Anda di halaman 1dari 5

GAYA BAHASA KIASAN DALAM SELOKO ULUR ANTAR SERAH TERIMO

PENGANTIN DAN TUNJUK AJAR TEGUR SAPO PADA UPACARA ADAT


PERNIKAHAN MASYARAKAT DESA RENGAS BANDUNG
KABUPATEN MUARO JAMBI

ARTIKEL SKRIPSI

OLEH

ANGGUN WAHYUDI
I1B113009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS JAMBI
2018
Deskripsi gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam seloko
ulur antar dan serah terimo pengantin dan tunjuk ajar tegur sapo pada upacara adat pernikahan
masyarakat Desa Rengas Bandung Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah sastra lisan dalam seloko adat pernikahan. Sumber
data dari penelitian ini adalah informan. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode
penelitian observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya
bahasa perbandingan yang ditemukan dalam seloko ulur antar dan serah terimo pengantin dan
tunjuk ajar tegur sapo adalah Persamaan atau smile, metafora, alegori, parabel, dan fabel,
personifikasi, eponim, sinekdoke, antonomasia dan ironi, sinisme dan sarkasme.

Wellek, Rene (2013: 98) menjelaskan “Sastra adalah institusi sosial yang memakai
medium bahasa. Teknik sastra tradisional seperti simbolisme yang bersifat sosial karena
merupakan konfensi dan norma masyarakat. Sastra “menyajikan kehidupan dan sebagian besar
terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia subjektif
manusia. Penutur adalah warga masyarakat yang memiliki status khusus. Penutur mendapat
pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa walaupun hanya secara teoritis”.
Sastra adalah karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra
mengungkapkan masalah- masalah manusia dan kemanusiaan serta masalah dan kehidupan yang
dapat dikomunikasikan kepada orang lain yakni kepada pembaca dan penikmat karya sastra.
Sastra mengambarkan kehidupan dan sebagai pencerminan sistem sosial yang ada dalam
masyarakat.
Banyak nilai - nilai estetis yang terkandung di dalam sebuah karya sastra yang dapat
dikaji dan dianalisis. Maka dari itu, penelitian tentang sastra bukanlah sesuatu hal yang baru,
karena pada dasarnya penggalian dan pendalaman materi sastra sudah dilakukan oleh orang -
orang terdahulu, sejak sastra itu muncul hingga pada saat ini. Corak perkembangan sastra juga
sangat menarik dan memiliki keunikan, serta keragaman yang indah. Begitu pula dengan corak
perkembangan sastra di Indonesia. Menurut Alwi (dalam Saputra, 2015:1) “Sastra adalah bahasa
(kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kesusastraan”. Sastra bahasa (bahasa sansekerta:
gaya bahasa) merupakan kata serapan dari bahasa sansekerta sastra, yang berarti “intruksi” atau
“ajaran” sastra dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada “kesusastraan” atau jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Sastra yang berkembang hingga saat ini dimasyarakat melayu adalah sastra lisan.
Menurut Amir, adritetti (2013:70-75) “sastra lisan terwujud dalam sebuah pertunjukan, sebuah
pertunjukan seni. Sastra lisan adalah sebuah kegiatan kesenian yang dilakukan oleh seniman
yang dikenal oleh khalayaknya, Sastra lisan yang disampaikan dalam kehidupan masyarakat
melayu jambi biasanya berisikan pengajaran atau nasihat, pengajaran tersebut bersifat mendidik
yang dituangkan melalui petatah-petitih yang yang di ucapkan oleh orang tua atau pemuka-
pemuka adat kepada anak-anaknya dengan maksud sebagai gambaran untuk keselamatan dalam
menempuh kehidupan dengan berbagai solusi, dari berbagai sebab akibat yang akan timbul
dalam pergaulan hidup dan kehidupan bermasyarakat. Sederhananya adalah sastra yang
disampaikan dari mulut ke mulut yang digunakan sedemikian lama. Kemudian dalam sastra
Indonesia istilah sastra tradisional. Khusus tentang teks bahasanya, sastra lisan diubah dalam
bahasa khalayknya dalam ragam sastra melayu. Karim, M(2014:2) menjelaskan “sastra melayu
ialah sastra yang disampaikan dengan bahasa melayu, bahasa Melayu adalah bahasa yang
digunakan oleh masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi, baik oleh penduduk asli,
maupun penduduk pendatang yang relatif sudah lama menetap di daerah Melayu”. Sastra melayu
seperti yang dijelaskan sebelumnya, dibagi pula dalam periodesasi seperti sastra melayu kuno,
sastra melayu lama dan sastra modern. Dari berbagai wilayah sastra di atas, di daerah Jambi juga
dikenal sastra yang berkembang dalam masyarakat Melayu Jambi.
Pemberian penyampaian dan pengajaran sastra melayu berupa sastra lisan ini biasanya
diperhalus dengan seloko-seloko yang berupa kiasan dari perumpamaan yang menunjukkan
bagaimana baik buruknya suatu permasalahan. Menurut Priyatni, Endah Tri (2010:24) “fungsi
sastra dari waktu kewaktu mengalami evolusi, sesuai dengan kondisi dan kepentingan
masyarakat penduduknya. Sastra lama seperti pantun, gurindam pada awalnya berfungsi sebagai
bagian dari ritual, misalnya mengantarkan pengantin atau dipakai dalam acara adat. Jika kita
hubungkan dengan mediumnya, karya sastra terbagi atas dua bagian,yaitu karya sastra tulis dan
karya sastra lisan. Sastra tulis dikenal sebagai sastra modern sedangkan sastra yang berkembang
