Hasil penelitian
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujiaan Seminar Hasil
Pada Jurusan Tradisi Lisan
FakullasIlmu Budaya
Oleh
BAHAR
N1 E1 15 078
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tradisi Lisan moanggo adalah salah satu dari sekian bentuk tradisi lisan
atau lagu-lagu yang berisi pujian dan sanjungan. Secara umum, syair anggo
dinyanikan dalam berbagai hal seperti pada saat pesta panen raya, saat
menidurkan anak, bahkan syair anggo juga digunakan untuk menceritakan silsilah
lembo yang mengetahui tentang tradisi lisan anggo tersebut. Dari berbagai macam
Kecamatan Lembo, yaitu moanggo metei’a (menjaga anak) dan anggo ndula-tula
(silsila kerajaan). Oleh sebab itu, maongga metei’a ini dilakukan untuk
menidurkan anak bayi, sedangkan anggo ndulu-tula ini dilakukan agar mengingat
tersebut, karena dalam pelantunan moanggo ini sangat mengispirasi bagi setiap
orang yang mendengarkannya. Tidak hanya itu, maonggo dalam pertanian pun ini
juga dilakukan olehnya itu moanggo dalam bidang pertanian ini sangatlah sakral,
anggo ini dilakukan pada saat membuka lahan agar apa yang diinginkan dapat
dicapainya. Hal ini karena di dalam masyarakat suku tolaki aktivitas atau tindakan
1
bercocok tanam dinilai sebagai tanda rasa sukur kepada yang maha kuasa atas
hasil dari bercocok tanam. Tetapi hal tersebut sudah tidak dipraktekkan lagi
karena jenis atau bentuk moanggo ini yang kian sudah tidak diwariskan karena
cukup banyak memeliki cerita rakyat, tradisi dan realitas sosial budaya yang
hingga saat ini tidak lagi terekam dengan baik atau tidak banyak yang diketahui
oleh masyarakat luas, karena adanya pengaruh erah globalisasi maka dengan
seiring berjalannya waktu pada akhir cerita, tradisi dan realitas itu menjadi punah,
jauh dan tenggelam secara perlahan-lahan, tanpa meninggalkan jejak. Salah satu
tradisi yang perlu dinyatakan yakni moanggo, tradisi moanggo pada etnis tolaki
merupakan salah satu sastra lisan tolaki yang biasa disampiakan dengan saling
yang biasa dilaksanakan atau disajikan pada pesta kampung misalnya pernikahan,
aqiqah, syukuran dan jenis kegiatan lain yang ada pada masyarakat tolaki.
2
pembelajaran itu umumnya dilakukan lewat program-program pendidikan dalam
dan lain-lain tempat pusat pelatihan dan keterampilan. Di sini semua wujud
manusia dikemas dalam mata pelajaran dan kurkulum yang disusun serta
(socialization).
individu yang dimulai segera setelah dilahirkan, yaitu pada saat kesadaran diri
yang bersangkutan mulai tumbuh dan berkembang. Agar kesadaran diri itu
mula mengetahui obyek-obyek diluar dirinya. Obyek ini selalu dipahami menurut
memperoleh orientasi yang bersifat ruang, waktu, dan normatif. Dengan kata lain,
alam pikrian serta sikap perilakunya dengan dengan adat istiadat, sistem norma,
3
mengandung nilai moral yang berguna untuk memperkokoh nilai-nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat yang di gunakan oleh orang-orang tua dalam
digunakan oleh pemuda dan pemudi dalam halnya mengungkapkan isi hatinya,
Anggo adalah tradisi lisan yang berkaitan dengan berbagai aktivitas atau
secara umum diperoleh dan dilestarikan secara lisan dari generasi ke generasi.
dipandang sebagai sebuah teks sastra lisan yang dilantunkan oleh masyarakat
tolaki. Ketika melantunkan, penutur akan melihat pada situasi apa ia bertutur dan
tema apa yang diangkat. Bagi seorang penutur, untuk menyayikan sebuah anggo
tidak mutlak harus menghafal dahulu syair-syair yang akan dilantunkan. Anggo
Mengingat anggo adalah salah satu sastra lisan yang harus dijaga, maka
perlu dilestarikan oleh masyarakat pewarisnya dengan cara dijadikan: (a) sebagai
muatan lokal; (b) seb agai hiburan acara resmi pemerintah daerah; (c) membuat
Bagi seorang pande anggo, adalah orang yang mempunyai keahlian untuk
menyanyikan sebuah anggo. Keahklian tersebut terlihat dari daya ingat mereka
4
terhadap syair-syair anggo. tidak mutlak harus menghafal terlebih dahulu syair-
syair yang ingin dinyanyikan atau syair anggo tersebut harus telah ditulis dalam
bentuk teks. Tapi bisa saja keadaan saat itu. Misalnya anggo yang bersifat
sindiran. Untuk anggo jenis ini, umumnya tercipta secara spontanitas karena
sasaran yang ingin disindir hadir di tempat itu, sehingga tidak perlu dikarang atau
ditulis terlebih dahulu. Entah itu sindiran yang ditujukan kepada pemerintah
masyarakat suku tolaki maka peneliti akan melakukan penelitian dengan melihat
moanggo dari proses pewarisan dan pelaksanaan dalam hal ini berupa
adalah:
5
1. Untuk Mengetahui danmendeskripsikan bentuk-bentuk pelaksanaan tradisi
Utara.
Konawe Utara.
masyarakat SukuTolaki.
6
BAB II
dibuatdan dianggap mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang diteliti,
permasalahan yang sama. berbagai hasil peneliti terdahulu yang mengkaji tentang
Idaman dalam jurnal dengan judul Nilai dan Makna Moanggo pada orang
kebudayaan dan penanda identitas orang Tolaki tidak lagi secara massif
lalu, ketika berbagai jenis musik modern belum merajai belantara musik di negeri
ini, moanggo tentu punya posisi sentral di nadi kehidupan musik tradisional orang
Tolaki. Dalam banyak hal, moanggo yang dibawakan oleh pande anggo sarat
dengan pesan-pesan positif bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Atas
dasar ini, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terungkap dengan
sejumlah nilai dan makna yang terkandung di dalam teks anggo. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam teks anggo adalah nilai pendidikan, nilai moral, nilai budaya
dan nilai filosofis. Nilai pendidikan yang terkandung di dalam moanggo berkaitan
7
dengan pesan kepada kedua mempelai untuk menghormati orang tua dan mertua.
