleh negara lain? Mari kita refleksikan kepada diri
sendiri.

Sebagai masyarakat Indonesia yang menghargai jasa para pahlawan, seharusnya kita juga
dapat menghargai peninggalan nenek moyang kita. Tari tradisional merupakan tarian khas daerah
yang wajib dilestarikan agar keberadaannya tidak hilang dimakan zaman. Banyak pengaruh dari
negara luar yang tidak dapat dihindari. Namun, kita harus tetap bisa membentengi diri dari
pengaruh-pengaruh negaif tersebut. Coba kita refleksikan dan kembalikan kepada diri kita sendiri.
Jika bukan kita yang berupaya melestarikan berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia,
maka siapa lagi yang akan melestarikannya. Jangan sampai anak cucu kita nanti sama sekali tidak
mengenal kebudayaan khas Indonesia

Upaya-upaya pelestarian harus dilakukan dengan baik antara masyarakat dan pemerintah.
Tidak hanya masyarakat, pemerintah daerah juga harus berupaya untuk melestarikan dan
menjaga warisan kebudayaan khususnya tari tradisional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
mengadakan event pertunjukan seni tari tradisional yang diadakan setiap tahun. Melalui seni
pertunjukan tari tradisional tersebut diharapkan para generasi penerus bangsa akan terpacu dan
bersemangat untuk belajar kebudayaan daerah yaitu tari tradisional. Tidak hanya itu, masyarakat
juga akan ikut serta memiliki rasa cinta dan bangga sehingga akan timbul dari dalam diri perilaku
untuk melestarikan. Selain dengan event pertunjukan seni tari tradisional, pemerintah dapat
membangun serta memberdayakan sanggar-sanggar seni tari yang dibantu oleh budayawan lokal
untuk lebih mengenalkan dan mengajarkan tari tradisional khususnya kepada anak-anak. Di
samping itu, pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga dapat bekerja sama dengan
Dinas Pendidikan untuk mewajibkan setiap Sekolah Dasar mempunyai kurikulum yang
mempelajari kesenian tradisional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Upaya yang telah dipaparkan di atas tentunya belum cukup untuk menanamkan rasa cinta
terhadap tari tradisional jika dari dalam diri kita tidak ada niat untuk melestarikan kebudayaan
daerah khususnya tari tradisional. Rasa memiliki juga sangat berarti dalam pelestarian
kebudayaan daerah, namun jangan sampai rasam memiliki ini hanya “sekadar” rasa kepemilikan
saja. Kita tidak boleh lengah dan lalai untuk menjaga warisan kebudayaan yang kita miliki. Karena
jumlah kebudayaan daerah yang sangat banyak akan berubah menjadi sedikit jika kita tidak
pandai melestarikan dan menjaganya. Pepatah mengatakan nasi sudah menjadi bubur, segala
sesuatu yang sudah terjadi tidak dapat kembali seperti pada awalnya, yang tersisa hanya
penyesalan. Jangan sampai nasib itu menimpa bangsa Indonesia.
Akhir Kata

Konservasi dalam bidang seni dan budaya merupakan upaya yang dilakukan untuk tetap
menjaga, melestarikan, dan mengembangkan seni dan budaya tradisional yang sudah ada sejak
dari nenek moyang agar kesenian atau budaya tersebut masih tetap ada di dalam bangsa dan
tidak menghilang karena terpengaruh kesenian dan kebudayaan asing. Sehubungan dengan hal
tersebut, masyarakat Indonesia harus melestarikan kebudayaannya agar tidak diklaim atau diakui
oleh negara lain. Karena, tidak mudah untuk melestarikan kebudayaan yang sudah ada sampai
saat ini, manusia dan kebudayaan yang diciptakannya harus terus hidup berdampingan satu
dengan yang lain. Begitu juga bangsa Indonesia harus terus melestarikan kebudayaan yang
dimilikinya, kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat beragam tidak boleh hilang ataupun
tergantikan oleh kebudayaan-kebudayaan asing yang masung ke Indonesia.

Kebudayaan seni tari tradisional juga harus dilestarikan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Masyarakat dan pemerintah harus bisa bekerjasama dengan baik untuk
melestarikannya. Karena kesadaran melestarikan kebudayaan seni tari tradisional masih sangat
rendah. Seluruh elemen pendidikan serta lingkungan harus menjadi faktor pendukung agar
kebudayaan seni tari tradisional tetap bertahan dan bisa bersaing dengan tari modern di kancah
internasional. Jangan sampai tari tradisional hanya sekadar milik bangsa Indonesia tanpa adanya
aksi nyata dari masyarakat Indonesia untuk melestarikannya.
Daftar Pustaka

Irhandayaningsih, Ana. 2018. Pelestarian Kesenian Tradisional sebagai Upaya dalam


Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Masyarakat Jurang Blimbing Tembalang. ANUVA vol
(2): 19-27.

Insertlive.com edisi Selasa, 6 Oktober 2020.

Purnomo, Eko., Deden Haerudin, Buyung Rohmanto, dan Julius Juih. 2017. Seni Budaya Kelas
VIII. Jakarta: Buku Sekolah Elektronik.

Retnoningsih, Amin, dkk. 2018. Pendidikan Konservasi Tiga Pilar. Semarang: UNNES Press.

Surahmat., dan Asep Purwo Yudi Utomo. Konservasi Seni dan Budaya.
Lampiran 1 Scan KTM
Lampiran 2 Lembar Pernyataan
Lampiran 3 Screenshot Hasil Turnitin

Anda mungkin juga menyukai