Anda di halaman 1dari 15

MEMBACA SINISME SEORANG ABSURD

DALAM NOVEL ORANG ASING KARYA ALBERT CAMUS:


PERSPEKTIF SUBJEK IMANEN SLAVOJ IEK

READING CYNICISM OF AN ABSURD IN ALBERT CAMUS WORK


ENTITLED ORANG ASING: FROM THE SUBJECT PERSPECTIVE OF
IMANEN SLAVOJ IEK

Moch. Zainul Arifin

Komunitas Sjuzet, FBS Kampus UNESA


Lidah wetan, Surabaya, Indonesia
Ponsel: 085731056283
Pos-el: arifin_zain90@yahoo.com

(Makalah diterima tanggal 4 Feb 2016Disetujui tanggal 22 April 2016)

Abstrak: Penalaran mengenai kritik ideologi melalui karya sastra dapat dilihat dari segi bagaimana
karya sastra merupakan representasi ideologi sosial sekaligus ideologi pengarang yang dihadirkan
sebagai bentuk kritik terhadap tatanan sosial tersebut. Permasalahannya ialah ketika kritik tersebut
justru menghadirkan suatu paradoks dengan apa yang pengarang sampaikan, maka bentuk kritik
ideologi tersebut telah pengarang luapkan dalam bentuk karya sastra yang nyatanya bermedium
bahasa. Dengan demikian, subjektivitas kepengarangan karya sastra hanya merupakan simbolisasi
yang berbentuk post-ideologi yang iek istilahkan sebagai Sinisme. Permasalahan tersebut peneliti
aplikasikan dalam novel Orang Asing karya Albert Camus. Penelitian ini membahas kritik Albert
Camus dalam bentuk tindakan radikal tokoh utama Meursault. Akhirnya, permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini yakni (1) bagaimana absurditas direpresentasikan sebagai tindakan radikal dalam
novel Orang Asing, dan (2) bagaimana radikalisasi tersebut justru menjadi sinisme simbolik dalam
novel Orang Asing. Dengan demikian, dapat ditarik dalam satu asumsi bahwa kritik ideologi dan
paham absurdisme melalui karya sastra tidak menawarkan apa-apa selama absurdisme dan kritik
tersebut dilakukan melalui simbolisasi semata, tanpa tindakan otentis.

Kata kunci: Sinisme, Tindakan Radikal, Absurdisme, Subjektivitas dan Ideologi

Abstract: Reasoning about the ideological criticism through literary works can be seen in term of
how literature become representation of the social ideology and also the authors ideology that are
presented as a form of criticism of the social order. The problem appear when the criticism lead a
paradox towards the authors convey, then the form of ideological criticism has been embodied by the
author in the form of literary works with language as medium. Thus, the subjectivity of literary work
authorship just mere symbolization. The symbolization is a form of post-ideology that iek termed as
cynicism. The researcher applied that problems in to Orang Asing novel by Albert Camus. This
research will discuss Albert Camus criticism in the main characters, Meursault, radical action, is
authentically textual but getting loseness in the his narrative life. Finally, the issues raised in this
research are how the absurdity is represented as radical action in Orang Asing, and how the
radicalization became symbolic cynicism in the Orang Asing., The researcher assumed that the
critique of ideology and absurdism through literary works do not offer anything for absurdism and the
criticism is just asymbolization, without authentic action.

Keywords: Cynicism, Radical Action, Absurdism, Subjectivity and Ideology


Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

PENDAHULUAN tokoh imajiner-dalam bentuk karya


sastra. Namun, pertemuan antara
Ideologi bekerja dengan cara membuat
ideologi dengan ideologi malah
manusia tidak mengetahui apa yang
menunjukkan bahwa ideologi hanya
mereka lakukan. Sama halnya dengan
sebuah ilusi yang tidak terdapat apa-
ketidaktahuan terhadap realitas yang
apa daripadanya. Permasalahannya
dihadapi. Dari sini dapat dipahami
bila tokoh imajiner yang pengarang
bahwa di satu sisi ada realitas dan di
ciptakan telah mengetahui akan
sisi yang lainnya terdapat pemahaman
ketimpangan sebuah realitas dan, akan
tentang realitas tersebut dalam
tetapi karena entah mengapa sang
berbagai bentuk yang telah terdistorsi.
tokoh tidak bertindak seperti apa yang
Maka muncul interpretasi terhadap
sang tokoh ketahui, maka dapat
symptom (gejala) yang
diasumsikan bahwa telah tertanam
menyembunyikan keutuhan dari
kosistensi realitas palsu dalam diri
realitas yang sebenarnya, dan pada
tokoh imajiner yang ditawarkan oleh
akhirnya ideologi dipahami sebagai
pengarang sendiri. Berangkat dari hal
kesadaran palsu. Permasalahannya
itu, kritik terhadap ideologi tidak
ialah pada masa sekarang, ketika
hanya sibuk dalam permasalahan
manusia telah mengetahui realitas
kesadaran palsu melainkan telah
yang sedang mereka hadapi tetapi
sampai pada kehadiran realitas yang
manusia tetap saja melakukan
dilancungkan atau dipalsukan
kepalsuan dan menganggap bahwa apa
sehingga yang sebenarnya terjadi ialah
yang mereka ketahui adalah keadaan
Subjek sinis yakni subjek mengetahui
yang tidak patut dilakukan maka
kepalsuan yang dilakukannya tetapi
ideologi tidak lagi dipahami sebagai
tetap melakukan kepalsuan tersebut.
kesadaran palsu, melainkan bentuk
Salah satu bentuk karya sastra
apatis dari pemahaman manusia.
yang menjadi kasus akan
Inilah apa yang disebut Slavoj iek
permasalahan Sinisme ialah novel
sebagai Cyniscism/sinisme, sebuah
Orang Asing karya Albert Camus,
bentuk ideologi baru yang berada pada
sastrawan Aljazair yang terkenal
budaya popular.
dengan pemikiran absurdismenya.
Dalam konteks sastra, sang
Absurdisme secara sederhana
pengarang sebagai pencipta narasi
merupakan paham yang menganggap
karya sastra, tentu memiliki ideologi
bahwa kehidupan tidak bermakna,
yang hendak ditawarkan kepada
tidak menawarkan apa-apa, hidup
pembaca. Tidak jarang sang
tidak layak dihidupi.
pengarang menggambarkan ideologi
Permasalahannya, ketika Albert
tersebut dalam tokoh imajinernya,
Camus, penggagas paham absurd,
untuk itu sang tokoh membawa cita-
telah mengetahui bahwa berkarya,
cita sang pengarang. Dengan
menulis novel atau sebagainya yang
pernyataan lain, proses kreatif
merupakan bagian dari kehidupan
pengarang melalui tokoh imajinernya
tidak menawarkan apa-apa dan tidak
mencoba untuk membongkar sebuah
bermakna, lalu mengapa Camus
tatanan sosial yang ada melalui
menulis dan berkarya. Dengan
ideologi yang pengarang bawa.
demikian, apa yang Camus gagas
Dengan demikian dapat diketahui
yakni ideologi absurdisme telah
bahwa pengarang mencoba
menunjukkan bahwa ideologi tersebut
menghakimi ideologi yang ada dengan
hanya bagian kecil dari apa yang
ideologi pengarang sendiri-melalui