Selain itu, pesan lain yang terkandung di dalam moanggo adalah agar kedua
kedua orang tua, serta di dalam menjalani kehidupan rumah tangga agar
terkandung di dalam teks anggo berkaitan dengan larangan untuk tidak melakukan
Tolaki. Penegasan moral di dalam teks anggo ini ditunjukan melalui beberapa kali
terdapat pula kata merou sebagai bentuk penegasan moral mengenai pentingnya
bertutur sapa yang sopan dan santun, baik kepada pasangan hidup maupun kedua
orang tua dan mertua, serta kerabat handai tolan. Nilai budaya di dalam moanggo
berkaitan dengan kebisaan-kebiasaan positif yang dilakukan oleh para leluhur atau
Nilai dan Makna tradisi moanggo, sedangkan dalam penelitan ini adalah
formula yang digunakan dalam tradisi lisan kabhanti modero adalah formula kata,
8
sebagian kata, frasa, dan satu larik atau baris. Pengulangan yang dominan dalam
kabhanti modero adalah pengulangan satu larik. Hal ini terjadi karena selain
memikirkan apa yang menjadi balasan kabhanti yang dilakukan oleh lawan
kelompok kita. (2) pewarisan yang terdapat dalam kabhanti modero terdiri atas
tiga bagian, yang pewarisan secara langsung, pewarisan dalam hidup keluarga,
dan pewarisan dalm pertunjukan. (3) polapewarian ini merupakan pola pewarisan
secara non formal. Dari ketiga pola pewarisan tersebut di atas, pewarisan dalam
dipertunjukan selain itu, dia juga bisa mencoba melantunkan kabhanti modero
dalam pertunjukan itu. Tuturan keberhasilan seorang calon penutur atau orang
yang berjalan kabhanti modero adalah jika dia sudah mencoba melantunkan
yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Persamaan penelitian yang telah
dilakukan Samsul pada tahun 2012. Melalui penelitian dikaji mengenai tradisi
berbalas pantun dalam bentuk nyanyian rakyat. Perbedaannya adalah Samsul lebih
Putrid Nadia pada tahun 2016 dengan judul AnalisisPantun Pada Tradisi
9
Kota Tanjung Balai. Penelitian ini mencari ikon, indeks, dan simbol yang terdapat
pesisir yang meupakan kajian ilmu semiotic serta memaknai pantun-pantun yang
digunakan pada tradisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
lima acara yang digunakan dalam tradisi makan nasi hadap-hadapan adat
makan bersama dan merebut ayam panggang serta memakai pantun dalam kelima
adalah baik penelitian yang dilakukan oleh Samsul dan Putri Nadia adalah
perbadaannya yaitu terletak pada pendekatan yang digunakan. Dalam hal ini,
Tamiang”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitaif
yang bertujuan untuk mengetahui makna fenomena sosial dalam hal ini tradisi
sebagai media penyampaian pesan pada acara perkawinan yang berisi tentang
10
masalah perkawinan yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan seperti syarat harus menggunakan inai, membawa emas, sirih dan
elang 7 hari yang terdiri dari tebu, bale, kain dan harus memahami arti dari tujuan
pernikahan tersebut.
terkandung dalam tradisi berbalas pantun. Perbedaan Isra Fariati meneliti tentang
penelitian ini adalah meneliti tentang tradisi lisan Moanggo pada masyarakat
dilakukakn oleh Isra Fahriati memfokuskan pada aspek makna pada tradisi
sedangkan penelitian ini mendekati feomena tradisi lisan dalam hal ini Moanggo
pelekasanaan tradisi lisan Moanggo, dan sistem pewarisan tradisi lisan Moanggo
Adapun manfaat dari ketiga penelitian relevan yang telah tersebut diatas
terhadap penelitian yang sudah peneliti lakukan ialah sebagai bahan rujukan yang
11
memberi perlengkapan imformasi mengenai bentuk-bentuk pelaksanaan, dan
tradisional. Melalui ketiga penelitian ini, maka peneliti dapat mengetahui apa saja
yang sudah diungkapkan oleh parah peneliti sebelumnya. Hal tersebut dapat
nantinya penelitian yang sudah peneliti lakukan tidak memeliki kesamaan yang
agar hasil dari penelitian yang peneliti lakukan tidak hanya sekedar menumpuk
pesta-pesta adat. Anggo juga sering dinyanyikan dalam suasana bebas diluar dari
fungsinya. Ada yang berbentuk pujian, atau sanjungan. Pada bentuk anggo yang
12
Dalam bidang pertanian pun, onggo sering digunakan oleh masyarakat
Tolaki seperti pada saat akan membuka lahan (mosalei), saat akan menanam
kepada yang kuasa agar apa yang diperbuatnya mendapatkan berkahnya, sehingga
tidak akan dapat gangguan berarti dan akan diperoleh hasil sesuai dengan yang
Tidaklah mengherankan jika pada saat orang sudah melantunkan anggo, maka
akan anggo yang dinyayikannya setelah dia sadar. Jadi, dapat dikatakan bahwa
masyarakat Tolaki, bahkan oleh para petua-petua adat. Hanya saja, sejalan dengan
mengambarkan tentang jiwa dan perasaan seseorang sebagai penyampaian isi hati
atau bahkan anggo berisikan dorongan kepada seseorang agar bersifat kastria.