dalam masyarakat Melayu Jambi adalah sastra lisan. Sastra lisan yang berkembang dalam
masyarakat Jambi, telah dikenal semenjak berdirinya kerajaan Melayu Jambi karena dalam
pergaulan sosial dalam pemerintahan kerajaan selalu dipakai bahasa sastra.
Lembaga Adat juga menjelaskan bahwa seloko adat merupakan sastra adat Jambi yang
berisikan petuah-petuah untuk keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat”. Hingga
saat ini sastra lisan berupa seloko adat masih berkembang di dalam kehidupan masyarakat, masih
terus dipakai sebagai pedoman dan penuntun bagi kehidupan masyarakat. Seloko ini memiliki
nilai keindahan yang sangat menarik. Pada zaman modern ini, kenyataannya dalam masyarakat
ada kegiatan sastra dengan media lisan. Jadi sassta itu dikarang, digubah, lalu disampaikan di
hadapan khalayak secara lisan. Bahkan dipelajari oleh pendendang secara lisan itulah yang yang
disebut oleh sastra lisan.
Seloko adat Jambi sangat perlu dilakukan penelitian secara teoritis untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di masa mendatang sesuai dengan
pandangan para ahli atau tokoh adat jambi seperti H. Junaidi T. Noor (2013), seloko bagi
masyarakat Ras Melayu sudah tidak asing lagi. Seloko merupakan tradisi lisan yang terwariskan
dari kakek ke bapak, dari bapak ke bisa ke aku atau yang lain atau bisa terhenti atau tersamar
karena jarang didengar, jarang diungkapkan diruang publik atau antar lingkungan keluarga.
Masyarakat awam hanya dapat mendengar seloko dalam upacara adat terutama dalam prosesi
adat perkawinan. Sejatinya memang agak susah menangkap makna yang terkandung dalam
seloko sebagaimana telah disebutkan di atas, tetapi kata orang tua-tua untuk dapat memahami
makna yang terkandung dalam seloko dapat dilakukan dengan cara :
a)Mempelajari kebudayaan Melayu yaitu tempat dimana seloko itu tumbuh dan
berkembang,antara lain bahasa dan lambang-lambangnya dalam seloko yang berada
diJambi,b)Belajar dan bergaul dengan guru atau orang tua yang arif serta berpengetahuan luas
dalam bidang agama maupun dalam bidang adat istiadat Melayu sesuai yang ada di daerah itu
terutama didaerah jambi dan sekitarnya yang telah lama hidup dimasyarakat, c) Sering mengikuti
momen-momen dimana seloko tersebut disampaikan. Umpamanya pada pelaksanaan upacara-
upacara adat, upacara perkawinan, pertemuan-pertemuan tokoh adat dan sebagainya.
Analisis gaya bahasa merupakan suatu upaya untuk lebih bisa memudahkan dalam
menikmati, memahami, dan menghayati sebuah karya sastra lisan, yaitu seloko ulur antar serah
terimo pengantin dan tunjuk ajar tegur sapo dianalisis dengan gaya bahasanya yang dilakukan
untuk menikmati unsur-unsur yang terkandung di dalam seloko dengan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap seloko tersebut sebagai objek penelitian. Dapat disimpulkan dengan
mempelajari gaya bahasa akan memudahkan kita menikmati, memahami dan menghayati
keindahan bahasa yang digunakan dalam seloko adat ulur antar serah terimo pengantin dan
tunjuk ajar tegur sapo, yaitu gaya bahasa bahasa apa saja yang terdapat pada Seloko Ulur Antar
Serah Terimo Pengantin Tunjuk Ajar Tegur Sapo Pada Upacara Adat Pernikahan Masyarakat
Desa Rengas Bandung Kabupaten Muaro Jambi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan implementasi kepada
masyarakat agar lebih memahami dan mengetahui maupun melestarikan serta mempertahankan
seloko adat Jambi khususnya seloko Ulur Antar Serah Terimo Pengantin dan Seloko Tunjuk Ajar
Tegur Sapo pada upacara adat pernikahan di dalam kehidupan masyarakat dan menyumbangkan
pengetahuan khususnya mahasiswa sastra dibidang keterkaitan gaya bahasa kiasan dengan
seloko.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Seloko Ulur Antar Serah Terimo Pengantin dan Tunjuk
Ajar Tegur Sapo pada upacara adat pernikahan di Desa Rengas Bandung Kabupaten Muaro
Jambi ditemukan kata-kata yang mengandung gaya bahasa kiasan. Adapun gaya bahasa kiasan
yang ditemukan pada seloko Ulur Antar Serah Terimo Pengantin dan Tunjuk Ajar Tegur Sapo
pada upacara adat pernikahan di Desa Rengas Bandung Kabupaten Muaro yaitu (1) persamaan
atau simile (2) metafora (3) alegori (4) parabel (5) fabel (6) personifikasi (7) eponim epipet (8)
sinekdoke (9) metonomia(10) ironi (11) sinisme (12) sarkasme

Dalam penelitian ini tidak semua jenis gaya bahasa kiasan terdapat dalam Seloko Ulur
Antar Serah Terimo Pngantin dan Tunjuk Ajar Tegur Sapo pada upacara adat pernikahan di Desa
Rengas Bandung Kabupaten Muaro Jambi. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam
seloko yaitu gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme.
Daftar pustaka

Amir, Adriyeti, 2013. Sastra lisan Indonesia. Yogyakarta : CV Andi Offset

Karim, M. 2014. Menyelisik Sastra Melayu. Yogyakarta: Histokultura

Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi

Aksara

Saputra,J.S.A. 2015. Gaya Bahasa Dalam Mantra Di Desa Muara Madras Kecamatan Jangkit

Kabupaten Merangin. Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP. Universitas Jambi

Wellek, Rene. 2013. Teori kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai