Abstrak: Penalaran mengenai kritik ideologi melalui karya sastra dapat dilihat dari segi bagaimana
karya sastra merupakan representasi ideologi sosial sekaligus ideologi pengarang yang dihadirkan
sebagai bentuk kritik terhadap tatanan sosial tersebut. Permasalahannya ialah ketika kritik tersebut
justru menghadirkan suatu paradoks dengan apa yang pengarang sampaikan, maka bentuk kritik
ideologi tersebut telah pengarang luapkan dalam bentuk karya sastra yang nyatanya bermedium
bahasa. Dengan demikian, subjektivitas kepengarangan karya sastra hanya merupakan simbolisasi
yang berbentuk post-ideologi yang iek istilahkan sebagai Sinisme. Permasalahan tersebut peneliti
aplikasikan dalam novel Orang Asing karya Albert Camus. Penelitian ini membahas kritik Albert
Camus dalam bentuk tindakan radikal tokoh utama Meursault. Akhirnya, permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini yakni (1) bagaimana absurditas direpresentasikan sebagai tindakan radikal dalam
novel Orang Asing, dan (2) bagaimana radikalisasi tersebut justru menjadi sinisme simbolik dalam
novel Orang Asing. Dengan demikian, dapat ditarik dalam satu asumsi bahwa kritik ideologi dan
paham absurdisme melalui karya sastra tidak menawarkan apa-apa selama absurdisme dan kritik
tersebut dilakukan melalui simbolisasi semata, tanpa tindakan otentis.
Abstract: Reasoning about the ideological criticism through literary works can be seen in term of
how literature become representation of the social ideology and also the authors ideology that are
presented as a form of criticism of the social order. The problem appear when the criticism lead a
paradox towards the authors convey, then the form of ideological criticism has been embodied by the
author in the form of literary works with language as medium. Thus, the subjectivity of literary work
authorship just mere symbolization. The symbolization is a form of post-ideology that iek termed as
cynicism. The researcher applied that problems in to Orang Asing novel by Albert Camus. This
research will discuss Albert Camus criticism in the main characters, Meursault, radical action, is
authentically textual but getting loseness in the his narrative life. Finally, the issues raised in this
research are how the absurdity is represented as radical action in Orang Asing, and how the
radicalization became symbolic cynicism in the Orang Asing., The researcher assumed that the
critique of ideology and absurdism through literary works do not offer anything for absurdism and the
criticism is just asymbolization, without authentic action.
42
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
Camus kritik, yakni realitas selama kehidupan tokoh dalam rangka menuju
absurdisme ditunjukkan dengan area tanpa ideologi dalam realitas.
simbolisasi, dalam hal ini bahasa. Langkah menuju ke area the Real atau
Sedangkan dalam novelnya, dalam hal tanpa ideologi tersebut dalam
ini novel Orang Asing, secara pemikiran pengarang ialah dengan
pembacaan banal, nampak seakan- pemikiran dan tindakan absurditasnya.
akan sang tokoh dalam novel tersebut Kemudian akan ditelusuri sampai di
hendak menolak sistem simbolik, mana representasi pemikiran absurd
resistensi terhadap tatanan sosial yang tersebut dapat dijalani oleh sang
dilahirkan oleh ideologi. Dengan tokoh. Setelah itu apabila sang tokoh
menampilkan tokoh imajiner, Camus- tidak mampu secara kontinu
dalam pemikiran absurditasnya- merepresentasikan pemikiran absurd,
hendak memberikan gambaran secara di sana pula sinisme nampak sebagai
subjektif akan ideologi yang ia akibat dari tatanan simbolik, sosial,
tawarkan. Mulai dari pola resistensi ideologi yang dihidupi sang tokoh.
terhadap tatanan simbolik sosial Tidak hanya sampai disitu, selanjutnya
hingga makna kehidupan yang mengenai pengarang yakni Camus,
sesungguhnya- dalam pemikiran akan ditelusuri bahwa kritik tanpa
Camus. Namun yang menjadi ideologi yang Camus tunjukkan
permasalahan ialah apakah sang dengan tindakan berkarya dalam novel
tokoh, dalam novel Orang Asing akan Orang Asing telah otentis melalui
terus menerus menolak tatanan sosial subjektivitas Camus ke tokoh
yang ia hidupi. Dan seberapa besar imajiner, namun permasalahannya
pula kemampuan memberontak karya sastra bermedium bahasa. Untuk
tatanan sosial yang Camus tawarkan. itu, permasalahan yang diangkat
Jawabannya dapat diperoleh dengan dalam penelitian ini yakni, (1)
menampilkan resistensi-resistensi bagaimana absurditas
yang terdapat dalam novel dan direpresentasikan sebagai tindakan
nantinya resistensi tersebut dapat radikal dalam novel Orang Asing, lalu
menunjukkan seberapa tahu sang (2) bagaimana radikalisasi tersebut
tokoh akan kepalsuan yang ada. Lebih justru menjadi sinisme simbolik dalam
dari itu, sebagai latar belakang yang novel Orang Asing.
komprehensif, diskursus ini akan
mengukur tindakan sang tokoh baik
KAJIAN LITERATUR
secara sadar maupun tidak sebagai
pola penolakan yang ditawarkan Penelitian Terdahulu yang Relevan
pengarang. Untuk itu akan disematkan
Sejauh yang peneliti temukan,
dalam satu ranah yang menunjukkan
penelitian yang menyinggung novel
bahwa sang tokoh mengetahui
Orang Asing karya Albert Camus
kepalsuan demi kepalsuan, akan tetapi
sebelumnya pernah diteliti oleh Ani
tetap melakukan kepalsuan tersebut.
Kusumo (2011) dengan judul Tokoh
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
Absurd dalam Roman Wong Njaba
hendak menegaskan perbedaan dengan
Karya Albert Camus. Novel Wong
penelitian lainnya.
Njaba sebenarnya sama dengan novel
Berdasar uraian di atas,
Orang Asing, yakni novel terjemahan
permasalahan yang akan dibuat demi
dari novel LEstranger karya Albert
memenuhi hipotesa yang ada tersebut
Camus yang diterjemahkan oleh Revo
yakni penelitian ini akan menguraikan
Arka Giri Soekatno. Dalam penelitian
43
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
44
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
pemahaman dan tindakan tokoh yang the real. Kondisi tersebut memberikan
mengetahui kesia-siaan, yakni identitas kekosongan pada subjek
tindakan absurd namun justru acuh dalam memproyeksikan
terhadap pengetahuan tersebut dan subjektivitasnya (Bambang, 2014:
terjebak kembali dalam Simbolik. 101). Di mana subjek telah merasakan
adanya secuil the real yang keluar ke
realitas. Di sinilah kekosongan dalam
KAJIAN TEORI
diri subjek terjadi yang selanjutya
Proyek utama dalam pemikiran iek subjek tinggal memilih tetap terjerat
yakni upaya membangkitkan kembali atau menuju the real sesuai
serta mengukuhkan subjek dari pengetahuannya melalui tindakan.
kematiannya selama ini seperti apa
yang telah digaungkan oleh kaum Tindakan Radikal
poststruktural. Bagi iek, subjek itu Tindakan radikal subjek iek
tidak mati oleh apa yang telah (Akmal, 2012: 25) ialah mematahkan
mempengaruhinya tetapi subjek atau menolak diri serta kemelekatan
berkesadaran penuh, Imanen terhadap terhadap objek-objek yang dimiliki
realitas. Untuk itu, iek meletakkan dan dicintai, dengan begitu subjek
subjek yakni pada kekosongan di mendapatkan ruang bebas untuk
mana pada kekosngan inilah subjek bertindak. Dengan demikian, tindakan
mampu berkesadaran, tahu akan radikal dapat diartikan sebagai
realitas, ideologi, simbolik yang telah tindakan yang tidak tahu diri, sebab
menjeratnya. diri adalah konstruksi hegemonik.
Tindakan radikal di sini berkenaan
Subjek Kosong dengan momentum, bukan proses
Subjek (Kristiatmo, 2011: 9) secara yang melibatkan rencana, tujuan,
etimologis berasal dari bahasa Latin, maksud, kesengajaan dan lain
yaitu sub-iacio atau menurut referensi sebagainya. Tindakan ini merupakan
lain sub-jectus. Bila diambil masing- ledakan kemuakan subjek akan
masing pengertian dari asal katanya ideologi, simbolik yang menjerat.
berarti, sub yang berarti dibawah, Untuk itu, tindakan ini tanpa ideologi,
kedua, minor dan iacio atau jectus tanpa simbolik, tanpa tujuan, tanpa
yang artinya ditundukkan, dilempar. maksud dan tanpa rencana yang
Maka, Subjek memiliki arti mempengaruhinya.
ditundukan ke bawah dalam artian
bahwa manusia sebagai subjek di Absurdisme
dunia ini telah ditundukkan oleh Absurdisme (Darma (2004: 94)
eksterious yang bukan dari dirinya berpandangan bahwa hidup
sendiri, yakni segala sesuatu yang merupakan kesia-siaan untuk dijalani
simbolik seperti bahasa, budaya, karena ketidakbermaknaan kehidupan.