13
2.1.3. Konsep Tradisi Lisan
Tradisi lisan merupakan hasil pemikiran dan adat yang diturunkan dari
pemiliknya. Tuloli (Amir, 2013:43) menyatakan bahwa tradisi lisan adalah salah
satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum
besar ini, antara lain: (1) bahasa rakyat seperti logat, julukan, pangkat tradisional,
dan pameo; (3) puisi rakyat seperti gurindam dan syair; (4) nyanyian rakyat.
konsep tradisi, tradisi berasal dari kata traditium yang berarti segala seseuatu yang
diwariskan darimasa lalu (Murgianto, 2004 : 2 dalam Ardium Dini 2017). Selain
itu, menurut Fineggan (1992 : 7dalam Ardium Dini 2017) tradisi merupakan
istilah umum yang biasa digunakan dalam ujaran keseharian dan juga istilah yang
berdasarkan cara yang telah ditentukan; proses pewarisan praktis, ide atau nilai;
produk yang diwariskan; dan sesuatu dengan konotasi lampau. Sesuatu yang
14
dibanding individu atau kelompok tertentu. Tradisi tidak ditulis dan merupakan
Lord (2000 : 1dalam Ardium Dini 2017) memberikan batasan tradisi lisan
sebagai sesuatu yang dituturkan dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa unsur
kelisanan bagi penutur dan unsur yang mendengarkan bagi penerima menjadi kata
kuncinya. Selanjutnya, Hoed (2008 : 184) mengatakan bahwa tradisi lisan adalah
berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun temurun disampaikan
secara lisan. Lebih lanjut, Hoed mengatakan bahwa tradisi lisan mencakup hal-hal
seperti yang dikemukakan oleh Roger Tol dan Pudentia (1995 ; 2dalam Ardium
Dini 2017) bahwa tradisi lisan tidak hanya mencakup cerita rakyat, mitos,
legenda, dan dongeng, akan tetapi juga mengandung berbagai hal yang
Tradisi Berasal dari bahasa Latin traditio sebagai nomina, kata traditio
dalam waktu yang cukup lama sehingga kebiasaan itu menjadi bagian dari
kehidupan sosial komunitas. Ada tiga karakteristik tradisi. Pertama, tradisi itu
merupakan kebiasaan (lore) dan sekaligus proses (process) kegiatan yang dimiliki
bersama suatu komunitas. Kedua tradisi itu merupakan sesuatu yang menciptakan
pada saat itulah tradisi itu menciptakan dan mengukuhkan rasa identitas
15
kelompok. Ketiga, tradisi itu merupakan sesuatu yang dikenal dan diakui oleh
identitas dengan cara berpartisipasi dalam suatu tradisi adalah bahwa tradisi itu
sendiri harus dikenal dan diakui sebagai sesuatu yang bermakna oleh kelompok
itu. Sepanajang kelompok masyarakat mengkalim tradisi itu sebagai miliknya dan
berpartisipasi dalam tradisi itu, hal itu memperbolehkan mereka berbagi bersama
atas nilai dan keyakinan yang penting bagi mereka (Martha and Martine, 2005;
Sibarani, 2014)
manusia, yang dengan atau karena sendirinya pertalian secara golongan dan
menekankan aspek pertalian yang dalam hal ini disebut dengan istilah hubungan.
Aspek hubungan tersebut dilihat dalam wilayah praktis yakni bagaimana manusia
dapat mempengaruhi satu sama lain yang berawal dari faktor hubungan
identitas. Dalam arti sempit istilah masyarakat merujuk pada sekelompok orang
yang tinggal dan berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti
desa, kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Dalam arti luas, masyarakat
menunjuk pada ineraksi kompleks sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan
16
tujuan bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis
tertentu. Masyarakat seperi ini bisa disebut sebagai societas atau society.
masyarakat dunia.
kerajaan langit, yakni cina seperti yang dimaksudkan oleh M. Granat (Abdurrauf
Tarimana 1993: 51). Kalau demikian maka mungkinkah kata hiu yang ada dalam
bahasa cina berarti “langit” dihubungkan dengan kata heo (Tolaki) yang berarti
“ikut pergi ke langit.” Mereka yang datang dari arah selatan mungkin berasal dari
pulau Jawa melalui Buton dan Muna dan memasuki muara sungai Konawe’eha,
Seperti apa yang telah disebutkan di atas menurut cerita mitologi, Kerajaan
Mokole, tetapi lama kemudian untuk Raja Mekongga, gelar itu berubah menjadi
17
keganasan burung garuda. Dalam situasi demikian datanglah Latuanda, seorang
pembunuh biawak dan kerbau tersebut. Sementara itu tibalah Onggabo (raksasa)
yang mengawini gadis, sisa wabah, bernama Elu, gelar Kambuka sioropo
penutur silsilah raja-raja sebagai nama-nama yang tersusun dengan tata urut
sebagai berikut, yaitu :Sangia Mbina’uti, Sangia Inato, dan Sangia Ngginoburu.
yang digambarkan sebagai pembunuh burung kongga (garuda) itu. Jadilah ia raja
Laduma atau Sangia Nibandera (Kruijt 1922: 692 dalam Abdurrauf Tarimana
1993:53)
Hal yang sukar diketahui dengan pasti adalah masa pemerintahan dari tiap
raja tersebut. Suatu kecualian adalah Raja Sangia Ngginoburu dan Raja Sangia
berdasarkan cerita sejarah setempat, bahwa Raja Tolaki itu adalah raja-raja yang
pertama setelah meninggal dikubur secara Islam. Hingga kini kuburan dari kedua
Sebelum kedua kerajaan ini berdiri, telah ada beberapa kerajaan keci,
18
Menurut para penutursilsiah raja-raja, hingga kini masih terdapat sisa-sisa
antara satu sama lain karena serangan dari kerajaan lain di luar Sulawesi
kerajaan Mekongga.
berawal dari keberadaan aktifitas pertahanan laut kerajaan Konawe.Hal ini dapat
kita temukan di dalam Anggo Ndula-tula yang berkisah tentang sosok Kapita
atau yang dalam bahasa Tolaki disebut Ngapa memainkan peranan yang sangat
strategis untuk menahan laju serangan dari beberapa kesulatan yaitu Ternate,
Buton dan Luwu. Kapita Mayoro yang bernama Mekuo menjadi sosok yang
Lembo.