42
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

Camus kritik, yakni realitas selama kehidupan tokoh dalam rangka menuju
absurdisme ditunjukkan dengan area tanpa ideologi dalam realitas.
simbolisasi, dalam hal ini bahasa. Langkah menuju ke area the Real atau
Sedangkan dalam novelnya, dalam hal tanpa ideologi tersebut dalam
ini novel Orang Asing, secara pemikiran pengarang ialah dengan
pembacaan banal, nampak seakan- pemikiran dan tindakan absurditasnya.
akan sang tokoh dalam novel tersebut Kemudian akan ditelusuri sampai di
hendak menolak sistem simbolik, mana representasi pemikiran absurd
resistensi terhadap tatanan sosial yang tersebut dapat dijalani oleh sang
dilahirkan oleh ideologi. Dengan tokoh. Setelah itu apabila sang tokoh
menampilkan tokoh imajiner, Camus- tidak mampu secara kontinu
dalam pemikiran absurditasnya- merepresentasikan pemikiran absurd,
hendak memberikan gambaran secara di sana pula sinisme nampak sebagai
subjektif akan ideologi yang ia akibat dari tatanan simbolik, sosial,
tawarkan. Mulai dari pola resistensi ideologi yang dihidupi sang tokoh.
terhadap tatanan simbolik sosial Tidak hanya sampai disitu, selanjutnya
hingga makna kehidupan yang mengenai pengarang yakni Camus,
sesungguhnya- dalam pemikiran akan ditelusuri bahwa kritik tanpa
Camus. Namun yang menjadi ideologi yang Camus tunjukkan
permasalahan ialah apakah sang dengan tindakan berkarya dalam novel
tokoh, dalam novel Orang Asing akan Orang Asing telah otentis melalui
terus menerus menolak tatanan sosial subjektivitas Camus ke tokoh
yang ia hidupi. Dan seberapa besar imajiner, namun permasalahannya
pula kemampuan memberontak karya sastra bermedium bahasa. Untuk
tatanan sosial yang Camus tawarkan. itu, permasalahan yang diangkat
Jawabannya dapat diperoleh dengan dalam penelitian ini yakni, (1)
menampilkan resistensi-resistensi bagaimana absurditas
yang terdapat dalam novel dan direpresentasikan sebagai tindakan
nantinya resistensi tersebut dapat radikal dalam novel Orang Asing, lalu
menunjukkan seberapa tahu sang (2) bagaimana radikalisasi tersebut
tokoh akan kepalsuan yang ada. Lebih justru menjadi sinisme simbolik dalam
dari itu, sebagai latar belakang yang novel Orang Asing.
komprehensif, diskursus ini akan
mengukur tindakan sang tokoh baik
KAJIAN LITERATUR
secara sadar maupun tidak sebagai
pola penolakan yang ditawarkan Penelitian Terdahulu yang Relevan
pengarang. Untuk itu akan disematkan
Sejauh yang peneliti temukan,
dalam satu ranah yang menunjukkan
penelitian yang menyinggung novel
bahwa sang tokoh mengetahui
Orang Asing karya Albert Camus
kepalsuan demi kepalsuan, akan tetapi
sebelumnya pernah diteliti oleh Ani
tetap melakukan kepalsuan tersebut.
Kusumo (2011) dengan judul Tokoh
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
Absurd dalam Roman Wong Njaba
hendak menegaskan perbedaan dengan
Karya Albert Camus. Novel Wong
penelitian lainnya.
Njaba sebenarnya sama dengan novel
Berdasar uraian di atas,
Orang Asing, yakni novel terjemahan
permasalahan yang akan dibuat demi
dari novel LEstranger karya Albert
memenuhi hipotesa yang ada tersebut
Camus yang diterjemahkan oleh Revo
yakni penelitian ini akan menguraikan
Arka Giri Soekatno. Dalam penelitian

43
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

tersebut mendeskripsikan seluruh berkarya, dalam hal ini novel berjudul


tokoh dalam novel tersebut yang Perburuan. Ramayda menyatakan
berjumlah sekitar tujuh belas tokoh. bahwa dengan berkarya, Pram telah
Akan tetapi, dalam segi penokohannya bertindak radikal karena menolak
dikelompokkan menjadi dua karakter tatanan Simboliknya.
yakni yang bernilai positif dan yang Kemudian penelitian lain yang
bernilai negatif. Sedangkan tokoh menggunakan pandangan subjek
yang terdeteksi sebagai tokoh yang Slavoj iek sebagai kajian teoritisnya
absurd terdapat enam tokoh termasuk yakni Tesis yang ditulis oleh Rahmat
tokoh utama yaitu Mersault. Penelitian Setiawan (2015) dengan judul Fantasi
yang dilakukan oleh Ani Kusumo Ideologis dalam Novel The White
seakan hanya menceritakan kembali Tiger Karya Aravind Adiga:
isi dari novel yang sudah jelas-jelas Perjumpaan Subjek-Subjek Sastra
merepresentasikan pemikiran absurd melalui Prespektif Slavoj iek. Dari
Albert Camus. Dengan sudut pandang segi objek kajian yakni novel The
lain, yakni penggunaan teori White Tiger karya Arvind Adiga
absurditas secara menyeluruh, tampak kentara memiliki perbedaan
Kusumo mendeskripsikan dengan dengan penelitian ini. Perbedaan
detail absurditas dalam penelitiannya. penelitian yang dilakukan Rahmat
Berdasar hal tersebut, peneliti hendak dengan penelitian ini yakni pada
menegaskan perbedaan antara pandangan subjek. Rahmat
penelitian ini dengan penelitian yang menggunakan pandangan subjek iek
dilakukan oleh Ani Kusumo tersebut. dalam dua ranah yakni pada tokoh dan
Sebab penelitian ini tidak hanya pengarang. Tujuan dari penelitian ini
sampai pada domain absurditas tetapi yakni membuktikan bahwa novel The
telah sampai pada apa yang secara White Tiger merupakan Fantasi
sadar maupun tidak sadar tokoh Ideologis Arvind Adiga sebagai subjek
absurd tersebut lakukan dalam tatanan pengarang. Hal ini dapat dilakukan
sosialnya. dengan memperjumpakan subjek
Sedangkan penelitian yang tokoh dalam novel dengan subjek
menggunakan prespektif Slavoj iek pengarang tersebut. Perbedaan yang
sebagai pisau pembedahnya sejauh peneliti tekankan di sini yakni pada
peneliti temukan pada bidang segi penelitian ini hanya pada tataran
kesusasteraan Indonesia yakni pada manifestasi ketidaksadaran pengarang
penelitian yang dilakukan oleh pada karya sastra sedangkan pada
Ramayda Akmal (2012). Penelitian penelitian yang digarap Rahmat
tersebut berbentuk Tesis yang berjudul sampai pada tekstual dan pendekatan
Subjektivitas Pramoedya Ananta Toer ekspresif pengarang dengan melihat
dengan Novel Perburuan: Pendekatan pengarang tidak hanya pada wilayah
Psikoanalisis-Historis Slavoj iek. karyanya tetapi juga kehidupan
Dalam penelitian ini, Ramayda sebanarnya. Kekenduran daripada
menggunakan teori mengenai subjek tindakan radikal subjek, Rahmat
Slavoj iek untuk menjelaskan ketahui dari tindakan Adiga yang
pengarang sebagai subjek yang tengah menggunakan karyanya sebagai
men-Subjektivitskan dirinya dalam pengalaman melakukan tindakan
bentuk tindakan berkarya. Pram radikal tanpa harus mengalaminya.
sebagai subjek mencoba membongkar Sedangkan dalam penelitian ini,
tatanan Simbolik yang ada dengan kekenduran tersebut peneliti duga dari

44
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

pemahaman dan tindakan tokoh yang the real. Kondisi tersebut memberikan
mengetahui kesia-siaan, yakni identitas kekosongan pada subjek
tindakan absurd namun justru acuh dalam memproyeksikan
terhadap pengetahuan tersebut dan subjektivitasnya (Bambang, 2014:
terjebak kembali dalam Simbolik. 101). Di mana subjek telah merasakan
adanya secuil the real yang keluar ke
realitas. Di sinilah kekosongan dalam
KAJIAN TEORI
diri subjek terjadi yang selanjutya
Proyek utama dalam pemikiran iek subjek tinggal memilih tetap terjerat
yakni upaya membangkitkan kembali atau menuju the real sesuai
serta mengukuhkan subjek dari pengetahuannya melalui tindakan.
kematiannya selama ini seperti apa
yang telah digaungkan oleh kaum Tindakan Radikal
poststruktural. Bagi iek, subjek itu Tindakan radikal subjek iek
tidak mati oleh apa yang telah (Akmal, 2012: 25) ialah mematahkan
mempengaruhinya tetapi subjek atau menolak diri serta kemelekatan
berkesadaran penuh, Imanen terhadap terhadap objek-objek yang dimiliki
realitas. Untuk itu, iek meletakkan dan dicintai, dengan begitu subjek
subjek yakni pada kekosongan di mendapatkan ruang bebas untuk
mana pada kekosngan inilah subjek bertindak. Dengan demikian, tindakan
mampu berkesadaran, tahu akan radikal dapat diartikan sebagai
realitas, ideologi, simbolik yang telah tindakan yang tidak tahu diri, sebab
menjeratnya. diri adalah konstruksi hegemonik.
Tindakan radikal di sini berkenaan
Subjek Kosong dengan momentum, bukan proses
Subjek (Kristiatmo, 2011: 9) secara yang melibatkan rencana, tujuan,
etimologis berasal dari bahasa Latin, maksud, kesengajaan dan lain
yaitu sub-iacio atau menurut referensi sebagainya. Tindakan ini merupakan
lain sub-jectus. Bila diambil masing- ledakan kemuakan subjek akan
masing pengertian dari asal katanya ideologi, simbolik yang menjerat.
berarti, sub yang berarti dibawah, Untuk itu, tindakan ini tanpa ideologi,
kedua, minor dan iacio atau jectus tanpa simbolik, tanpa tujuan, tanpa
yang artinya ditundukkan, dilempar. maksud dan tanpa rencana yang
Maka, Subjek memiliki arti mempengaruhinya.
ditundukan ke bawah dalam artian
bahwa manusia sebagai subjek di Absurdisme
dunia ini telah ditundukkan oleh Absurdisme (Darma (2004: 94)
eksterious yang bukan dari dirinya berpandangan bahwa hidup
sendiri, yakni segala sesuatu yang merupakan kesia-siaan untuk dijalani
simbolik seperti bahasa, budaya, karena ketidakbermaknaan kehidupan.
agama, dan lain sebagainya. Hidup hanya kesia-siaan, tanpa makna
Ketertawanan subjek dalam yang terus berputar dan berjalan tanpa
realitas simbolik telah memberikan tujuan. Dengan begitu, maka paham
pengetahuan akan ranah the real absurdisme selaras dengan the real
(kenyataan tanpa ideologi berupa yang digagasan oleh iek. Namun,
tindakan) namun subjek terbentur oleh munculnya the real dalam setiap
pilihan maka subjek selalu berada subjek yakni melalui tindakan radikal.
dalam perbatasan antara simbolik dan Untuk itu tindakan manusia absurd

