Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

WACANA LISAN UPACARA ADAT TAMA LAMUNG DALAM


UPACARA PERKAWINAN BARODAK DI SUMBAWA SERTA
KAITANNYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP

Oleh

Uci Purnama Sari


E1C 010 042

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAERAH
2015
WACANA LISAN UPACARA ADAT TAMA LAMUNG DALAM UPACARA
PERKAWINAN BARODAK DI SUMBAWA SERTA KAITANNYA PADA
PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP
Oleh : Uci Purnama Sari Pembimbing I : Drs. H. Sapiin, M.Si
Pembimbing II : Ahmad Syirulhaq, M.Hum

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Email : cheche_purnama@yahoo.co.id

ABSTRAK
Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu: (1) bagaimanakah bentuk, fungsi, dan
makna wacana lisan/tradisi lisan upacara adat Tama Lamung dalam upacara perkawinan
Barodak; (2) bagaimanakah kaitan wacana lisan upacara adat Tama Lamung dalam Upacara
perkawinan Barodak pada pembelajaran Bahasa di SMP. Metode yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dokumentasi, transkripsi dan transliterasi. Data yang ditemukan
menunjukkan terdapat dua jenis wacana lisan/tradisi lisan yaitu lawas (balawas) dan barzanji
(basarakal). Tekhnik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Hasil analisis
data pada kajian bentuk wacana lisan Lawas (balawas) dari segi teks, ditemukan tema,
seorang gadis yang akan memasuki masa remaja atau akil baliqh hendaknya selalu menaati
dan menjalankan nasehat dari kedua orang tuanya agar hidupnya bermartabat dan sejahtera
dunia akhirat dengan berbekalkan akhlaq dan iman sebagaimana yang dilambangkan pada
baju/lamung pene yang memiliki tujuh corak warna yang dikenakan kepada si gadis. Serta
gaya bahasa berupa majas metonimia dan majas eufemisme. Sedangkan wacana lisan/tradisi
lisan barzanji (basarakal) ditemukan tema, pelukisan tentang kehidupan Rasulullah dari
prosesi kelahirannya, silsilah keturunan sampai diangkat menjadi Nabi akhir zaman hingga
tentang kehidupan pribadi Rasulullah yang dapat dijadikan ibrah atau pelajaran dalam
kehidupan umat manusia. Dari segi gaya bahasa ditemukan majas hiperbola, personifikasi,
perumpamaan, litotes, metafora, aliterasi, asonansi dan rima awal. Fungsi wacana lisan/tradisi
lisan Lawas (balawas) yaitu: (1) fungsi heuristik:pemahaman tentang tujuh makna simbol
pada warna Lamung Pene (pakaian tradisional Sumbawa) yang dipakai; (2) fungsi
regulasi:nasihat yang diberikan kedua orang tua kepada putrinya yang akan memasuki
kehidupan masa remaja yang penuh dengan tantangan dan godaan; (3) fungsi
interaksional:sebagai ajakan, peringatan, pemberitahuan, serta alat komunikasi antar individu.
Sedangkan fungsi wacana lisan/tradisi lisan barzanji (basarakal) yaitu: (1) fungsi personal:
bentuk mengekspresikan perasaan serta luapan emosi sang penyair atau penutur dalam
bershalawat kepada Rasulullah;(2) fungsi heuristik;(3) fungsi representasi/informatif; dan (4)
fungsi imajinatif. Serta kajian makna wacana lisan/tradisi lisan pada lawas (balawas) upacara
adat Tama Lamung dalam upacara perkawinan Barodak yaitu: (1) makna edukasi; (2) makna
kasih sayang; dan (4) makna petuah/nasihat. Sedangkan wacana lisan/tradisi lisan barzanji
(basarakal) upacara adat Tama Lamung dalam upacara perkawinan barodak yaitu: (1) makna
ketakwaan, (2) makna cinta kasih, dan (3) makna pendidikan.