proses peralihan nilai-nilai dan norma yang dilakukan dan diberikan melalui
19
Komanto Sunanto (1999:31) suatu kebudayaan didalam masyarakat yang terus
tersebut tidak hilang atau punah diterjang oleh kebudayaan yang baru. Oleh
karena itu kita sebagai penerus generasi selanjutnya harus bisa melestarikan
budaya yang sudah ada agar budaya ini tidak punah. Warisan budaya dapat berupa
bahasa, tari, lagu, alat musik, masakan, bangunan, atau candid dan peninggalan
lainnya.
sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung dari mulut ke mulut dan praktek
cara membawa langsung anaknya untuk turut serta dalam berkesenian. Pewarisan
budaya dilakukan dengan tatap muka langsung, ketika mitos, legenda, dan
donggeng diceritakan oleh orang tau bertatap muka langsung dengan anak-
manusia dapat menjukkan jati diri kita sebagai satu mahluk yang berbudaya dan
sebagai ciri khasnya, contoh kita sebagai orang orang Indonesia harus
melestarikan budaya indonesia agar jati diri dan martabat bangsa Indonesia tidak
hilang terbawa arus globalisasi oleh karena itu kita hurus bangga dengan budaya
20
2.2.1.1. Proses Pewarisan Budaya
saat ini dapat mengetahui budaya manusia beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun
yang lalu karena adanya pewarisan budaya dengan menggunakan berbagai media
tradisional merujuk pada masyarakat yang ada pada abad ke 19 dan sebelumnya”.
Atas dasar itu, masyarakat modern adalah masyarakat yang hidup pada awal abad
budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada abad ke 19 dan
kepada proses pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada
kedua jenis masyarakat itu diantaranya dapat ditinjau menerut peranan lembaga
adalah kesenian yang sudah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke
21
hasil kesenian tradisinal biasanya diterimah sebagai tradisi, pewarisan yang
dilimpahkan dari angkatan muda kepada angkatan lebih muda. Proses pewarisan
secara lintas generasi yakni melibatkan penurunan ciri-ciri budaya dari orang tua
kepada ank cucu. Dalam pewarisan tegak, orang tua mewariskan nilai,
keterampilan, keyakinan, motif budaya, dan sebagainya kepada anak cucu mereka.
Oleh karena itu pewarisan tegak disebut juga “Biological transmission” yakni
22
pendidikan seperti sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar. “Horizontal
lembaga (misalnya dalam pendidikan formal) tanpa memandang apakah hal itu
(keluarga atau saudara) dalam proses pewarisannya. Generasi itu berperan sebagai
pelatihan.
23
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil Penelitian
24
Fokus utama dalam penelitianini adalah menemukan bentuk-bentuk
pelaksanaan dan bagaimana sistem pewarisan tradisi lisan Moanggo yang berupa
lagu trsdisional yang berisi puji-pujian dan sanjungan. Hal yang pertama kali
ditelitih adalah konsep umum Moanggo dalam masyarakat Tolaki. Pada bagian ini
penting untuk menjawab rumusan penelitian yang diangkat oleh peneliti dalam
dalam penelitian ini yaitu teori umum atau basic teori yang telah menjadi rujukan
disuatu masyarakat apakah tradisi tersebut masih eksis ataukah telah punah. Bila
hal ini diteruskan maka tujuan penelitian ini akan serta merta terjawab secara
masih bersifat deskriptf normati tanpa mampu menjawab pertanyaan yang lebih
25
BAB III
METODE PENELITIAN
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Maleong, 2013:6).
(1) daerah ini masih sering di laksanakan kegiatan moanggo. (2) secara tekn is
kemudahan menjangkau subjek penelitian. Hal yang berarti akan lebih mudah
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari
bukti-bukti dan fakta-fakta yang diperoleh sebagai data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
26
3.4.1 Observasi/Pengamatan
Melalui observasi ini, penelitan belajar tentang perilaku, dan fungsi dari
langsung kelapangan untuk meperoleh data dan mengumpulkan data serta ikut
terliibat langsung dan ikut menyaksikan secara langsung tradisi tersebut. Dalam
observasi ini melakukann pengamatan dari beberapa objek yaitu lokasi penelitan,
terhadap tradisi lisan Moanggo serta bentuk-bentuk pelaksanaan dan sistem pola
pewarisan Moanggo.
3.4.2 Wawancara
melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan dalam suatu topik tertentu
3.4.3 Dokumentasi
27
3.5 Teknik Penentuan Informan
yaitu berdasarkan tujuan yang ingi dicapai oleh peneliti (Endraswara, 2006:115).
Selanjutnya untuk menjaring data, diawali dengan informan awal yang oleh
informan awal ini memahami benar sacara mendalam masalah yang dikaji, dan
dapat memberikan imformasi data yang dibutuhkan, maka dapat saja peneliti
2009:289 dalam Abdul Alim), disebut sebagai sampel informan dari sekian
28
3.6 Teknik Analisis Data
pewarisan tradisi lisan Moanggo. Teknik analis data dalam penelitian ini
interpretasi data hasil dari wawancara para informan dan ditafsirkan dengan
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya
yang telah dipahami tersebut (Miles dan Huberman 1998) dalam Sugiono,
29
disajikan dalam bentuk urain yang didukung dengan data-data yang telah
diperoleh.
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
berikutnya. Tetapi apa bila kesimpilan yang dikemukan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang kuat valid dan konsisten saat peneliti kembali
diharapkan adalah temuan baru yang belum pernah ada ( Sugiono, 2017:345).
Pada tahap ini data yang telah dihubungkan antara satu dengan lainnya
sesuai dengan konfigurasi yang ada lalu disimpulkan. Setiap data yang menunjang
komponen uraian diklarifikasi kembali dengan informan. Apa bila hasil klarifikasi
memperkuat simpulan atas data yang tidak valid, maka pengumpulan data siap
dihentikan.
30
BAB IV
melintang dari utara ke selatan anatara 122`39062` dan 03`7593` lintang selatan,
membujur dari barat ke timur antara 122`32227` dan 03`74206` buju timur.