45
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

yang tanpa tujuan, maksud dan diketahui. Sederhananya, sinisme


ideologi di dalamnya maka dapat yakni subjek yang tahu bahwa
dikatakan tindakan radikal. simbolik penuh kebohongan, telah
Absurditas menurut Albert menjerat subjek tetapi subjek tetap
Camus yang telah dijelaskan dalam tidak ingin tahu the real tersebut, dan
esai terkenalnya, Le Mythe de Sisyphe bertindak seolah-olah tidak
yang ditulis pada tahun 1942 mengetahuinya.
kemudian disusul dengan Seperti halnya definisi ideologi
diterbitkannya novel LEtranger pada (Adian, 2011: 85) yang paling
tahun yang sama (novel ini telah mendasar dalam perumusan Marx
diterjemahkan ke bahasa Indonesia yakni bahwa mereka tidak
dengan judul Orang Asing). Dalam mengetahui, maka mereka
karya esai tersebut, Camus mencoba melakukannya. Sama halnya dengan
menjelaskan mengenai absurditas dan ketidaktahuan terhadap realitas yang
memberikan pemahaman melalui dihadapi. Dari sini dapat dipahami
berbagai contoh mengenai absurditas. bahwa di satu sisi ada realitas dan di
Dalam penjelasannya, Camus sisi yang lainnya terdapat pemahaman
menyatakan bahwa ketika seseorang tentang realitas tersebut dalam
berkata Itu absurd hal itu sama berbagai bentuk yang telah terdistorsi.
artinya dengan Itu tidak mungkin. Maka muncul interpretasi terhadap
symptom (gejala) yang
Itu Absurd berarti Itu tidak menyembunyikan keutuhan dari
mungkin, tetapi juga berarti Itu
bertolak belakang. Jika saya melihat
realitas yang sebenarnya, dan pada
seseorang dengan senjata tajam biasa akhirnya ideologi dipahami sebagai
menyerang sekelompok orang yang kesadaran palsu.
bersenjata mitraliur, saya akan Namun yang menjadi
menilai tindakannya absurd. Namun pertanyaan di era saat ini ialah apakah
tindakan itu hanya disebut oleh
Camus sebagai absurd dalam
konsep ideologi sebagai kesadaran
kaitannya dengan ketidakseimbangan palsu masih berlaku dan masih
yang ada antara niatnya dan beroperasi sampai hari ini. Pertanyaan
kenyataan yang ia hadapi, dalam tersebut seperti yang iek jelaskan
kontradiksi yang dapat saya tangkap dalam bukunya yang berjudul The
antara kekuatannya nyata dengan
tujuan yang ia rencanakan (Camus,
Sublime Subject of Ideology (2008:
1999: 47). 25) bahwa dirinya beranjak dari buku
Critique of Cynical Reason karangan
Sinisme Peter Sloterdijk yakni ideologi saat ini
Sinisme (iek, 2008: 25) merupakan bekerja dengan cara sinisme.
subjek yang sadar atau
berpengetahuan akan jarak yang Gaze; Relasi antara iek dan
memisahkan antara topeng ideologi Sastra
dan realitas sosial, namun subjek tetap Gaze (Setiawan, 2015: 62) merupakan
saja bersembunyi di balik topeng tatapan yang menjadikan tokoh
ideologi tersebut. Sederhanannya, terbentuk, terkontruksi dalam karya
sinisme merupakan keadaan di mana sastra sebagaimana yang pengarang
subjek bersikap seolah-olah tidak harapkan yakni ideologi pengarang.
mengetahuan kepalsuan yang ada dan Dengan kata lain, melalui Gaze ini
menganggap apa yang benar dan nyata pengarang mencoba
(the real) terlalu horor untuk mensubjektivitaskan dirinya dalam

46
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

karya sastra, lebih tepatnya tokoh Teknik Pengumpulan Data


dalam karya sastra. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
merupakan teknik baca catat. Teknik
METODE
pengumpulan data pada dasarnya ialah
Rancangan Penelitian seperangkat cara atau teknik yang
Penelitian ini menggunakan merupakan perpanjangan dari indera
pendekatan pragmatik di mana manusia karena tujuannya adalah
pendekatan ini memberikan perhatian mengumpulkan fakta-fakta empirik
utama terhadap pembaca (Ratna, yang terkait dengan masalah penelitian
2006: 71). Pendekatan ini dipilih (Faruk, 2012: 24). Berdasar hal
sebab paradigma dari teori Slavoj tersebut, teknik pengumpulan data
iek sendiri berkenaan dengan jalur dalam penelitian ini dilakukan sebagai
kritik postrukturalisme. Sebagaimana berikut.
dijelaskan Ratna (2006: 72) bahwa a. Peneliti melakukan pembacaan
teori-teori postrukturalisme bertumpu dari awal sampai akhir novel
pada kompentensi pembaca. Orang Asing karya Albert Camus
Sedangkan metode yang secara berulang untuk memperoleh
digunakan dalam penelitian ini yakni gambaran keseluruhan mengenai
metode kualitatif. Di mana metode novel tersebut.
kualitatif merupakan suatu cara atau b. Peneliti merumuskan masalah
langkah-langkah yang memanfaatkan penelitian berdasar kecenderungan
penafsiran dengan menyajikan dalam masalah yang terdapat dalam novel
bentuk deskripsi (Ratna, 2006: 46). Orang Asing karya Albert Camus.
Dalam penelitian ini, data yang c. Peneliti membaca teori maupun
digunakan berbentuk deskriptif bukan konsep yang digunakan dalam
angka-angka, namun mengutamakan penelitian untuk membedah dan
kedalaman penafsiran terhadap narasi membahas masalah penelitian.
dan interaksi antarkonsep yang sedang d. Mencatat data dengan cara
dikaji. memilih beberapa kutipan novel
Orang Asing karya Albert Camus
Sumber Data dan Data Penelitian berupa kata, frasa, klausa, kalimat
Sumber data yang digunakan dalam maupun paragraf yang merujuk
penelitian ini diperoleh dari novel pada rumusan masalah.
Orang Asing karya Albert Camus e. Mengadakan pemilihan dan
yang telah diterjemahkan oleh Apsanti pemilahan bagian-bagian dari
Djokosujatno dengan sampul penelitian yang dianalisis.
berwarna dominan coklat dan terdapat
gambar ilustrasi orang-orang aneh Teknik Analisis Data
ditengahnya berwarna merah serta Teknik analisis data menggunakan
hitam. Novel tersebut setebal 124 teknik analisis deskriptif. Teknik
halaman dengan panjang 19 cm dan analisis deskriptif digunakan untuk
lebar 14 cm. Novel Orang Asing ini mendeskripsikan makna data sehingga
merupakan terjemahan dari novel menimbulkan kejelasan dan
aslinya yang berjudul LEtranger pemahaman bagi pembaca (Supratno,
terbit pada tahun 1942. 2010: 76). Sedangkan instrumen yang
digunakan untuk analisis data dalam
penelitian ini ialah tabel klasifikasi.

