Anda di halaman 1dari 7

Nama :

Nathanea Eliza
Kelas : VII A
KARYA FIKSI DAN NON FIKSI

Fiksi
Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun
imajiner sebuah karya fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung
kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-hubungan antar
manusia.
Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai
dengan pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan.
Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang
berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral,
agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi
bahkan dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi. Misalnya
seorang perempuan yang membunuh seorang laki-laki yang
memperkosanya tetapi ia dinyatakan bebas dan tidak bersalah atas kasus
menghilangkannya nyawa seseorang-menurut hukum dunia nyata ia
harus tetap di hukum. Sebuah karya sastra haruslah memiliki unsur
intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai
karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
membaca sebuah karya sastra.[1] Unsur ekstrinsik ialah unsur yang
membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, tetapi mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra.

Jenis karya fiksi


Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif .
Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh-tokoh dan
kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan
pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari
bahasa Italia, novella yang berarti sebuah kisah, sepotong berita dan
novel memiliki cerita yang lebih kompleks dari cerpen.
Ciri-ciri Novel :
Ciri sebuah novel adalah tidak dibaca sekali duduk, plot diarahkan pada
insiden atau peristiwa jamak,watak tokoh dikembangkan secara penuh,
dimensi ruang dan waktu yang lebih meluas, cerita lebih luas dan
mencapai keutuhan secara inklusi.
Cerpen
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan
langsung pada tujuannya. Cerpen sangatlah mengandalkan teknik-teknik
sastra seperti tokoh, plot, tema bahasa, dan insight secara luas
dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ciri-ciri Cerpen :
Ciri sebuah cerpen dapat dibaca sekali duduk, Plot diarahkan hanya pada
sebuah insiden atau peristiwa tunggal, watak tokoh tidak dikembangkan
secara penuh apabila tokoh itu baik maka hanya kebaikan saja yang
diceritakan sedangkan sifat lainya tidak, dimensi ruang dan waktu
terbatas,cerita lebih padat,memusat, dan mendalam, mencapai keutuhan
secara eksklusi (terpisah atau khusus).
Genre Fiksi
Meskipun sebuah karya tergolong imajiner tetapi ia memiliki golongan
yang disebut Fiksi Non Fiksi (Nonfiction Fiction) Sebuah bentuk karya fiksi
yang dasar ceritanya merupakan sebuah fakta.
Yang termaksud kedalam Fksi Non fiksi adalah :
Historical fiction, adalah fiksi yang dasar penulisannya merupakan
sejarah. Novel ini terikat oleh fakta-fakta sejarah, tetapi fiksi ini
memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan
memberitakan pikiran dan peraaan tokoh lewat percakapan. Sebagai
contoh karya fiksi adalah Bendera Hitam dari kurasan dan Tentara Islam di
Tanah Galia karya Darji Zaidan.
Science fiction, adalah fiksi yang dasar penulisannya fakta ilmu
pengetahuan. Sebagai contoh novel ini adalah 1984, karya George Orwell.
Biographical fiction, adalah fiksi yang dasar penuliannya fiksi biografis.
Karya biografis juga memberikan ruang bagi fiksionalitas, misalnya yang
berupa sikap yang diberikan oleh penulis, di samping juga munculnya
bentuk-bentuk dialog.[1] Sebagai contoh karya biografis adalah Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams dan Kuantar Kau ke
Gerbang dan Tahta untuk Rakyat.

Sejarah Perkembangan Karya Fiksi di Indonesia


Pertama kali sebuah karya fiksi yang masuk ke Indonesia merupakan
karya novel terjemahan,masa ini dinamakan Sastra Melayu Lama sekitar
tahun 1870-an. Pada tahun 1920 terbitlah karya sastra berupa prosa
seperti novel, cerpen, drama dan lain sebagainya. Angkatan ini dikenal
dengan Angkatan Balai Pustaka, karya karya novelis Indonesia yang
terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dan Si Cebol
Merindukan Bulan.
Pada masa berikutnya muncullah angkatan Pujangga Baru sebagai
reaksi keras atas banyak sensor oleh Penerbit Balai Pustaka. Karya-karya
yang terkenal pada masa ini adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck,
Belenggu dan Di bawah Lindungan Ka'bah. Lalu muncullah Angkatan '45,
angkatan ini lebih realistik dibanding angkatan sebelumnya. Sastrawan
yang terkenal pada masa ini adalah : Chairil Anwar, Idrus, dan Trisno
Sumardjo. Angkatan berikutnya adalah Angkatan 1950-1960. Ciri karya
sastra dari angkatan ini di dominasi oleh Cerpen dan Puisi. Pada angkatan
ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung
dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra
realisme-sosialis. Karya yang terkenal pada masa ini adalah Mochtar
Loebis, Ramadhan K.H, dan W.S. Rendra.
Dan berikutnya datanglah Angkatan 1966-1970 yang karya sastranya
menganut aliran surealis,arketipe dan absurd. Sastrawan terkenal pada
masa ini adalah : Taufik Ismail, Umar Kayam, dan Titis Basino. Kemudian
pada dekade berikutnya karya sastra lebih di dominasi oleh roman,
angkatan ini dinamakan angkatan 1980-1990. Sastrawan terkenal pada
zaman ini adalah Nh. Dini dan Pipiet Senja.[2] dan berikutnya adalah
Angkatan Reformasi. Pada masa ini banyaknya karya sastra berupa Novel,
Cerpen, dan Puisi yang bertemakan sosial dan politik. Dan terakhir adalah
Angkatan 2000-an. Novelis terkenal pada masa ini adalah Andrea Hirata.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur sematis
dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna
kehidupan. Dalam karyanya itulah pengarang menawarkan makna
tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan,
dan menghayati makna kehidupan tersebut dengan cara memandang
permasalahan itu sebagaiman ia memandangnya. Tema dibagi
menjadi dua macam yakni :Tema mayor dan Tema Minor
2. Tokoh dan Penokohan
3. Plot
4. Konflik
5. Klimaks
6. Latar
7. Fungsi Latar
8. Sudut Pandang
9. Amanat

Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu
pasti berhubungan secara ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah
faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra, kebudayaan lingkungan
pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya
sastra dari luar sastra itu sendiri, tetapi mempengaruhi bangunan atau
system organisme karya sastra.[1] Unsur-unsur yang dimaksud antara lain
adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan
mempengaruhi karya yang ditulisnya, unsur berikutnya adalah psikologi,
baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi,politik, dan social
juga akan mempengaruhi karya sastra.[1] Pandangan hidup suatu bangsa,
berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.[1]

Non-fiksi
Non-fiksi adalah klasifikasi untuk setiap karya informatif (seringkali
berupa cerita) yang pengarangnya dengan itikad baik bertanggung jawab
atas kebenaran atau akurasi dari peristiwa, orang, dan/atau informasi
yang disajikan. Sebuah karya yang pengarangnya mengklaim tanggung
jawab kebenaran namun tidak jujur maka adalah suatu penipuan sastra;
suatu cerita yang pengarangnya tidak mengklaim tanggung jawab
kebenaran maka diklasifikasikan sebagai fiksi. Non-fiksi, yang dapat
disajikan baik secara obyektif maupun subyektif, secara tradisional
merupakan satu dari dua pembagian utama dari narasi (khususnya dalam
penulisan prosa); pembagian tradisional lainnya adalah fiksi, yang
berkontras dengan non-fiksi dalam hal penyampaian informasi, peristiwa,
dan karakter yang sebagian kecil atau besar merupakan hasil imajinasi.
Jenis Non-Fiksi
Contoh karya sastra yang termasuk non-fiksi antara lain adalah jenis
karangan eksposisi, argumentasi, fungsional, dan opini; esai mengenai
seni atau sastra; biografi; memoar; jurnalisme; serta tulisan-tulisan
sejarah, ilmiah, teknis (termasuk elektronika), atau ekonomi.
Penerbitan dan toko buku kadang-kadang menggunakan frase "sastra
non-fiksi" untuk membedakan karya yang lebih banyak muatan
kesusastraan atau intelektualnya, dengan koleksi karya non-fiksi umum
lainnya yang jumlahnya lebih besar.

Perbedaan
Batasan antara fiksi dan non-fiksi secara terus-menerus mengabur
dan selalu diperdebatkan, khususnya dalam penulisan biografi;
sebagaimana perkataan Virginia Woolf: "jika kita berpikir tentang
kebenaran sebagai sesuatu yang soliditasnya seperti granit, dan tentang
kepribadian sebagai sesuatu yang penggambarannya seperti pelangi, dan
merenungkan bahwa tujuan dari biografi adalah untuk menyatukan
keduanya menjadi suatu kesatuan yang mulus; kita akan mengakui bahwa
masalah yang dihadapi adalah sulit dan bahwa kita tidak perlu heran jika
para penulis biografi sebagian besar tidak dapat mengatasinya."
Semi-fiksi adalah fiksi yang menerapkan banyak informasi non-fiksi,
misalnya penggambaran fiktif yang berdasarkan kisah nyata.

Jenis non-fiksi khusus


1. Makalah akademik 17. Buku pedoman
2. Penerbitan akademik 18. Sejarah
3. Almanak
4. Otobiografi
5. Biografi
6. Cetak biru
7. Laporan buku
8. Non-fiksi kreatif
9. Dokumen desain
10. Diagram
11. Buku harian
12. Kamus
13. Film non-fiksi
(misalnya dokumenter)
14. Ensiklopedia
15. Esai
16. Panduan dan manual
19. Jurnal 28. Bantu mandiri
20. Jurnalisme 29. Buku ilmiah
21. Surat 30. Makalah ilmiah
22. Kritik sastra 31. Statuta
23. Memoar 32. Penulisan teknis
24. Sejarah alam 33. Buku teks
25. Filsafat 34. Tesaurus
26. Fotografi 35. Travelog
27. Sains populer 36. Menulis

Anda mungkin juga menyukai