agama, dan lain sebagainya. Hidup hanya kesia-siaan, tanpa makna
Ketertawanan subjek dalam yang terus berputar dan berjalan tanpa
realitas simbolik telah memberikan tujuan. Dengan begitu, maka paham
pengetahuan akan ranah the real absurdisme selaras dengan the real
(kenyataan tanpa ideologi berupa yang digagasan oleh iek. Namun,
tindakan) namun subjek terbentur oleh munculnya the real dalam setiap
pilihan maka subjek selalu berada subjek yakni melalui tindakan radikal.
dalam perbatasan antara simbolik dan Untuk itu tindakan manusia absurd
45
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
46
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
47
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
48
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
49
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
50
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
51
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
52
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
Real, dalam hal ini absurdisme melalui pada tubuh yang tidak bergerak dengan
tokoh Meursault dalam novel Orang peluru-peluru menembus dan tidak
timbul lagi. Dan semua itu seperti
Asing menunjukkan bahwa empat letusan singkat yang kuketukkan
subjektifitas Camus merupakan pada pintu kesengsaraan (Camus, 2014:
subjektifitas simbolik. 61).
Dengan demikian sebenarnya
yang Camus hadirkan sebagai the Real Kemudian setelah melakukan tindakan
melalui novel Orang Asing juga radikal tersebut, Meursault akan
simbolik itu sendiri dan akhirnya terjebak dalam sistem simbolik yang
simbolik yang Camus tawarkan baru, sebuah tatanan yang mau tidak
melalui Meursault dan dunia narasi mau harus Meursault tolak pula sesuai
dalam novel Orang Asing dengan pemahaman yang telah dia
menunjukkan bahwa perjumpaan dapatkan, dalam hal ini pemahaman
simbolik dengan simbolik yang lain. absurdisme. Akan tetapi, Meursault
Sehingga perjumpaan tersebut hanya sebagai subjek yang selalu dipenjara,
menjadi kritik terhadap ideologi yang dijerat, dan juga terkungkung oleh
menunjukkan tidak ada apa-apa simbolik, moralitas sosial sejak subjek
dibalik ideologi tersebut, selain belum ada maka yang subjek akan
tindakan nyata. Dengan demikian, mencoba menutupi pengetahuan Real
sinisme hadir dari subjektifitas Albert tersebut dengan seolah-olah tidak
Camus yang notabene seorang absurd mengetahui. Untuk itu, apa yang
melalui karyanya berjudul Orang sebenarnya terjadi pada Meursault
Asing. setelah mengkritik sesuai dengan
Sedangkan dalam melihat kritik pengetahuan absurdisme-nya
yang Camus sampaikan dalam novel merupakan momen di mana tidak ada
Orang Asing secara tidak langsung lagi panggilan the big Other yang
merepresentasikan pemikiran mengaung-ngaung. Dengan demikian,
absurdisme dalam narasinya. Kritik keadaan simbolik yang berubah
yang Camus tampak telah setelah melakukan tindakan murni
menggambarkan bagaimana subjek tersebut namun Meursault menolak
tidak mati dalam proses melakukan tindakan murni tersebut
subjektifitasnya di dunia, tetapi hadir kembali hadir sesuai pemahaman
dalam penolakannya terhadap tatanan absurd-nya di sana pula sinisme hadir
simbolik sosial yang menjerat subjek. dalam pergolakan pengetahuan
Hal ini tampak dari tokoh Meursault Meursault yang hanya tahu tetapi tidak
melakukan tindakan nyata, tindakan melakukan tindakan sesuai dengan
murni, atau Real dengan menembak pengetahuan Real-nya.
musuh Raymond tanpa sebab yang
jelas dan juga tanpa tujuan yang pasti.
SIMPULAN
Pelatuk tertekan, aku menyentuh Setelah diuraikan dalam pembahasan
bagian tengah gagang pistol yang licin,
dan saat itulah, dalam suara yang
di atas, dapat disimpulkan bahwa
sekaligus kering, semua itu dimulai. penalaran sinisme tidak hanya berhenti
Aku mengibaskan keringat dan pada wilayah penokohan Meursault
matahari. Aku mengerti bahwa aku namun juga pada kepengarangan yang
telah menghancurkan keseimbangan dilakukan oleh Albert Camus. Sebagai
hari, kebisuan luar biasa dari sebuah
pantai di mana aku pernah bahagia.
seorang pengarang, Camus tentu saja
Lalu aku menembak lagi empat kali memiliki pemikiran yang hendak
53
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)
54
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155
55