47
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

Teknik ini digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


mengklarifikasikan data yang ada
Absurditas sebagai Tindakan
dalam novel Orang Asing karya Albert
Radikal
Camus.
Dalam pembahasan bab ini akan
Berdasar hal tersebut, prosedur
dibahas mengenai absurditas tokoh
analisis data dilakukan dari
Meursautl yang berpotensi menjadi
pengambilan sumber data yang sudah
tindakan radikal. Hal tersebut
ada dengan tahap-tahap sebagai
disebabkan karya sastra sebagai
berikut.
bentuk kritik ideologi sosial tentu
a. Proses yang pertama adalah
memiliki bentuk kritik yang menurut
analisis secara tekstual terhadap
iek dalam bentuk tindakan radikal
novel kepada subjek tokoh di
tokoh narasinya. Oleh karena itu,
dalam dunia narasi novel.
pemahaman Albert Camus yakni
b. Selanjutnya, subjek tokoh dalam
absurdisme telah Camus tawarkan
novel dianalisis lebih mendalam
melalui kritik ideologinya dalam novel
sebagai bentuk keterkaitan dan
Orang Asing. Dengan demikian,
menyongkong argumen
absurdisme dapat dinyatakan sebagai
pengarang yang hendak
bentuk kritik ideologi yang radikal
ditawarakan yaitu mengenai
dalam pemahaman Camus. Berangkat
momen kekosongan dan tindakan
dari hal tersebut, pembahasan bab ini
radikal subjek tokoh.
akan menjelaskan mengenai tindakan
c. Lalu, menelusuri refleksi kontinu
radikal yang sebenarnya tidak dapat
tindakan subjek tokoh hingga
disimbolisasikan melalui bahasa
menemukan bentuk permasalahan
namun dapat dijelaskan melalui
yang akan diajukan yakni konsep
momen kekosongan subjek. Momen
Sinisme subjek Slavoj iek.
kekosongan (Akmal, 2012: 28)
d. Kemudian, subjek pengarang
merupakan momen yang tidak
melalui tokoh atau subjektivitas
terdefinisikan oleh yang simbolik atau
pengarang ditelurusi dan
bahasa. Tetapi momen ini berkaitan
diidentifikasi melalui konsep
dengan subjek yang kosong di mana
Gaze yang menjelaskan
iek merunut kembali keberadaan
bagaimana pengarang
subjek cogito (Aku berfikir) milik
menciptakan dirinya yang
Rene Descrates. Subjek yang sejatinya
sebenarnya bukan dirinya melalui
telah kosong menurut iek, terbelah
karya sastra.
antara pilihan tetap mengikuti tatanan
e. Akhirnya, memperjumpakan
simbolik atau menolaknya. Dengan
subjek pegarang dengan subjek
begitu, di saat momentum yang tepat
tokoh sehingga mendapatkan
subjek akan melakukan tindakan
tindakan menulis pengarang
radikal akibat kemuakan subjek
hanya sinisme seperti tindakan
terhadap realitas sosial simbolik yang
tokoh dalam narasi novelnya
dia hidupi.
sehingga menemukan kesimpulan
Kemudian pembahasan akan
dan jawaban dari permasalahan
diuraikan tentang tindakan radikal
yang peneliti angkat.
Meursault. Tindakan radikal ini
berkenaan dengan tanpa adanya tujuan
Meursault melakukan tindakan
tersebut yang secara otomatis
meniadakan penjeratan ideologi yang

48
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

melingkupinya. Tindakan radikal Hegel dengan membangun


secara sederhana dimengerti sebagai subjektivitas dengan membuang
tindakan kebebasan mutlak subjek dari segala yang dicintai oleh subjek.
objek-objek yang melekat pada Dengan demikian prinsip cogito bukan
dirinya, seperti ideologi, moralitas, the substansi aku individual, melainkan
big Other, maupun sosial simbolik. ruang kosong negativitas. Pada ruang
Tindakan radikal subjek iek kosong ini, iek meletakkan siapa
(Akmal, 2012: 25) yang paling radikal itu subjek yakni kekosongan. Dan
ialah dengan mematahkan atau pada saatnya subjek akan kembali
menolak diri serta kemelekatan pada kekosongan di mana terdapat
terhadap objek-objek yang dimiliki momentum yang membuat subjek
dan dicintai, dengan begitu subjek mampu membuang segala objek yang
mendapatkan ruang untuk bertindak dicintai di dunia ini. Seperti dalam
secara bebas. Untuk itu, pembahasan karakter Meursault yang membuang
bab ini akan dianalisis mengenai (a) segala objek yang dicintai akhirnya
momen kekosongan Meursault dia berada pada momen kekosongan
sebelum melakukan tindakan radikal tersebut. Momen ini di mana
dan juga sebagai navigasi tindakan Meursault dapat berfikir dan
radikal tersebut muncul. Selanjutnya memuntahkan fikiran melalui
akan ditarik pada penjelasan mengenai penarikan total terhadap dunia.
(b) tindakan radikal Meursault dengan
membunuh lawan Raymond. Seluruh diriku meregang, dan aku
menekankan tanganku pada pistol.
Pelatuk tertekan, aku menyentuh
a. Momen Kekosongan bagian tengah gagang pistol yang
Momen kekosongan (Akmal, 2012: licin, dan saat itulah, dalam suara
28) merupakan momen yang tidak yang sekaligus kering, semua itu
terdefinisikan oleh yang simbolik atau dimulai (Camus, 2014: 61).
bahasa. Tetapi momen ini berkaitan
Meursault sebagai subjek yang
dengan subjek yang kosong di mana
dirumuskan iek sebagai kosong
iek merunut kembali keberadaan
sebenarnya telah mengetahui bahwa
subjek cogito (Aku berfikir) milik
realitas tidak menawarkan apa-apa
Rene Descrates. iek melakukan
layaknya pemahaman absurdisme
penafsiran ulang terhadap konsep
akan tetapi, Meursault tidak berbuat
tersebut dengan melihat
sesuai dengan pengetahuan absurd-nya
kesalahpahaman kaum
di sinilah Meursault sebenarnya subjek
postmodernisme maupun
kosong. Sedangkan dalam momen
poststrukturalisme dalam melihat
tertentu, lebih tepatnya ketika
cogito Descartes. Menurut iek
Meursault membuang keadilan,
(Robet, 2010: 84) bahwa Aku
kebaikan dan segala yang dicintainya
berfikir bukan Aku yang
dari dunia dengan bertindak nyata
merepresentasikan sesuatu dengan
sesuai pengetahuan absurd-nya, maka
substitusi tetapi justru proses di mana
momen tersebut merupakan momen
subjek dapat mengevakuasi diri dari
kekosongan. Momen di mana
dunia. Suatu penarikan total yang
Meursault merenung, berfikir bahwa
menandai transformasi dari dunia
dia tidak seharusnya terperangkap
objektif ke dunia subjektif.
dalam tatatan yang telah dia ketahui
Penarikan total tersebut
penuh kebohongan.
membuat iek tertarik pada konsep

49
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

b. Tindakan Radikal tindakan bebas (iek, 2000: 150-


Tindakan radikal secara sederhana 151). Seperti dalam kisah narasi
sebagai tindakan kebebasan mutlak Meursault dalam novel Orang Asing
subjek dari objek-objek yang melekat karya Albert Camus, Meursault telah
pada dirinya, seperti ideologi, membebaskan dirinya dari segala yang
moralitas, the big Other, maupun dia cintai, dia hidupi dengan menolak
sosial simbolik. Tindakan radikal atau mematahkan kemelekatannya
subjek iek (Akmal, 2012: 25) yang pada objek-objek simbolik. Dan lawan
paling radikal ialah dengan Raymond yang dihadapi oleh
mematahkan atau menolak diri serta Meursault merupakan representasi
kemelekatan terhadap objek-objek paling kentara mengenai dunia sosial
yang dimiliki dan dicintai, dengan yang dihidupi Meursault. Meursault
begitu subjek mendapatkan ruang menjadi bijak, adil, bersikap baik
untuk bertindak secara bebas. Dengan padahal dia mengerti bahwa apa yang
demikian, tindakan radikal dapat dijunjungnya selama ini merupakan
diartikan sebagai tindakan yang tidak kepalsuan. Maka, dengan membuang
tahu diri, sebab diri adalah keadilan maupun sikap baik yang ada,
kontruksi budaya hegemonik. Dengan Meursault telah bertindak radikal
melanggar norma, membuang nilai dengan tanpa tujuan di dalam tindakan
konsensus sosial dan sebagainya maka tersebut.
tindakan tersebut tidak lagi terpaut
oleh apapun lagi. Penembakan yang Aku mengerti bahwa aku telah
menghancurkan keseimbangan hari,
dilakukan Meursault terhadap musuh kebisuan luar biasa dari sebuah
Raymond menujukkan bagaimana pantai di mana aku pernah merasa
tindakan tersebut tergolong tindakan bahagia. Lalu aku menembak lagi
radikal Meursault karena dia tidak empat kali pada tubuh yang tidak
ingin tenggelam dalam sosial, bergerak dengan peluru-peluru
menembus dan tidak bergerak
mengalienasi dirinya, terhegemoni dengan peluru-peluru menembus dan
pada keadilan yang agung, antara tidak timbul lagi (Camus, 2014: 61).
lawan. Dari sini tampak tidak ada lagi
rekonsiliasi, tidak ada yang absolut Tindakan radikal menjadi Sinisme
dari relasi antar lawan dan yang lebih simbolik
penting lagi tidak ada the big Other Sinisme (iek, 2008: 25) merupakan
yang menjerat dirinya. Tindakan subjek yang sadar atau
tersebut merupakan respon subjek berpengetahuan akan jarak yang
untuk pergi dari yang simbolik, memisahkan antara topeng ideologi
moralitas yang dicintai subjek. dan realitas sosial (the Real), namun
Robet (2010: 117) menyatakan subjek tetap saja bersembunyi di
bahwa subjektivitas terbentuk justru balik topeng ideologi tersebut. Dengan
pada situasi di mana yang terpenting pernyataan lain bahwa subjek telah
dari dinihilkan, membunuh diri yang mengetahuan akan kepalsuan realitas
merupakan interpelasi simbolik. sosial yang tengah diselimuti kabut
Dengan demikian, subjek (secara tidak ideologi, tetapi subjek seolah-olah
langsung) menebas kebebasan dirinya bersikap biasa dan seakan tidak ingin
dari objek berharga yang tahu akan pengetahuan the Real
kepemilikannya justru membuat tersebut menyeruak ke permukaan
tertawan oleh sang lawan, maka sosial. Untuk itu, subjek tetap saja
subjek pun merebut ruang bagi melakukan sesuatu yang subjek tahu

50
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

hal tersebut hanya kebohongan siaan tersebut dengan berkarya melalui


ideologi semata. Akhirnya subjek novel Orang Asing ini. Albert Camus
melakukan kepalsuan sebab tidak yang telah mengetahui kepalsuan
sesuai dengan apa yang dia ketahui. namun tetap melakukan kepalsuan
Dalam pembahasan bab ini yang ada dengan terus berkarya
akan dijelaskan mengenai sinisme sebagai bentuk kritik ideologi
yang peneliti duga telah dilakukan sosialnya. Berikut ini pembehasan
oleh tokoh Meursault setelah tersebut akan dibagi dalam dua sub-
melakukan tindakan radikal yakni bab yaitu (a) Sinisme Simbolik tokoh
dengan menembak lawan Raymond. Meursault dan (b) Sinisme Simbolik
Sistem simbolik sosial yang Meursault Albert Camus melalui radikalisasi
hidupi tentu saja berbeda dari sebelum tokoh Meursault.
melakukan tindakan radikal dan
sesudahnya. Untuk itu, apabila a. Sinisme simbolik Tokoh
Meursault tidak secara kontinu Meursault
melakukan tindakan radikal, maka Apa yang menjadi begitu mencolok
secara tidak langsung Meursault telah terlihat dari sinisme bekerja ialah pada
tertindak sinis dengan menolak keadaan di mana Meursault setelah
pengetahuan the Real yakni bertindak melakukan tindakan radikalnya yakni
radikal keluar dalam mekanisme pembunuhan terhadap musuh
masyarakat sosialnya. Raymond. Dengan demikian,
Kemudian sebagai penelitian Meursault tengah memasuki tatanan
yang komprehensif, pembahasan ini simbolik yang baru dengan
juga disangkut-pautkan pada meninggalkan tatanan simbolik
subjektivitas pengarang melalui karya lamanya. Maka tindakan radikal
sastranya. Sebagai bentuk kritik tersebut merupakan jembatan antara
ideologi, karya sastra seperti novel tatanan simbolik lama ke tatanan
Orang Asing karya Albert Camus ini simbolik baru. Dalam tatanan simbolik
tentu memiliki ideologi yang Camus baru inilah sinisme hadir dari keadaan
tawarkan melalui subjektivitas dirinya sosial, moral, atau simbolik yang ada.
dalam narasi novel sehingga tindakan Sederhananya bahwa tindakan radikal
radikal tersebut sebagai bentuk kritik yang Meursault telah lakukan
ideologi sosial Camus. Dengan menunjukkan bahwa dirinya tengah
demikian, akan dilakukan analisis menyadari adanya ideologi dalam
mengenai subjektivitas Camus melalui pengertian Marixs klasik, the big
novel Orang Asing yang peneliti duga Other, Simbolik dalam konsep
bersifat sinisme simbolik sebab karya psikoanalisis Lacan atau apa yang
sastra bermedium bahasa, dengan kata dikonsepkan pula oleh Hegel sebagai
lain bahasa merupakan simbolik dan yang Absolut. Seakan tidak ingin
ideologi pula. Hal tersebut berkenaan terjerat kembali, Meursault berfikir,
dengan pemahaman filsafat merenung, kemudian bertindak tanpa
absurdisme yang Camus afirmasikan adanya suatu keadaan yang dituju,
secara subjektif dalam novel Orang ingin dicapai, tanpa maksud yang
Asing ini. Oleh karena itu, akan akhirnya berasosiasi pada nama
menjadi ideologi lain apabila kejahatan karena berbeda dengan
absurdisme yang menganggap hidup tatanan simbolik, moral, nilai baik
hanya menawarkan kesia-siaan namun yang ada. Namun kemudian setelah
Camus tetap saja melakukan kesia- melakukan tindakan radikal yang

51
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

menunjukkan adanya pemahaman dengan benar-benar menolak tatanan


secara pengalaman, ataupun kesadaran simbolik baru yang dia hidupi.
diri Meursault dan kemudian
Meursault kembali masuk dalam b. Sinisme simbolik Albert Camus
ideologi, simbolik, moralis sosial yang Permasalahan sinisme di sini
dia hidupi dan dengan begitu saja selanjutkan akan dikaitkan dengan
mengikuti aturan main tatanan pengarang sebab pengarang mewakili
simbolik, maka sinisme tampak dari otoritas karyanya sebagai suau
tokoh Meursault saat berada dalam resistensi. Dalam hal ini, Albert
tatanan simbolik baru yang dia tengah Camus sebagai pengarang dan novel
hidupi seperti dalam kutipan novel Orang Asing dengan tokoh utama
berikut. Meursault menjadi karya Albert
Camus. Sebagai langkah awal untuk
Ia pergi dengan wajah marah. bertamasya ke ruang Camus dalam
Sebetulnya aku ingin menahannya,
menerangkan kepadanya bahwa novel Orang Asing, maka perlu
sebenarnya aku mengharapkan ditekankan bahwa Camus melakukan
simpatinya, bukan supaya dibela subjektifitas dirinya melalui diri
secara lebih baik, melainkan secara Meursault. Dengan bahasa sederhana,
wajar saja. Apalagi aku mengetahui Camus mencoba hadir dalam novel
bahwa aku telah membuatnya merasa
tidak enak. Ia tidak mengerti dan
Orang Asing melalui tokoh Meursault
agak marah kepadaku. Aku ingin dengan mereduksi pemikiran
menekankan kepadanya bahwa aku absurdisme-nya sebagai kritik sosial
seperti semua orang, benar-benar dalam uraian narasi novel Orang
seperti semua orang (Camus, 2014: Asing ini. Terkait hal tersebut, apa
68).
yang lebih menguatkannya yakni
Kutipan di atas menjelaskan novel Orang Asing menggunakan
bahwasanya Meursault merasa apa sudut pandang orang pertama,
yang telah dia perbuat dengan sehingga hal tersebut mempertegas
menembak lawan Raymond hingga posisi Camus dalam subjektifitasnya.
meninggal merupakan perbuatan yang Hubungan antara Camus dan novel di
perlu mendapat pembelaan. Padahal sini dapat dikatakan terjadi akibat
sebelumnya, Meursault telah panggilan Gaze dengan mencoba
melakukan tindakan radikal dengan keluar dari dirinya dan menarasikan
menembak lawan Raymond sebagai tokoh Meursault dalam novel Orang
bentuk tindakan murni tanpa adanya Asing. Maka daripada itu, Meursault
moralitas, dan tatanan simbolik sosial sebagai regulasi kesadaran dan
yang mengurungnya. Namun, setelah ketidaksadaran Camus dalam proses
melakukan tindakan penembakan melintasi Gaze sebagai jalan
tanpa tujuan, Meursault terkurung subjektifitas tersebut.
kembali pada moralitas sosial yang dia Apa yang menarik dari Gaze di
pun akhirnya menurut tidak dapat sini kemudian dilihat dari bagaimana
keluar lagi dari tatanan tersebut. Camus memenuhi panggilannya
Tetapi, Meursault begitu pandai sebagai yang Real atau pemikiran
menyembunyikan pengetahuannya absurdisme dalam proses berkarya
dengan merasa malas melakukan sedangkan Meursault dalam novel
sesuatu. Padahal yang terjadi dia tidak Orang Asing merupakan yang
dapat melakukan tindakan nyata simbolik. Dengan demikian, walaupun
Camus mencoba menghadirkan yang