Kata kunci: wacana lisan, upacara adat, tama lamung, barodak

1
ORAL DISCOURSE OF TAMA LAMUNG RITUALITY IN BARODAK
WEDDING CEREMONY IN SUMBAWA AND ITS RELEVANCY TO THE
TEACHING BAHASA IN JUNIOR HIGH SCHOOL (SMP)
ABSTRACT
The research questions of this study are: (1) how does the forms, functions
and meaning of Tama Lamung rituality oral discourse in Barodak wedding
ceremony? (2) How does the relation between Tama Lawang rituality oral discourses
in Barodak wedding ceremony with teaching bahasa in SMP? The method using in
collecting the data are observation, interview, documentation, transcription and
transliteration. From data finding, it is indicated that there are two kinds of oral
discourse/oral tradition those are Lawas (balawas) and Barzanji (basarakal). The data
analysis technique using is qualitative data analysis. The result of data analysis of
Lawas (balawas) oral discourse in terms of text aspect, found the theme that, a
daughter that will change to be a teenager or akil baligh should always obey and carry
out his parents advices by obedient to her religion in order to make her life prestige
and prosperous in this world and also in the afterworld by moral and faith provisions,
as symbolized in the shirt/Lamung Pene using by the daughter that has seven colors.
And also the language style that use metonymies and euphemism figurative speech.
Whereas the theme found from Barzanji (basarakal) oral discourse/oral tradition is
the description of Rasulullah holy prophet life, from his birth, genealogy, until
inaugurated as the last prophet and also about Rasulullah personal life that can be a
model or lesson for human life. In terms of language style it is found that hyperbole
figurative language, personification, parable, litotes, metaphor, assonance and rhyme.
The functions of lawas oral discourse are: (1) heuristic function: the comprehension
of the seven symbols in the colors of lamung pene that is wearied; (2) Regulation
function: the advice given by the parents to his daughter who will enter the teenager
phase that full of challenge and harassment; (3) interactional function: as a
allurement, notification, and the communication tool for people. while, the function
of verbal expression/barzanji verbal tradition (basarakal) namely: (1) personal
function: type of expressing feeling and emotion of poet or speaker in bershalawat to
Rasulullah; (2) heuristic function; (3) reoresentative/informative function; and (4)
imaginative function. Aswell as the definition of verbal expression/verbal tradition in
Lawas (balawas) tradition ceremony Tama Lamung in Barodak wedding ceremony,
namely: (1) education meaning; (2) affectionmeaning; and (3) religious advice
meaning. While, verbal expression/barzanji verbal tradition (basarakal) tradition
ceremony Tama Lamung in Barodak wedding ceremony, namely: (1) piety meaning;
(2)affection meaning, and (3)education meaning.

keywords: verbal expression, tradition ceremony, tama lamung, barodak.

2
I. PENDAHULUAN akil baligh dikenakan memakai
1.1. Latar Belakang pakaian adat khas Sumbawa yaitu
Kebudayaan menyangkut tata Lamung Pene. Lamung Pene yang
cara kehidupan suatu kelompok dikenakan berupa tujuh corak
masyarakat, termasuk dalam hal warna yang masing-masing warna
ini adalah perilaku berbahasa tersebut melambangkan makna
pemilik kebudayan itu sendiri. kehidupan. Dalam prosesi upacara
Hubungan timbal balik antara ini terdapat serangkaian ritual
bahasa dan masyarakat berupa pembacaan doa-doa
memperlihatkan bahwa bahasa keselamatan, sanjungan dan
menjadi simbol dari benda-benda pelantunan puisi khas Sumbawa
yang selalu berubah-ubah dan dan inilah yang menjadi tradisi
sejalan dengan tingkat lisan yang berkembang pada
kebudayaan masyarakat yang masyarakat Sumbawa yang
dibentuk oleh bahasa. Hakikatnya penggunaannya acapkali
bahasa sebagai wahana utama digunakan dalam upacara adat
manusia untuk meneruskan yang bersangkutan. Menurut
kebudayaan ke generasi sepengatahuan peneliti, tradisi
penerusnya melalui proses yang upacara adat Tama Lamung ini
berkelanjutan atau turun temurun. sudah jarang atau minim
Hal inilah yang menandakan dilaksanakan, dan mulai
bahwa bahasa sebagai unsur mengalami perubahan pada
kebudayaan yang universal atau masyarakat Sumbawa yang mulai
komprehensif. menitikberatkan pada pola pikir
Pada kebudayaan Sumbawa praktis dari segi ekonomi maupun
terdapat bentuk-bentuk tradisi dari segi waktu. Perubahan dalam
lisan yang sudah turun temurun upacara ini mulai disederhanakan
melekat pada masyarakat dan dengan menggabungkannya dalam
berkembang. Tradisi lisan tidak salah satu prosesi upacara
hanya terbatas pada gelar perkawinan adat Sumbawa yaitu
kebangsawanan, ungkapan upacara Barodak namun tidak
tradisonal, prosa rakyat, mengurangi makna dan tujuan dari
permainan rakyat, tari rakyat upacara adat Tama Lamung itu
tetapi juga puisi rakyat dan sendiri. Tujuan dilakukan upacara
upacara adat. Salah satu upacara adat Tama Lamung yaitu untuk
adat dalam masyarakat Sumbawa menghindari malapetaka atau
yaitu upacara adat Tama Lamung. tolak bala berupa penyakit kesikal
Upacara adat Tama Lamung (kesurupan) yang dapat menimpa
merupakan salah satu upacara si gadis yang akan memasuki
siklus daur kehidupan pada masa remaja. Inilah yang menjadi
masyarakat Sumbawa, dalam faktor keeksistensian upacara adat
upacara ini seorang gadis yang Tama Lamung yang hingga kini
akan memasuki masa remaja atau masih tetap dipertahankan artinya

3
masih ada segelintir masyarakat informan atau narasumber yang
yang melaksanakan tradisi ini lebih mengetahui secara detail dan
karena menganggap tradisi ini kompleks tentang upacara adat
masih diperlukan dan berguna Tama Lamung seperti budayawan,
dalam kelangsungan hidupnya. tokoh adat, tokoh agama, dukun
Selain itu, penelitian yang (sandro) dan masyarakat lainnya
khusus mendalami tentang wacana yang lebih mengerti secara
lisan terutama dengan objek mendalam tentang kajian yang
kebudayaan lokal sangat jarang diteliti oleh penulis.
dilakukan dalam penelitian 2.3 Metode Pengumpulan Data
sebelumnya. Hal inilah yang 1) Metode Observasi
menyebabkan diangkatnya 2) MetodeWawancara (interview)
masalah upacara adat Tama 3) Metode Dokumentasi
Lamung dalam upacara Barodak 4) Metode Transkripsi
ditinjau dari segi wacana lisan 5) Metode Transliterasi
sebagai objek penelitian.
2.3.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang
II. METODE PENELITIAN
digunakan yaitu teknik analisis
2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah data kualitatif.
penelitian deskriptif yang 1) Analisis bentuk
menggambarkan bagaimana 2) Analisis fungsi
bentuk, fungsi dan makna wacana 3) Analisis makna
lisan upacara adat Tama Lamung.
2.3.3 Metode Penyajian Hasil
2.2 Jenis Data dan Sumber Data Analisis
2.2.1 Jenis Data Hasil analisis data disajikan melalui
Terdapat dua jenis data yang dua cara yaitu dengan metode
akan dianalisis berupa kalimat yang informal dan metode formal.
tertuang pada bacaan Barzanji lambang yang digunakan yaitu tanda
(basarakal) dan ungkapan yang petik atas tunggal (‘…’). Tanda petik
terdapat pada puisi khas Sumbawa tunggal atas digunakan untuk
(Lawas) upacara adat Tama menandai makna kata atau kalimat.
Lamung dalam upacara perkawinan
barodak. III. Pembahasan
2.2.2 Sumber Data 3.1 Bentuk Wacana Lisan Upacara
1) Sumber data Adat Tama Lamung dalam
Pembacaan Barzanji ( basarakal) Upacara Perkawinan Barodak
dan pelantunan Lawas 3.1.1 Balawas (Lawas)
(balawas). Jenis (genre) Lawas yang
2) Informan dipakai. Khususnya pada upacara
Informan dalam penelitian ini adat Tama Lamung dalam
terdiri dari beberapa para perkawinan Barodak yaitu Lawas

4
orang tua (tau loka). Jenis lawas Seorang gadis yang akan
orang tua (tau loka) bersifat didaktis memasuki masa remaja atau akil
yang berisi pelajaran hidup dan baliqh hendaknya selalu mendengar,
sebagian lagi berintikan ajaran agama menaati dan menjalankan perintah
islam (nasihat agama) dan tasawuf atau nasehat dari kedua orang tuanya
falsafi. dengan selalu taat pada perintah
Penutur aktif yang terlibat dalam agama agar hidupnya bermartabat,
wacana lisan genre lawas hanyalah bersahaja, selamat dan sejahtera baik
seorang penutur (wacana monolog). di dunia maupun di akhirat dengan
Jenis lawas yang digunakan atau berbekalkan akhlaq dan iman
disampaikan, disesuaikan pada saat sebagaimana yang dilambangkan
upacara adat tersebut berlangsung. pada baju/ lamung pene yang
Berikut tuturan atau wacana memiliki tujuh corak warna yang
lisan yang berbentuk balawas pada dikenakan kepada si gadis .
prosesi upacara adat Tama Lamung B. Gaya Bahasa
yaitu: Gaya bahasa yang digunakan pada
lawas tersebut mencakup beberapa
Tanya lamung pitu rupa majas, seperti:
‘inilah baju tujuh warna’ 1) Majas Metonimia
ini baju tujuh warna Gaya bahasa metonimia pada
Pangeto akhlak ke iman larik ke-1 ditautkan dengan sifat-
‘pengetahuan akhlaq dan iman’ sifat yang harus dimiliki dalam
pengetahuan akhlak dan iman kehidupan yang akan dijalani.
Ya bekal lonas mu intan e 2) Majas Eufemisme
‘untuk bekal hidupmu kelak Gaya bahasa eufemisme terdapat
duhai anakku’ pada larik ketiga dan keempat.
untuk bekal masa mudamu Gaya bahasa eufemisme pada
anak larik ke-3 digunakan untuk
Mu pati gama palajar memperhalus ungkapan ‘ya
‘semoga dirimu mematuhi bakal katelas mu anak e’ (untuk
nasehat’ bekal hidupmu anak). Gaya
kamu patuhi semoga ajaran bahasa eufemisme pada larik ke-
Menong rena mu bakenang 4, digunakan untuk memperhalus
‘Simaklah sembari engkau ungkapan “mu turet gama
mengenakannya’ pangkeleng” (semoga kamu
dengar sambil kamu memakai menuruti perkataan).
Pada setiap bentuk teks wacana
lisan/tradisi lisan lawas tama lamung C. Fungsi dan Makna Wacana
tersebut, terdapat tema gaya bahasa Lisan Lawas Upacara Adat
dan diksi yang digunakan, berikut Tama Lamung dalam
penjelasannya; Perkawinan Barodak
A. Tema

5
1) Fungsi Wacana Lisan Lawas Tama Lamung pada upacara
Upacara Adat Tama Lamung perkawinan Barodak.
dalam Perkawinan Barodak (2) Makna Kasih Sayang
(1) Fungsi Heuristik Sebagai bentuk wujud syukur
Pemahaman tentang tujuh makna kedua orang tua kepada anaknya
simbol pada warna Lamung Pene yang akan memasuki fase atau
(pakaian tradisional Sumbawa) tahap kehidupan berikutnya.
yang dipakai. Seperti yang (3) Makna Petuah Atau Nasihat
terdapat pada larik ke-1 dan larik Sang anak tidak saja
ke-2. mendengarkan nasihat/ petuah
(2) Fungsi Regulasi yang telah diberikan kedua orang
Nasihat yang diberikan kedua tuanya namun benar-benar
orang tua kepada putrinya yang mengaplikasikan nasihat itu
akan memasuki kehidupan masa kedalam kehidupannya sesuai
remaja yang penuh dengan harapan kedua orang tuanya.
tantangan dan godaan,
sebagaimana yang terdapat pada 3.1.2 Barzanji
larik lawas ke-3, ke-4 dan ke-5. Pada saat upacara adat Tama
(3) Fungsi Interaksional Lamung dalam upacara perkawinan
Karakter suatu suku atau Barodak digelar, kegiatan pembacaan
kelompok masyarakat dapat barzanji (basarakal) terdiri dari pelaku
diidentifikasi dari ujaran-ujaran atau partisipan yang mengambil peran
pada budayanya, seperti budaya serta pada saat kegiatan dilakukan.
lawas yang sudah melekat dalam Pelaku atau partisipan dalam
jati diri masyarakat Sumbawa. pembacaan barzanji disebut dengan
Fungsi lawas adat Tama Lamung istilah penyarup. Adapun pelaku atau
ini sebagai ajakan, peringatan, partisipan tersebut yaitu laki-laki
pemberitahuan, serta alat dewasa sebanyak lima atau sepuluh
komunikasi antar individu. orang. Setiap penyarup secara
bergantian membacakan bacaan
barzanji. Pada pembacaan bagian inti
2) Makna Wacana Lisan Lawas
barzanji, semua penyarup berdiri
Upacara Adat Tama Lamung
sambil diiringi oleh dimainkannya alat
dalam Perkawinan Barodak
(1) Makna Edukasi musik khas Sumbawa berupa gong dan
Sang anak harus memegang genang sesuai dengan ritme dan irama
teguh tujuh sifat yang harus bacaan inti barzanji. Dalam
dimiliki dalam hidupnya dengan masyarakat Sumbawa bagian ini lebih
berlandaskan pengetahuan dan dikenal dengan sebutan basarakal.
iman sebagaimana yang A. Tema
disimbolkan dengan tujuh rupa 1) Tema Khusus (Minor)
baju pada tujuh warna baju yang (1) Pada bagian pembuka, pengisahan
dikenakan dalam upacara adat tentang garis keturunan Rasulullah

