Anda di halaman 1dari 14

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu

ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku
disebut sebuah halaman.
Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book
atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan perangkat seperti komputer, laptop, tablet pc,
ponsel dan lainnya, serta menggunakan software tertentu untuk membacanya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab ( ), yang
memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan hanya kepada
sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk kepada jenis tulisan
kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain merupakan undang-undang yang
mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada
masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa
masa lampau. (Lihat pula kitab suci)
Daftar isi
1 Sejarah
2 Jenis-jenis buku
3 Lihat pula
4 Pranala luar
Sejarah
Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Awalnya buku pertama disebutkan
lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas
papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang
pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja
karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya
berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di
atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut memengaruhi sistem penulisan di Cina di
mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah.
Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-
an SM dari bahan dasar bambu di ditemukan oleh Tsai Lun. Kertas membawa banyak perubahan
pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada
awal abad 11 Masehi. Di sinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya
mesin cetak oleh Gutenberg perkambangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas
yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.
Pecinta buku biasanya dijuluki sebagai seorang bibliofil atau kutu buku.
Jenis-jenis buku
Beberapa contoh buku:
Novel
Majalah
Kamus
Komik
Ensiklopedia
Kitab suci
Biografi
Lihat pula
Kertas
Naskah
Perpustakaan, tempat penyimpanan (umum) buku
Novel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Novel mengenai Hikayat Genji pada awal abad 11 oleh Murasaki Shikibu.
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah
kisah atau sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi
keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita
tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan
pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
Lihat pula
Fiksi
Cerpen
Cerbung
Artikel bertopik sastra ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.

Fiksi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Fiksi adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya fiksi
tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan-
hubungan antar manusia.
[1]
Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan pengarang
terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan
kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama,
logika, dan sebagainya.
[1]
Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan dapat terjadi di dunia nyata
dan benar di dunia fiksi.
[1]
Misalnya seorang perempuan yang membunuh seorang laki-laki yang
memperkosanya tetapi ia dinyatakan bebas dan tidak bersalah atas kasus menghilangkannya
nyawa seseorang-menurut hukum dunia nyata ia harus tetap di hukum.
[1]
Sebuah karya sastra
haruslah memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.
[1]
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara
faktual akan dijumpai jika membaca sebuah karya sastra.
[1]
Unsur ekstrinsik ialah unsur yang
membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, tetapi mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra.
[1]
Daftar isi
1 Jenis karya fiksi
o 1.1 Novel
o 1.2 Cerpen
2 Genre Fiksi
3 Sejarah Perkembangan Karya Fiksi di Indonesia
4 Unsur Intrinsik
o 4.1 Tema
4.1.1 Tingkatan tema
o 4.2 Tokoh dan Penokohan
o 4.3 Plot
4.3.1 Kaidah Plot
o 4.4 Latar
4.4.1 Fungsi Latar
o 4.5 Sudut Pandang
o 4.6 Amanat
5 Unsur Ekstrinsik
6 Referensi
Jenis karya fiksi
Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif . Umumnya sebuah novel
bercerita tentang tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan
menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
[2]
Kata novel berasal dari bahasa
Italia, novella yang berarti sebuah kisah, sepotong berita dan novel memiliki cerita yang lebih
kompleks dari cerpen.
[1]
Ciri-ciri Novel :
Ciri sebuah novel adalah tidak dibaca sekali duduk, plot diarahkan pada insiden atau peristiwa
jamak,watak tokoh dikembangkan secara penuh, dimensi ruang dan waktu yang lebih meluas,
cerita lebih luas dan mencapai keutuhan secara inklusi.
[3]
Cerpen
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan langsung pada
tujuannya. Cerpen sangatlah mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema bahasa,
dan insight secara luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
[2]
Ciri-ciri Cerpen :
Ciri sebuah cerpen dapat dibaca sekali duduk, Plot diarahkan hanya pada sebuah insiden atau
peristiwa tunggal, watak tokoh tidak dikembangkan secara penuh apabila tokoh itu baik maka
hanya kebaikan saja yang diceritakan sedangkan sifat lainya tidak, dimensi ruang dan waktu
terbatas,cerita lebih padat,memusat, dan mendalam, mencapai keutuhan secara eksklusi (terpisah
atau khusus).