52
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

Real, dalam hal ini absurdisme melalui pada tubuh yang tidak bergerak dengan
tokoh Meursault dalam novel Orang peluru-peluru menembus dan tidak
timbul lagi. Dan semua itu seperti
Asing menunjukkan bahwa empat letusan singkat yang kuketukkan
subjektifitas Camus merupakan pada pintu kesengsaraan (Camus, 2014:
subjektifitas simbolik. 61).
Dengan demikian sebenarnya
yang Camus hadirkan sebagai the Real Kemudian setelah melakukan tindakan
melalui novel Orang Asing juga radikal tersebut, Meursault akan
simbolik itu sendiri dan akhirnya terjebak dalam sistem simbolik yang
simbolik yang Camus tawarkan baru, sebuah tatanan yang mau tidak
melalui Meursault dan dunia narasi mau harus Meursault tolak pula sesuai
dalam novel Orang Asing dengan pemahaman yang telah dia
menunjukkan bahwa perjumpaan dapatkan, dalam hal ini pemahaman
simbolik dengan simbolik yang lain. absurdisme. Akan tetapi, Meursault
Sehingga perjumpaan tersebut hanya sebagai subjek yang selalu dipenjara,
menjadi kritik terhadap ideologi yang dijerat, dan juga terkungkung oleh
menunjukkan tidak ada apa-apa simbolik, moralitas sosial sejak subjek
dibalik ideologi tersebut, selain belum ada maka yang subjek akan
tindakan nyata. Dengan demikian, mencoba menutupi pengetahuan Real
sinisme hadir dari subjektifitas Albert tersebut dengan seolah-olah tidak
Camus yang notabene seorang absurd mengetahui. Untuk itu, apa yang
melalui karyanya berjudul Orang sebenarnya terjadi pada Meursault
Asing. setelah mengkritik sesuai dengan
Sedangkan dalam melihat kritik pengetahuan absurdisme-nya
yang Camus sampaikan dalam novel merupakan momen di mana tidak ada
Orang Asing secara tidak langsung lagi panggilan the big Other yang
merepresentasikan pemikiran mengaung-ngaung. Dengan demikian,
absurdisme dalam narasinya. Kritik keadaan simbolik yang berubah
yang Camus tampak telah setelah melakukan tindakan murni
menggambarkan bagaimana subjek tersebut namun Meursault menolak
tidak mati dalam proses melakukan tindakan murni tersebut
subjektifitasnya di dunia, tetapi hadir kembali hadir sesuai pemahaman
dalam penolakannya terhadap tatanan absurd-nya di sana pula sinisme hadir
simbolik sosial yang menjerat subjek. dalam pergolakan pengetahuan
Hal ini tampak dari tokoh Meursault Meursault yang hanya tahu tetapi tidak
melakukan tindakan nyata, tindakan melakukan tindakan sesuai dengan
murni, atau Real dengan menembak pengetahuan Real-nya.
musuh Raymond tanpa sebab yang
jelas dan juga tanpa tujuan yang pasti.
SIMPULAN
Pelatuk tertekan, aku menyentuh Setelah diuraikan dalam pembahasan
bagian tengah gagang pistol yang licin,
dan saat itulah, dalam suara yang
di atas, dapat disimpulkan bahwa
sekaligus kering, semua itu dimulai. penalaran sinisme tidak hanya berhenti
Aku mengibaskan keringat dan pada wilayah penokohan Meursault
matahari. Aku mengerti bahwa aku namun juga pada kepengarangan yang
telah menghancurkan keseimbangan dilakukan oleh Albert Camus. Sebagai
hari, kebisuan luar biasa dari sebuah
pantai di mana aku pernah bahagia.
seorang pengarang, Camus tentu saja
Lalu aku menembak lagi empat kali memiliki pemikiran yang hendak

53
Membaca Sinisme (M. Zainul Arifin)

disampaikan dalam novel Orang Asing dengan Novel Perburuan:


tersebut. Apa yang hendak digagas Pendekatan Psikoanalisis-
yakni Absurdisme dalam kehidupan Historis Slavoj iek. Tesis
narasi Meursault. Dalam konteks tidak diterbitkan. Yogyakarta:
kepengarangan Camus tersebut, ketika Universitas Gajah Mada.
Camus mencoba mensubjektifikasikan
dirinya ke dalam karyanya, tindakan Camus, Albert. 2014. Orang Asing.
radikal justru mengalami kekenduran Terjemahan Apsanti
dan bahkan terpeleset dari kemurnian Djokosujatno.Cetakan ke-3.
yang dimilikinya. Hal yang menjadi Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
potensial kemudian tampak dari proses Indonesia.
penciptaan suatu karya sastra, seorang
pengarang (dalam hal ini Albert Camus, Albert. 1999. Mite Sisifus:
Camus) akan selalu terlibat dalam Pergulatan dengan Absurditas.
tatanan simbolik, sehingga dia secara Terjemahan Apsanti
tidak langsung juga akan selalu Djokosujatno. Jakarta:
terlibat dalam hal-hal yang bersifat Gramedia Pustaka Utama.
ideologis, seperti absurdisme. Dengan
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori
kata lain, pengarang yang
Sastra. Cetakan ke-1. Jakarta:
menghadirkan tindakan radikal
Depdiknas.
sebagai bentuk kritik terhadap suatu
tatanan simbolik, telah menghadirkan Faruk. 2012. Metode Penelitian
the Real menjadi the Simbolic Sastra. Cetakan ke-1.
(simbolik). Dengan pernyataan lain, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tindakan radikal tersebut menjadi
suatu tujuan lain, bukan sebagai Kristiatmo, Thomas. 2011. Redefinisi
tindakan otentis. Hal ini juga Subjek dalam Kebudayaan.
disebabkan pengarang (dalam hal ini Yogyakarta: Jalasutra.
Camus) menjadikan tindakan radikal
dalam karyanya novel Orang Asing Kusumo, Ani. 2011. Tokoh Absurd
hanya sebagai suatu pengalaman untuk dalam Roman Wong Njaba
melakukan tindakan radikal tanpa Karya Albert Camus. Skripsi
harus melakukan tindakan radikal tidak diterbitkan. Semarang:
yang sebenarnya. Sehingga tindakan Universitas Negeri Semarang.
radikal tersebut menjadi suatu alat
yang memediasi bagaimana Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori,
kenikmatan untuk mengkritisi suatu Metode, dan Teknik Penelitian
tatanan melalui karya sastra. Sastra. Cetakan ke-1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PUSTAKA ACUAN Robet, Robertus. 2010. Manusia
Adian, Donny Gahral. 2011. Setelah Politik: Subjek Radikal dan
Marxisme: Sejumlah Teori Politik Emansipasi di Era
Ideologi Kontemporer. Depok: Kapitalisme Global menurut
Penerbit Koekoesan. Slavoj iek. Cetakan ke-1.
Tangerang: Marjin Kiri.
Akmal, Ramayda. 2012. Subjektivitas
Pramoedya Ananta Toer Setiawan, Rahmat. 2015. Fantasi
Ideologis dalam novel The

54
JURNAL BBASAN, Vol. 3, No. 1, edisi Juni 2016: 4155

White Tiger karya Aravind


Adiga: Perjumpaan Subjek-
subjek Sastra melalui
prespektif Slavoj iek. Tesis
tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Sloterdijk, Peter. 1987. Critique of


Cynical Reason. Terj. Michael
Eldred. London:
University of Minnesota Press.

Supratno, Haris. 2010. Sosiologi Seni


Wayang Sasak Lakon Dewi
Rengganis dalam Konteks
Perubahan Masyarakat di
Lombok. Cetakan ke-1.
Surabaya: Unesa University
Press.

Wahyu, Bambang. 2014. Subjek


Kuasa menurut Pemikiran
Slavoj iek. Disertasi tidak
diterbitkan. Depok: Universitas
Indonesia.

iek, Slavoj. 1994. Mapping


Ideology. Cetakan ke-19.
London: Verso.

______2008. The Sublime Object of


Ideology. Cetakan ke-1.
London & New York: Verso.

55

Anda mungkin juga menyukai