6
dan prosesi kelahiran Nabi ‘dan aku menuturkan sebuah kisah
Muhammad Saw. masa lahirnya nabi (Muhammad
(2) Pada bagian inti, bertemakan saw) laksana busana yang indah
pujian kepada Rasulullah. dan bagus’
(3) Pada bagian penutup, sifat-sifat 4) Majas Litotes
atau kebiasaan nabi Muhammad (larik ke-80) Abdukal miskiinu
Saw dalam kehidupannya sehari- yarjuu fadhlaka jammal ghofiiru
hari serta harapan dan ‘Hambamu yang sangat miskin
permohonan penutur kepada sangat mengharapkan keutamaan
Allah swt untuk memperoleh mu yang sangat banyak’
kebajikan dan keselamatan baik di 5) Majas Metafora
dunia maupun di akhirat. (larik ke-30) Habbadzaa ‘iqdu
2) Tema Umum (Mayor) sudadin wa fakhkhorin. Anta fiihil
Pujian dan salam hanya dicurahkan yatiimahul ‘ushmaau
kepada makhluk junjungan tertinggi di ‘sangat indah nian sebuah nasab
jagad raya ini yaitu Baginda yang terhimpun oleh peri-peri yang
Rasulullah Saw hal itu tercermin dari mulia yang menjadi suatu
sifat-sifat mulia yang terdapat dalam kebesaran dan engkau didalam
pribadi beliau yang dapat dijadikan sana termasuk bagian dari intan
ibrah atau pelajaran dalam kehidupan berlian yang amat indah dan
umat manusia. terjaga’
B. Gaya Bahasa 6) Aliterasi
1) Majas Hiperbola Bentuk aliterasi hampir pada
(larik ke-22) wa sumi’a fi shulbihin seluruh larik bacaan, hal ini ditandai
nabiyyu sholoohu’alaihi wa perulangan bunyi berbentuk (h) dan
sallama, dzakarolloohu ta’aalaa (n) di bagian pembuka dan penutup.
walabbaah Sedangkan pada bagian inti dan
‘kemudian dari tulang rusuk Ilyas penutup bacaan barzanji hanya
terdengar suara nur Muhammad ditemukan perulangan bunyi berupa
yang sedang berdzikir kepada Allah konsonan (n).
dan bertasbih kepada-Nya’ 7) Asonansi
2) Majas Personifikasi Berdasarkan tuturan barzanji
(larik ke 71)Maa-ro ainal iisa (basarakal) yang ditemukan yakni
hannat. Bisuroo illaa ilaika bentuk asonansi hanya pada bagian
‘dan kami belum pernah melihat inti. Bentuk asonansi tersebut ditandai
seekor unta yang minta kasih dengan perulangan bunyi berupa vokal
sayang dengan berjalan di malam (a, i, dan u) pada setiap akhir kata
hari (isra miraj) kecuali unta yang dalam setiap larik sedangkan pada
pernah datang pada tuan’ bagian pembuka dan penutup bacaan
3) Majas Perumpamaan atau Simile barzanji tidak ditemukan perulangan
(larik ke-11) wa ansyuru min bunyi vokal.
qishshotil maulidin nabawiyyi 8) Rima Awal
buruudan hisaanan’ abqoririyah

7
Sajak atau rima adalah pengulangan (4) Fungsi imajinatif
bunyi dalam puisi sampai membentuk Wacana lisan atau tradisi lisan
musikalitas. Dalam bacaan barzanji lantunan syair barzanji pada ritual
ditemukan bentuk pengulangan bunyi upacara adat memerlukan gaya
pada awal larik-larik seperti bunyi penceriteraan serta daya imajinasi
(wa) di bagian pembuka dan penutup yang sangat tinggi, walaupun
serta pengulangan bunyi (ya) di bagian tidak semua kisah-kisah atau
inti dan penutup. tuturan yang termaktub didalam
C. Fungsi dan Makna Wacana untaian syair tersebut benar
Lisan Barzanji (basarakal) adanya.
Upacara Adat Tama Lamung 2) Makna Wacana Lisan barzanji
dalam Perkawinan Barodak (basarakal) Upacara Adat Tama
1) Fungsi Wacana Lisan Barzanji Lamung dalam Perkawinan
(basarakal) Upacara Adat Tama Barodak
Lamung dalam Perkawinan (1) Makna Ketakwaan
Barodak Bacaan barzanji ini ditandai
(1)Fungsi Personal dengan memohon ampunan serta
Untaian syair bacaan barzanji memanjatkan doa kepada Allah
merupakan bentuk Swt sebagai bentuk ketakwaan
mengekspresikan perasaan serta dan bentuk ketaatan seorang
luapan emosi sang penyair atau hamba kepada Tuhannya.
penutur dalam bershalawat kepada (2) Makna Pendidikan
Rasulullah. Dalam bacaan barzanji tersebut
(2)Fungsi Heuristik banyak nilai-nilai edukasi yang
Dalam bacaaan barzanji tercermin dari kehidupan
mengandung ajaran-ajaran yang rasulullah, seperti nilai moral,
memuat berbagai aspek pendidikan, nilai akhlak, nilai social serta nilai
seperti pendidikan spiritual, sosial spiritual.
dan moral yakni pengajaran yang (3) Makna Cinta Kasih
menambah keimanan seseorang. Makna cinta kasih yaitu
Sebagaimana akhlak Rasulullah menunjukkan rasa kekaguman,
Saw, karena sesungguhnya akhlaq kesetiaan, kepedulian serta
Rasul adalah suri tauladan yang penghargaan terhadap suatu sikap
paling mulia. dan tindakan seseorang yang
(3) Fungsi Representasi/ Informatif menjadi inspirasi dalam
Isi Bacaan dalam barzanji kehidupannya sehingga
menuturkan beragam informasi mendorong dirinya untuk
tentang kehidupan nabi menghasilkan sesuatu yang
Muhammad Saw, sehingga baik berguna bagi dirinya maupun
penutur maupun pendengar atau orang lain.
partisipan dapat mengetahui
dengan jelas mengenai riwayat
kehidupan Nabi Muhammad Saw.

8
4.2Kaitan Terhadap Pembelajaran (2) fungsi heuristik; (3) fungsi
Bahasa di SMP representasi/informatif; (4) fungsi
Berdasarkan ketiga hasil kajian imajinatif. Makna yang terdapat pada
pada penelitian tersebut, dikaitkan wacana lisan upacara adat Tama
sebagai salah satu materi pembelajaran Lamung yaitu (1) makna edukasi, (2)
bahasa indonesia dengan standar makna kasih sayang, (3) makna
kompetensi memahami wacana jenis petuah/ nasihat sedangkan makna yang
syair melalui kegiatan mendengarakan tedapat pada wacana lisan barzanji
syair pada kelas XI semester 1 dengan (basarakal) yaitu (1) makna ketakwaan
materi pembelajaran menemukan (2) makna pendidikan dan (3) makna
tema dan gaya bahasa yang terdapat cinta kasih. Kaitan sebagai salah satu
pada teks karya puisi lama. materi pembelajaran bahasa indonesia
dengan standar kompetensi memahami
III. Penutup wacana jenis syair melalui kegiatan
4.1 Simpulan mendengarakan syair pada kelas XI
Berdasarkan hasil analisis bentuk semester 1 dengan materi
teks pada kedua wacana lisan upacara pembelajaran menemukan tema dan
adat tama lamung dalam perkawinan gaya bahasa yang terdapat pada teks
barodak ditemukan tema, gaya bahasa karya puisi lama.
dan diksi pada tuturan wacana
lisan/tradisi lisan lawas. Gaya bahasa 5.2 Saran
yang ditemukan yaitu berupa majas 1. Bagi masyarakat diharapkan agar
majas metonimia dan majas efemisme. terus menjaga dan melestarikan
Pada tuturan tradisi lisan barzanji tradisi upacara adat tama lamung
(basarakal) dari segi tema, gaya dan upacara perkawinan barodak.
bahasa, diksi, aliterasi, asonansi dan 2. Untuk pemerintah dari instansi
rima akhir. Terdapat dua tema dalam terkait agar ikut berperan serta
tuturan tradisi lisan barzanji melestarikan budaya ini kedalam
(basarakal) yaitu tema mayor dan tema salah satu asset budaya nasional
minor. Gaya bahasa yang ditemukan agar tidak punah.
berupa majas hiperbola, majas 3. Penelitian tentang upacara adat
personifikasi, majas litotes, majas Tama Lamung dalam perkawinan
metafora, dan majas simile atau Barodak khusunya dari segi
perumpaan. Sedangkan fungsi pada wacana lisan jarang dilakukan
wacana lisan lawas yaitu terdapat: (1) sehingga sangat perlu diadakan
fungsi heuristik (2) fungsi regulasi; (3) penelitian yang lebih lanjut untuk
fungsi interaksional; Sedangkan memperoleh gambaran yang lebih
Fungsi pada wacana lisan barzanji jelas dan lengkap bagi peneliti
(basarakal) yaitu: (1) fungsi personal; selajutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rani Dkk. 2004. Analisis Departemen Pendidikan Nasional.