[3]
Genre Fiksi
Meskipun sebuah karya tergolong imajiner tetapi ia memiliki golongan yang disebut Fiksi Non
Fiksi (Nonfiction Fiction) Sebuah bentuk karya fiksi yang dasar ceritanya merupakan sebuah
fakta.
[1]
Yang termaksud kedalam Fksi Non fiksi adalah :
Historical fiction, adalah fiksi yang dasar penulisannya merupakan sejarah. Novel ini terikat oleh
fakta-fakta sejarah, tetapi fiksi ini memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan
memberitakan pikiran dan peraaan tokoh lewat percakapan. Sebagai contoh karya fiksi adalah
Bendera Hitam dari kurasan dan Tentara Islam di Tanah Galia karya Darji Zaidan.
[1]
Science fiction, adalah fiksi yang dasar penulisannya fakta ilmu pengetahuan.
[1]
Sebagai contoh
novel ini adalah 1984, karya George Orwell.
[1]
Biographical fiction, adalah fiksi yang dasar penuliannya fiksi biografis. Karya biografis juga
memberikan ruang bagi fiksionalitas, misalnya yang berupa sikap yang diberikan oleh penulis, di
samping juga munculnya bentuk-bentuk dialog.
[1]
Sebagai contoh karya biografis adalah Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams dan Kuantar Kau ke Gerbang dan Tahta
untuk Rakyat.
[1]
Sejarah Perkembangan Karya Fiksi di Indonesia
Pertama kali sebuah karya fiksi yang masuk ke Indonesia merupakan karya novel
terjemahan,masa ini dinamakan Sastra Melayu Lama sekitar tahun 1870-an.
[2]
Pada tahun 1920
terbitlah karya sastra berupa prosa seperti novel, cerpen, drama dan lain sebagainya.
[2]
Angkatan
ini dikenal dengan Angkatan Balai Pustaka, karya karya novelis Indonesia yang terkenal pada
masa ini adalah Siti Nurbaya, Salah Asuhan, dan Si Cebol Merindukan Bulan.
[2]
Pada masa berikutnya muncullah angkatan Pujangga Baru sebagai reaksi keras atas banyak
sensor oleh Penerbit Balai Pustaka.
[2]
Karya-karya yang terkenal pada masa ini adalah
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Belenggu dan Di bawah Lindungan Ka'bah.
[2]
Lalu
muncullah Angkatan '45, angkatan ini lebih realistik dibanding angkatan sebelumnya. Sastrawan
yang terkenal di masa ini adalah : Chairil Anwar, Idrus, dan Trisno Sumardjo.
[2]
Angkatan
berikutnya adalah Angkatan 1950-1960.
[2]
Ciri karya sastra dari angkatan ini di dominasi oleh
Cerpen dan Puisi.
[2]
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang
bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-
sosialis.
[2]
Karya yang terkenal pada masa ini adalah Mochtar Loebis, Ramadhan K.H, dan W.S.
Rendra.
[2]
Dan berikutnya datanglah Angkatan 1966-1970 yang karya sastranya menganut aliran
surealis,arketipe dan absurd.
[2]
Sastrawan terkenal pada masa ini adalah : Taufik Ismail, Umar
Kayam, dan Titis Basino. Kemudian pada dekade berikutnya karya sastra lebih di dominasi oleh
roman, angkatan ini dinamakan angkatan 1980-1990.
[2]
Sastrawan terkenal pada zaman ini
adalah Nh. Dini dan Pipiet Senja.
[2]
dan berikutnya adalah Angkatan Reformasi. Pada masa ini
banyaknya karya sastra berupa Novel, Cerpen, dan Puisi yang bertemakan sosial dan politik.
[2]
Dan terakhir adalah Angkatan 2000-an. Novelis terkenal pada masa ini adalah Andrea Hirata
[2]
Unsur Intrinsik
Tema
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
dalam teks sebagai struktur sematis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-
perbedaan.
[2]
Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna kehidupan.
[2]
Dalam
karyanya itulah pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk
melihat, merasakan, dan menghayati makna kehidupan tersebut dengan cara memandang
permasalahan itu sebagaiman ia memandangnya.
[2]
Tema dibagi menjadi dua macam
yakni :Tema mayor dan Tema Minor
Tema Mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar umum karya itu.
[4]
Sedangkan
Tema Minor adalah tema yang tidak menonjol dan hanya berupa tema tambahan semata.