Kecamatan Lembo ini tempat yang cocok untuk berkebun dan bercocok tanam
pada musim penghujan atau musim timur. Pada musim barat atau musim
perkebunannya untuk persiapan panen seperti cengke, merica, durian, jambu mete,
jagung.
Luas wilayah kecamatan lembo yaitu 7.912 Ha atau 1,57 persen dari
luas wilayah kabupaten konawe utara. Kecamatan lembo terdiri dari 11 (sebelas)
dan 1 (satu) kelurahan yaitu desa tongalino, taipa, buusiambu, bungguosu, lembo,
pasir putih, padeleu, puulemo, alo-alo, lapulu, laramo, dan desa watuwula. Luas
merupakan wilayah desa yang terluas yaitu seluas 1456,0 Ha (18,40) sedangkan
31
Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Jumlah Menurut
Desa/Kelurahan, Kecamatan Lembo Tahun 2007
Desa/Kelurahan Luas (KM) Presentase%
1. Tongalino 5.94 7.51
2. Tiapa 4.57 5.78
3. Puusiambu 4.26 5.38
4. Bungguosu 8.03 10.15
5. Lembo 13.56 18.40
6. Pasir Putih 3.75 4.74
7. Padaleu 5.01 6.33
8. Puulemo 11.71 14.80
9. Alo-Alo 7.47 9.15
10. Lapulu 4.62 5.84
11. Laramo 5.24 6.62
12. Watu Wula 3.96 5.17
Kelurahan Lembo 78.12 100
utara
dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali, sensius yang terakhir dilaksanakan pada
tahun 2010. Jumlah penduduk tahun 2017 menggunakan angka proyeksi jumlah
republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih, dan atau mereka yang berdomisili
32
adalah angkah yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam
laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan, pada suatu daerah dan waktu
penduduk perempuan.
Struktur umum, jenis kelamin dan rumah tangga. Struktur umur penduduk
kematian, dan migrasi. Rumah tangga adalah seseorang utau kelompok orang
yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal
bersama serta pengolahan makan dari satu dapur. Anggota rumah tangga adalah
semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang
berada dirumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara ridak ada. Rata-
rata anggota rumah tangga adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah
yang termasuk dalam usia tidak produktif (0-14 tahun/penduduk usia muda dan 65
33
6.Pasir Putih 267 259 526 103
7. Padaleu 211 207 418 101
8. Puulemo 342 318 660 108
9. Alo-Alo 131 125 256 104
10. Lapulu 106 84 190 126
11. Laramo 140 119 259 117
Watu Wula 105 100 205 105
Jumlah 2,644 2,396 5,040 11o
lembo seperti banyaknya sekolah dan guru, perkembangan berbagai rasio dan
sebagainya. Tidak/belum pernah sekolah adalah mereka yang tidak pernah atau
belum pernah terdaftar dan tidak pernah atau belum pernah aktif mengikuti
instansi negeri lain maupun instansi swasta, baik pendidikan dasar, menengah
maupun pendidikan tinggi. Bagi mahasiswa yag sedang cuti dianggap masih
34
bersekolah. Tidak bersekolah lagi adalah mereka yang pernah terdaftar mengikuti
pendidikan disuatu jenjang pendidikan formal maupun nonformal, tetapi pada saat
pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak aktif mengikuti pendidikan. Tamat
sekolah adalah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus ujian akhir
pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan formal maupun
tanda tamat belajar/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas
tertinggi tetapi telah mengikuti ujian akhir dan lulus dianggap tamat sekolah.
dengan suatu aksara tertentu. Sekolah adalah lembaga pendidkan formal dimulai
dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Pendidikan yang dicatat adalah
khas Islam pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Aliyah pada
35
4.6. Angkatan Kerja
Sumber utama data ketenaga kerjaan adalah data desa dan data sekunder
yang berasal dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten konawe utara.
Tenaga kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat dibedakan
atas dua kelompok yaitu: 13.1 angktan kerja, adalah penduduk usai 15 tahun ke
atas (penduduk usia kerja) dan mempunyai pekerjaan (bekerja) atau sedang
meliputi penduduk yang sedang bekerja, tetapi juga sementara tidak bekerja
karena suatu sebab, misalnya pegawai yang sedang cuti, petani yang sedang
menunggu panen dan sebagainya. Sedangkan pencari kerja adalah penduduk yang
tidak memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan angkatan kerja seperti
Bukan angjatan kerja, adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya (tidak aktif
secara ekinomis). Penduduk usia kerja adalah yang berumur 15 tahun ke atas,
sedikit 1 secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja
Jumlah jam kerja seluruhnya adalah jumlah jam kerja yang digunakan untuk
bekerja (tidak termasuk jam kerja istirahat, resmi dan jam kerja yang digunakan
36
Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat, bekerja
baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) dalam 1 digit. Status pekerjaan adalah
Pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja, membantu, usaha, untuk
rumah tangga, atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji.
jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (umur 15 tahun ke atas),
tingkat kesempatan kerja (TKK) adalah perbandingan antara penduduk usia kerja
terhadap total penduduk usia kerja yang masuk dalam angkatan kerja.
yang ada pada masyarakat kecamatan lembo, dengan kata lain bahwa mata
sebagai petani, pedagang, dan buruh. Komoditas petani pada umumnya ditanam
37
oleh masyarakat keamatan lembo adalah kacang tanah, ubi, jagung, kelapa,
cengke, durian, merica, jambu mete, berbagai macam sayur-sayuran, dan masih
banyak lagi jenis tanaman lain. Hasil bumi yang dihasilkan oleh para petani tiada
dapat lagi bergantung pada sistem ekonomi subsistem semacam itu. Karena
dan berbagai kebutuhan lainnya yang membutuhkan uang. Oleh karena itu, untuk
Disamping itu, masyarakat yang berpotensi sebagai petani, ada juga yang
berpotensi ganda yaitu sebagai petani dan buruh tani, petani yang merangkap
sebagai buruh tani ini dilakukan untuk menambah pendapatan mereka, disamping
mata pencaharian yang disebut diatas masih ada masyarakat yang bekerja sebagai
jumlah yang paling sedikit dari jumlah yang ada di kecamatan lembo. Dengan
oleh karena itu, ada sebagian masyarakat kecamatan lembo yang merantau ke
masyarakat kecamatan lembo yang berpotensi pada satu bidang, tidak hanya
38
sebagai pedagang, pegawai negeri sipil, maupun buruh tani merupakan profesi
yang minoritas dan tidak hanya mengadalkan satu pekrjaan yang di tekuninya.
daerah transigrasi. Oleh karena itu, kecamatan lembo tidak hanya ditinggali oleh
satu etsi saja. Namun ada berapa etnis yang juga tinggal di daerah ini yaitu etnis
namun masyarakat yang tinggal di daerah ini sangat menjujung tinggi rasa
rolidaritas dan saling menghargai satu sama lain. Toleransi yang terjadi antara
masyarakat tidak hanya dapat di lihat dari bagaimana kompaknya mereka akan
perbedaan etnis.
bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah digunakan saat masyarakat
pada waktu tertentu seperti berkomunikasi dengan masyarakat yang berasal dari
bahasa-bahasa daerah yang ada di kecamatan lembo. Hal ini terjadi karena
satu sama lain. Selain itu, daerah ini tidak dipisahkan berdasarkan etnis menjadi
salah satu faktor pendukung yang kuat, karena semua etnis bergabung dan
bertetangga. Sehingga dapat menjalin silaturahmi yang baik dan dapat saling
menghargai.
39
Sistem pengetahuan masyarakat kecamatan lembo itu mengunakan dua
pola sistem pengetahuan yaitu pola tradisonal (non formal) dan sistem
formal) yang berlaku adalah sistem tertutup. Sistem tertutup yaitu terlihat pada
modern (formal) yang dilakukan secara terbuka dan dilengkapi dengan fasilitas
yang lengkap dalam proses belajar mengajarnya dan melibatkan peran pemerintah
sebagai fasilitatir dan pemegang kebijakan. Di kecamatan lembo itu sendiri masih
banyak tradisi dan budaya yang masih di lestarikan. Salah satunya adalah tradisi
40
BAB V
Utara, Konawe Selatan, Kolaka, Kolaka Timur, Kolaka Utara, dan Kota Kendari
yang mempunyai salah satu bentuk tradisi yang dinamakan Moanggo. Pada
konteks Peneltian ini, peniliti terfokus pada tradisi Moanggo yang dilaksanakan
Konawe utara yang masih mepertahankan budaya dan tradisi Moanggo yang
suku Tolaki.
hingga saat ini dan terus diwariskan secara turun-temurun melalui sistem dalam
tradisi lisan.
tokoh adat Tolaki bernama Ajemain Suruambo sebagai informan pertama dalam
penelitian ini, menyebutkan bahwa tradisi moanggo terbagi atas dua istilah
penyebutan sebagai bagian dari proses tradisi moanggo yaitu moanggo dan anggo,
41
moanggo yang artinya orang yang melantunkan anggo tersebut, dan anggo yang
artinya bentuk asli nyayian rakyat tolaki, moanggo ini termasuk dalam tradisi
lisan/sastra lisan. Anggo terdiri dari berbagai bentuk atau jenis. Setiap jenis
Moanggo ini disesuaikan dengan suasana, tempat, dan hanya dinyayikan pada
Anggo yang demikian ini dilagukan dalam seatu pertemuan dengan seseorang
yang lama dirindukan baik itu pertemuan dengan kekasih, keluarga yang lama
pergi, atau unsur pimpinan Negara yang berkunjung di daerah, yang akan
terbaca dalam susunan syairnya dan tidak terbatas pada waktu pelaksaan serta
kesepakatan. Adapun isi dan arti dari pada teks Anggo Mombeperiri sebagai
berikut:
mbule mendua i wonua miu ee, wowahe’a lahamiu oo mbule ilaka miu i,, yamo
o sakari ia kolupe kami i,, pehawai kami ,,,, ia meeri kami,, hooooooo,, mano
losesee,, poo,, keno tehi-tehiki mano lipa wulako keno tudu wulaki mano tali-
talipo keno tudu tauki oo, mano lai-laipo ano nunulaiki laiki pehawa kami ia
meeri kami i orunggi leu ia mbesaba mendua leu timbahi kami saba kumikiko
mami kaasito toro mami ola mboia mami. (Wawancara tanggal 18 Oktober
42
Artinya: kita ingin supaya dikenangan dalam suasana bagus jika engkau
janganlah engkau lupakan kami ingatlah kami kalaupun tidak sekalipun sehelai
benang berbulan-bulan sekalian pun mengelauarkan bunyi jika bunyi itu uang
rece kalau dia tiap tahun engkau kenang kami sekalipun selembar kain
adat atau diluar prosesi adat atas dasar permintaan masyarakat. Berikut ini,
syair-syair seorang tokoh yang bernama oheo. Tradisi lisan anggo ndula-tula
ini dilaksnakn pada saat kunjungan tamu disitulah seorang pande anggo (orang
43
dimana, didalam anggo tersebut terdapat kesan/pesan yang berisi puji-pujian,
sanjungan, nasehat.
merasa terhibur dan senang dikarena kan, lantunan syair-syair nggo ini yang
bigitu indah terdengar pada masyarakat, sehingga tradisi ini banyak yang
dalam setiap bait yang dilantunkan oleh pande anggo(orang yang pandai
dalam penururannya. Didalam anggo ndula-tula itu sendiri terdapat dua sub
kata yaitu ndula dan tula, ndula artinya penuturan kisah dan tula artinya
anggo) dan orang yang mau di anggokan karna tugas dari seorang pande anggo
kepada setiap orang. Sebelunya anggo ndula-tula ini dilakukan, terlibih dahulu
seorang pande anggo (orang yang pandai dalam melantunkan anggo) harus
menyiapkakan naskah, suara dan nafas. Tradisi lisan anggo ndula-tula yang
samapai saat ini masih tetap eksis dan terlestarikan dikalangan masyarakat
44
Moanggo adalah menyanyikan salah satu anggo yang mempunyai ciri
khalayak ramai dalam masyarakat Tolaki dan dilantunkan oleh pande anggo
tula konawe yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini, pande anggo
dituntut harus sangat mengetahui tentang sejarah atau tula-tula dan peristiwa
dasar juga masih diajarkan, dan anggo ndula-tula jg bisa dilantunkan pada saat
suasana sepi atau dalam keadan sendiri, adapun lantunan tradisi lisan moanggo
45
Menceritakan tula-tula, ini tentang tanah di Unaaha yang memang
dulunya terpasang tanah mokole yang dinamakan anakia. Wefitiri dori juga
digantikan oleh mereka beberapa orang sampai pada o’ nggabo, o nggabo ini
adalah manusia sakti yang menyusuri suangi konawe aha ssketika tiba disanua
wuta lalu datanglah tersangkut sehelai rambut dikakinya lalu dia ambil dia
gulung sebesar jeruk nipis lalu berkata lagi dalam hatinya bahwa di atas sungai,
di hulu sungai pasti ada kehidupan lalu dia menyusuri disitulah dia liat
punah, karena dihabiskan biawak raksasa dan kerbau berkepala dua. Kisihnya
yang membunuh biawak dan kerbau tersebut ialah bernama latuanda, penduduk
jika masih ada manusia sisa dari biawak raksasa dan kerbau berkepala dua itu.
46
demikian karena ia sudah tidak punya ibu dan ayah. Dinamakannya Kambuka
dimakan biawak raksasa dan kerbau. Sebelum Elu mnjadi gadis, ia selalu
mandi dirumah. Tapi setelah ia menjadi gadis maka biasalah ia pergi mandi
disungai. Maka selulah rambutnya tercabut dan dibawa air. Ketika o Nggabo
betisnya.
bambu yang baru saja dipotong orang. Berkatalah dalam hatinya, tidak benar
manusia telah punah. Sebab terdapat bambu yang baru saja dipotong dan
bahwa gadis cantik yang tinggal disuatu desa hulun sungai. Akhirnya o Nggabo
kedarat dan terus mengikuti jalan menuju rumah Latuanda. Tibalah o nggabo
dirumah Latuanda, dan segera ia di tempat orang menumbuk padi, lalu duduk
47
ruamh. Di lihatnya ada orang sedang duduk di bawah. Terpernajat Latuanda
apa-apa. Akhirnya Latuanda menjadi lelah sendiri dan ia diam. Lalu ia pergi
dari mana datangnya dan apa maksund perjalanannya. Berkata o Nggabo, “aku
dalam perjalanan mengelilingi negeri, karena telah terkabar telah tiada manusia
aku sendirian ini, telah dihabiskan biawak raksasa san kerbau berkepala dua.”
Berkata lagi o Nggabo. “tidaklah benar bahwa sisa engkaulah penghuni rumah,
wahai engkau orang pendatang.” Aku mempunyai dua orang gadis. Sesorang
anakku sendiri dan seorang anak piaraanku yang bernama Elu Kambuka
Penglihatannya Latuanda orang yang datang itu sungguh bersar tubuhnya lalu
kerbau untuk lauknya. Tetapi o Nggabo hanya makan segenggam nasi dan
48
Karembutano. Keturan o Ngaabo dan Elu inilah yang kemudian menjadi nenek
moyang dari raja-raja di Konawe hingga hari ini. Sebab Elu ini adalah turunan
bangsawan asal dari Wekoila. Sedangkan turunan dari putri Latuanda sendiri
adalah suatu cerita rakyat yang diceritakan oleh orang tua kepada anaknya
tentang tanah di Unaaha yang dulunya dihuni oleh kerajaan bernama Anakia
yang terakhir kalinnya menduduki kerajaan mokole, cerita rakyat ini masih
pertama dalam bentuk tidak melalui suatu prosesi adat dan melalui proses salah
satu tradisi adat. Dalam pelaksanaan yang tidak melalui prosesi adat, Moanggo
saksama isi dari anggo tersebut. Adapun isi anggo yang dilantunkan tersebut
yakni:
49
tepase newonua tebawo e olipu wekokarama niwanguno sangia
pinotorono mokole hoo,, kaasi deela o lala iyeke’i o moekorongge
nilimbano o, mana pelakoako ano e paliama holilino lamoa leu-leulu
dunia e nokaduto menggauno e manasa mbu’upu o, ino tula-tula no e
tula-tula kondu’uma e tula-tula ngadadia a pesaru manasa no
lilinggorono lipu wotu hende tadeno wonua a lipu i’konawe wonua
i’una’aha.
menjelaskan arti anggo tersebut yang berisi silsilah Kerajaan Konawe serta
pihak pendengar dipersilahkan untuk bertanya secara lebih mendetail, apa yang
menjadi intisari anggo tersebut dan sekaligus meminta agar pande anggo untuk
diterapkan oleh pande anggo di wilayah Kecamatan Lembo yakni, harus fasih
berbahasa Tolaki dan mengetahui minimal arti dan pemaknaan kata dalam
dalam lantunan anggo ndula-tula pada zaman dulu dan masa kini, yaitu pada
masa kini, kata yang digunakan cenderung menyesuaikan kata yang familiar
sehari-hari digunakan masyarakat Tolaki di masa kini yang sangat jauh berbeda
dengan kata yang digun akan pande anggo pada zaman dulu yang cenderung
bersifat eksklusif, sebagai contoh kata manasa yang pemaknaannya pada masa
kini tidak diketahui secara umum oleh sebagian besar masyarakat Tolaki.
50
oleh masyarakat sekitar, dan mempersilahkan pihak pendengar untuk bertanya
dan Pande anggo akan menjelaskan secara menyeluruh isi dari anggo tersebut.
prosesi adat maupun permintaan masyarakat tanpa dibatasi oleh waktu dan
Hoooo,,, tudupo popodei sala nebirimu turu tumai birimu au poko meamboi o
yang bertempat di unaaha yang di diami dann diduduki oleh raja-raja yang
mbena ee, no ari i bunguno hende-hende ana sangia ano wowahe mekiki
sombasangi
51
Artinya: seorang gadis memakai bedak tapi bedak yang ia pakai itu luntur
kemudian lipstik yang ia pakai juga ikut luntur dari belakang kelihatan seperti
e. anggo mbobue osara artinya syair ketika selesai dalam perhilatan adat. Dan
keku honggoaako aku kulata ako ee takuongo meruhu aku berekeke oo taku
onggo morunggu bake oo meo haki waleka oee akiki monapa ee, aki morini ee
kehumulako.