Wacana: Sebuah Kajian Bahasadalam 2000. Kre Polak Desa dan Adat Tau
Pemakaian. Malang: Bayumedia Samawa. Kanwil provinsi NTB
Publishing
Departemen Pendidikan dan
Abu Ahmad Najieh. 2009. Terjemah Kebudayaan RI. 1998. Perubahan
Maulid Al Barzanji. Surabaya: Nilai Upacara Tradisional Pada
Mutiara Ilmu Masyarakat Pendukungnya Didaerah
NTB.
Adriani, Nia. 2009. “Tatacara dan
Makna Perkawinan Masyarkat Helmi, Baiq. 2001. “Tata Cara dan
Dompu”.Mataram:FKIP Makna Tembang Pada Upacara
Mataram Beretes Di Kecamatan Praya Timur
Lombok Tengah. Mataram: FKIP
Aminuddin. 2008. Semantik: Mataram
Pengantar Studi Tentang Makna.
Bandung: Sinar Baru Algesindo Mahsun. 2013. Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta: PT Rajagrafindo
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Persada
Penelititan : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Moleong, Lexy. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung
Badrun, Ahmad. 2006. Struktur dan : PT Remaja Rosda Jaya
Makna Ungkapan Tradisional Bima
Dompu. Mataram: Mataram University Muhammad. 2011. Paradigma
Press. Kualitatif Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Liebe Book Press
Danandjaja, James. 1986. Foklor
Indonesia. Jakarta: Graffiti Mustaqiem. 1993. “Kedudukan Dan
Fungsi Lawas Dalam Masyarakat
Djajasudarama, Fatimah. 2006. Sumbawa Di Kecamatan Plampang”.
Wacana:Pemahaman dan Hubungan Mataram: FKIP Mataram
Antar Unsur. Bandung:Refika
Aditama Ninik L Taufan. 2012. Tradisi Dalam
Siklus Hidup. Museum Kebudayaan
Dentaining, 2009. “ Aspek Rabintir Samapraja Bima: Disbudpar NTB
Dalam Upacara Luluran Barodak
Pengantin Di Sumbawa Besar: Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori
Kajian Bentuk, Proses, Dan Fungsi”. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM
Mataram: FKIP Mataram Press

10
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Jananpria”. Mataram: FKIP
Pengkajian Puisi Analis Strata Norma Mataram
dan Analisis Struktural dan
Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada http://www.kabarindonesia.com/berita
University Press print.php?id=20081205140017

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan http://ganisgitajiwa-


Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa x1.blogspot.com/2012/02/barodak-
Indonesia. Jakarta : Balai adat-perkawinan.html
Pustaka http://id.Shvoong.com/socialsciences/s
Ratna, Nyoman Kuta. 2004. Teori ociology/2316526-tama-lamung-
Metode dan Teknik Penelitian Sastra. adatsumbawa
Jakarta: Pustaka Pelajar http://agustrianto17.blogspot.com/200
Samsuri. 1987. Analisis wacana. 8/02/kontribusi-linguistik-struktural-
Malang: IKIP Malang dan.html
http://cakrabuwana.files.wordpress.co
Sapiin. 2012. Tradisi Bakayat Dalam
Masyarakat Sasak. Mataram: Arga m/2008/09/muhammad-arif-cakra-
buwana-bab-8-sejarah-dan-aliran-
Puji Press
linguistik.pdf
Septriana, Lelya .2004. ”Istillah
Budaya Siklus Hidup Pada
Masyarakat Sasak Desa Batu Tulis
Kecamatan Jonggat Kabupaten
Lombok Tengah Dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Mulok Di
SMP”. Mataram: FKIP Mataram
Sri, Asmi. 2013. “Pemakaian
Disfemisme Pada Wacana Lisan
Indonesia Lawyers Club Dan
Hubungannya Dengan Pembelajaran
Bahasa Di SMA “Mataram: FKIP
Mataram
Sunan Kalimati, Wahyu. 2005. Pilar-
Pilar Budaya Sumbawa. Disbudpar
Kabupaten Sumbawa Barat
Susilowati. 2004. “Bentuk, Fungsi
Dan Makna Tembang Sorong Serah
Aji Karma Dalam Perkawinan
Adat Sasak Tradisional Di Desa Saba

11

Anda mungkin juga menyukai