[4]
Tingkatan tema
1. Tema tingkat fisik, manusia sebagai molekul.
[4]
Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak
menyaran dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan.
[4]
Contoh karya
fiksi : Around the World in Eighty Days.
[2]
2. Tema tingkat organik, manusia sebagai protoplasma.
[4]
Tema karya sastra ini lebih banyak
menyankut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas.
[4]
Contoh karya fiksi: Jalan Tak Ada
Ujung.
[2]
3. Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial.
[4]
Kehidupan bermasyarakat, yang
merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam,
mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema.
[4]
Contoh karya fiksi : Para Priyayi.
[2]
4. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu.
[4]
Di samping sebagai makhluk sosial, manusia
sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa menurut pengakuan atas hak
individualitasnya.
[4]
Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai
banyak permasalahan dan konflik.
[4]
Contoh karya fiksi : Jalan Tak Ada Ujung.
[2]
5. Tema tingkat divine, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia
mengalami dan atau mencapainya.
[4]
Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah
masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
[4]
Contoh karya fiksi : Robohnya Surau
Kami.
[2]
Tokoh dan Penokohan
Ilustrasi tokoh
Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra.
[5]
Karya sastra dari segi peranan atau tingkat pentingnya
dibagi menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
[5]
Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting.
[5]
dalam pengambil peranan dalam karya
sastra.
[5]
Sedangkan, tokoh tambahan ialah tokoh yang tidak selalu diceritakan dan terkadang
juga tidak terlalu penting , namun beberapanya ada yang memiliki hubungan dengan tokoh
utama.
[5]
Berdasarkan perwatakan tokoh cerita dibagi menjadi dua, yakni Tokoh datar dan Tokoh bulat.
[5]
Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk
saja.
[5]
Jadi, seorang tokoh yang jahat akan dari awal cerita akan menjadi jahat sampai akhir
cerita.
[5]
Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan
dan kelemagannya. Jadi, ada perkembangan yang menjadi pada tokoh ini.
[5]
Di lihat dari fungsi penampilan tokoh tokoh ada tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
[5]
Protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra Karen sifat-sifatnya.
[5]
Antagonis ialah tokoh yang tidak disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifatnya.
[5]
Penokohan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.
[5]
Ada beberapa cara menampilkan
tokoh, seperti cara analitik (menampilkan tokoh secara langsung melalui uraian pengarang.
[5]
Jadi pengarang meguraikan ciri-ciri tokoh secara langsung) Dan cara yang kedua adalah cara
dramatik (menampilkan ciri tokoh tidak secara langsung tetapi melalui gambaran ucapan,
perbuatan, dan komentar atau penilaian tokoh dalam sebuah cerita.
[5]
Plot
Struktur Alur sebuah karya fiksi
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.
[6]
Sebuah
karya fiksi, harus lah memiliki sebuah sifat Plot yang misterius atau suspense, yang
menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan
mencekam pembaca sehingga mendorong pembaca untuk menyelesaikan sebuah novel yang
sedang dibacanya.
[6]
Sebuah Plot harus memiliki :
Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain.
[7]
Peristiwa
sendiri dbedakan menjadi tiga jenis :
1. Peristiwa Fungsional, adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi
perkembangan plot.
[7]
2. Peristiwa Kaitan, adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaikatkan peristiwa-peristiwa
penting dalam pengurutan penyajian cerita.
[7]
3. Peristiwa Acuan, adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan atau
berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur-unsur lain, misalnya
berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh.
[7]
Konflik
Konflik adalah kejadian yang tergolong penting , merupakan sebuah unsur yang sangat
diperlukan dalam pengembangkan plot.
[7]
Dan konflik dapat terjadi di antara:
1. orang dengan orang lain.
[7]
Contohnya perkelahian, perbedaan pendapat, persaingan, dll.
[7]
2. orang dengan lingkungan.
[7]
Dapat berupa manusia berhadapan dengan kekuatan alam, seperti
gunung meletus,gempa bumi, badai, banjir, dll.
[7]
Dapat juga antara manusia dengan masyakat
di sekitarnya, atau bahkan dengan takdirnya.
[7]
3. Orang dengan dirinya sendiri.
[7]
4. Dapat berupa konflik batin, pergulatan dalam diri seseorang, bisa secara fisik, mental, emosi,
ataupun moral.
[7]
Misalnya, ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan atau
ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu karena kondisinya.
[7]
Klimaks
Klimaks adalah saat sebuah konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu
merupakan sebuah yang tidak dapat dihindari.
[6]
Kaidah Plot
1. Plausibilitas, menyarankan kepada hal-hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita
kepada pembaca atau harus adanya kausalitas yang benar.
[8]
Ciri- ciri : tokoh-tokoh dan
dunianya dapat diimajinasikan,jika memilki kebenaran maka kebenaran hanya untuk dirinya
sendiri, adanya deus ex machine,yakni penggunaan cara-cara yang tampak dipaksakan sehingga
kurang masuk akal.
[8]
2. Suspense, menyaran pada adanya perasaan semacam kurang pasti terhadap peristiwa-peristiwa
yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang menimpa tokoh yang diberi rasa simpati
oleh pembaca.
[8]
Sehingga, mendorong, menggelitik, dan memotivasi pembaca utuk setia
mengikuti cerita hingga akhir.
[8]
3. Surprise,adalah kejutan, sesuatu yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan
menyimpang atau bahkan bertentangan dengan nilai nilai yang ada dengan harapan pembaca
memperlambat atau mempercepat klimaks.
[8]
4. Kesatupaduan, seluruh aspek cerita berhubungan membentuk satu kesatuan yang utuh dan
padu, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung konflik.
[8]
Latar
Ilustrasi Latar.
Latar adalah landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
[9]
Unsur-unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga yakni : Latar Tempat, Latar Waktu, dan Latar
Sosial.
[7]
Latar Tempat adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam karya fiksi.
[7]
Misalnya perkotaan, pedesaan, di desa, di kota, di penjara, di
rumah, dan sebagainya.
[7]
Latar Waktu adalah latar yang mengacu pada waktu kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam karya fiksi.
[7]
Dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, peristiwa sejarah, bahkan
zaman tertentu yang melatar belakanginya.
[7]
Latar Sosial adalah latar yang mengacu pada kondisi sosial masyarakat yang diceritakan dalam
karya fiksi.
[7]
Seperti latar sosial bawah/rendah, latar sosial menengah, latar sosial tinggi, dan
sebagainya.
[7]
Fungsi Latar
Latar sebagai Metafora
Penggunaan istilah metafora menyaran pada suatu perbandingan yang mungkin berupa sifat
keadaan, suasana ataupun sesuatu yang lain.
[10]
Secara prinsip, metafora merupakan cara
memandang sesuatu yang lain.
[10]
Fungsi pertama Metafora adalah menyampaikan pengertian,
dan pemahaman.
[10]
Metafora berkaitan erat dengan pengalaman hidup manusia baik bersifat
fisik maupun budaya, dan tentu saja antara budaya bangsa yang satu dengan yang lai pastilah
bereda, sehingga bentuk pengungkapannya akan berbeda meskipun memiliki pengertian yang
sama.
[10]
Latar sebagai Atmosfer
Atmosfer dalam cerita merupakan sebuah udara yang dihirup oleh pembaca ketika memasuki
dunia rekaan atau dunia fiksi. Ia merupakan sebuah deskripsi tentang kondisi dan suasana yang
dapat ditanggkap dan diimajinasikan oleh pembaca.
[11]
Atmosfer itu sendiri dapat ditimbulkan
dengan pendeskripsian secar detil, irama tindakan, tingkat kejelasan dan pengungkapan berbagai
peristiwa, kualitas dialog, dan bahasa yang digunakan.
[11]
Misalnya, deskripsi latar yang berupa
jalan beraspal yang licin, sibuk, penuh kendaraan ke sana ke mari, suara bising mesin dan
klakson, ditambah pengapnya udara bau bensin, adalah mencerminkan suasana kehidupan
perkotaan.
[1]
Latar sebagai Pengedepanan
Pengedepanan elemen latar dalam fiksi dapat berupa penonjolan waktu dan dapat pula berupa
penonjolan tempat saja.
[11]
Dalam banyak fiksi, waktu terjadinya peristiwa atau action tertentu
adalah sangat penting, misalnya desa geger tahun Oktober 1965.
[11]
Karya-karya fiksi yang
mengedepankan latar ruang atau tempat biasanya diklasifikasikan sebagai contoh-contoh fiksi
yang mengangkat warna lokal atau regionalisme.
[11]
Pengarang-pengarang yang berasal dari
etnik tertentu sering berupaya mengamati dan menampilkan sejumlah efek sebuah latar tempat
(geografis) tertentu yang sangat bermakna, baik latar yang bersifat fisik netral maupun yang
spiritual terhadap tokoh.
[11]
Sudut Pandang
Sudut Pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
[9]
Sudut Pandang dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
Sudut pandang orang pertama
Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita maka cerita disampaikan oleh
aku/saya.
[7]
1. jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama
protagonis.
[7]
2. jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang
pertama pengamat (observer).
[7]
Sudut pandang orang ketiga
Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita, tetapi oleh penulis yang berada di
luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.
[7]
1. jika narator cerita menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third
person omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).
[7]
2. jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa dilihat atau didengar
(tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang cerita adalah third person dramatic
narrator.
[7]
Amanat
Amanat atau moral ialah pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam
sebuah karya sastra.
[2]
Amanat dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan.
[2]
Makna
niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya yang ditulisnya.
[2]
Makna
muatan ialah makna yang termuat dalam karya sastra tsb.
[2]
Bentuk penyampaian moral
Langsung, yakni seorang pengarang menyampaikan pesan moral secara eksplisit dan seorang
pembaca dapat dengan mudah memahami apa yang dimaksudkan pengarang.
[1]
Tetapi, hal ini
hanyalah berlaku bagi pembaca pasif bukan pembaca aktif/kritis.
[1]
Karena seorang pembaca
yang aktif/kritis mungkin akan menolak sebuah pesan moral yang dianggap benar oleh
pengarang.
[1]
Tidak Langsung, seorang pengarang akan menyampaikan pesan mora secara inplisit, terpadu
secara keherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain maka adanya kemungkinan perbedaan
penafsiran antar pembaca sangatlah mungkin.
[1]
Tetapi karya yang seperti inilah yang
menyebabkan karya sastra tidak dianggap ketinggalan, melewati batas waktu, dan kebangsaan.
[1]
Contoh : Hamlet.
[1]
Unsur Ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya sastra yang tumbuh otonom, tetapi selalu pasti berhubungan secara
ekstrinsik dengan luar sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra,
kebudayaan lingkungan pembaca sastra, serta kejiwaan mereka. Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu
sendiri, tetapi mempengaruhi bangunan atau system organisme karya sastra.
[1]
Unsur-unsur yang
dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,
keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang
ditulisnya, unsur berikutnya adalah psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti
ekonomi,politik, dan social juga akan mempengaruhi karya sastra.
[1]
Pandangan hidup suatu
bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.
[1]
Referensi
1. ^
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x
Burhan Nurgiyantoro (1995). Teori Pengkajian Fiksi.
Gadjah Mada University Press.
2. ^
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac
Ratih Mihardja (2012). Sastra Indonesia. Laskar
Aksara. ISBN 978-602-9041-82-8.
3. ^
a b
(Inggris) Kusmarwanti, M.Pd. Kajian Fiksi.
4. ^
a b c d e f g h i j k l m
(Inggris)Shipley, Joseph T. (1962). Dictionary of Word Literary.
Liftefield, Adam & Co.
5. ^
a b c d e f g h i j k l m n o
(Indonesia) Kusmawarti, M.Pd. Materi 3 Tokoh Dalam Fiksi.
6. ^
a b c
(Inggris)Stanton, Robert (1965). An Introduction to Fiction. Holt, Rinehart and
Wiston.
7. ^
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z
(Indonesia) Ari Nurhayati (Juli 2004). Unsur-unsur
dalam cerita fiksi.
8. ^
a b c d e f
(Indonesia) Kusmarwanti, M.Pd. Alur dalam Fiksi.
9. ^
a b
(Inggris)Abrams, M.H (1981). A Glosarry of Literary Terms. Holt, Rinehart and
Winston.
10. ^
a b c d
(Inggris)Lakoff, George; Mark Johnson (1980). Metphor We Live By. The Chicago
University Press.
11. ^
a b c d e f
(Indonesia) Kusmarwanti, M.Pd. Materi 4 Latar Dalam Fiksi.pdf.
SUMBER : WIKIPEDIA

Anda mungkin juga menyukai