Artinya: kita akan angkat adat dri keturun saya mengadatkan dan di adatkan
saya tidak akan kualat akan panjang umur kita akan dingin dan sejuk
52
5.2. Bentuk pewarisan tradisi lisan moanggo ndula-tula
5.2.1. Perlindungan
a. Inventarisasi
dokumen atas penuturan narasumber. Dalam hal ini tidak terdapat naskah
B. Pengamanan
tradisi Moanggo ini lebih kepekaan dan kesadaran Pande Anggo dalam
lalu diajarkan karena generasi muda saat ini sudah tidak mengetahui lagi
akan keberadaan tradisi lisan moanggo. untuk itu, seorang pande anggo
53
harus menyusun syairnya lalu memanggil dan mengumpulkan para
generasi mudah untuk belajar tentang tradisi lisan moanggo, dan seorang
dan perlu ditulis, perlu adanya auduvisual agar tradisi ini tetap eksis dan
Yaitu perlu kita mengajarkan kepada anak, cucu kita karena kalau sudah
tidak ada lagi yang mengetahui akan keberadaan tradisi lisan moanggo,
maka tradisi lisan moanggo ini kedepannya akan punah dan tidak di
tradisi lisan moanggo ini harus tetatap berkelanjutan pada anak cucu kita
54
atau dengan generasi mudah. Yaitu dengan cara kita melantunkan syair-
harus ditentukan kepada siapa tradisi lisan moanggo ini akan di wariskan.
Karena dalam pewarisan tradisi lisan moanggo ini, seorang pande anggo
(orang yang pandai melantunkan anggo) tidak bisa berpihak kesatu orang
saja Tetapi ini bersifat umum kepada siapa saja bisa diwariskan asalkan
niat dan tujuan itu benar-benar mau mempelajari tradisi lissan moango
“Pande anggo okino tulei momile teaso ndono ika ngo-ngo pinokondau
akono tradisi moanggo karena inono sifano mbera-bera ika tono dadi’i
nopokondau’i iro asala no sasawutu’unoki mepookondau ke” wawancara
29 mei 2021).
Artinya:
bisa memilih atau menunjuk satu orang saja karena sistem pawarisannya
ini bersifat umum, jadi siapun itu bisa kita ajarkan tradisi lisan maonggo
55
dia tekuni dan betul-betul mau mempelajarinya” (wawancara 29 mei
2021)
dipilih oleh satu orang saja karena ini bersifat umum, jadi siapun itu bisa
kita ajarkan tradisi ini kepada generasi kita yang terpenting dia hurus
tradisi lisan manggo. hal yang akan di lakukan seorang pande anggo
yaitu, mengajarkan kepada anak-anak atau generasi kita saat ini, biak di
ini diajarkan kepada anak-anak kita terlebih dahulu seorang pande anggo
Anggo, karena secara struktur terdapat kewajiban bagi Pande Anggo untuk
56
Pada lingkup masyarakat, sarana pewarisan lebih mengarah kapada
tidak terdapat pengajaran Moanggo sebagai salah satu materi dalam kelas.
Selanjutnya tidak ada upaya sarana pewarisan melalui media massa, baik
57
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
mbesadalo (5) anggo mbobue osara. Bentuk pelaksanaan dan waktu Moaggo
ini tidak hanya digunakan dalam prosesi adat seperi tetapi diluar prosesi adat
Pande Anggo dan sistem pengamanan melalui sistem pewarisan dan upaya
Kerjasama antara masyarakat dan Pande Anggo, serta tradisi Moanggo tidak
6.2 Saran
tradisi lisan moanggo dan sistem pewarisan tradisi lisan moanggo pada
58
2. Hasil penelitian bagaimana bentuk-bentuk pelaksanaan dan sistem pewarisan
tradisi lisan moanggo pada masyarakat tolaki dapat dijadikan sebagai acuan
masyarakat Tolaki.
59
DAFTAR PUSTAKA
Asnawati, Evang. 2018. Bentuk makna, dan fungsi moanggo (nyanyian rakyat
Masyarakat Tolaki) Jurnal Akrab juara Volume 3
Dini Ardium 2017. Fungsi Dan Makna Ritual Kaghotino Isa Kecamatan Duruka
Kabupaten Muna. Skripsi Universitas Halu Oleo
Fahriat, iIsra. 2019, berbalaspantun dalam adat perkawinan di desa muka sungai
kukruk kecamatan seruway kabupaten acehtamiang, program
pascasarjana institut seni Indonesia Yogyakarta
Idaman (2017) Nilai dan makna Monaggo pada orang Tolaki Sulawesi Tenggara.
Jurnal uin-alauddin Vol 6, No 1
Putri Nadia, (2016). Judul analisis pantun pada Tradisi makan nasi hadap-
hadapan Adat pesisir di Kecamatan Tanjung Balai selatan Kota Tanjung
Kalai
Suharto, Edi. 2006. Membangun masyarakat memperdayakan rakyat. Bandung:
PT RefikaAditama
60
Shadily, Hasan, (1984), Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta.
61
LAMPIRAN
62
PEDOMAN WAWANCARA
4. Apakah ada media yang digunakan pada saat pelaksanaan tradisi lisan
Moanggo ndula-tula?
6. Apakah ada waktu yang ditentukan oleh pande anggo dalam pelaksanaan
7. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam proses pelaksanaan tradisi lisan Moanggo
ndula-tula?
10. Kesan-kesan apa saja yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi lisan
Moango ndula-tula?
12. bagaimana cara pande anggo mewariskan tradisi lisan moanggo ndula-tula
13. bagaimana rencana pande ango kedepannya agar tradisi lisan moanggo ndula-
14. apakah ada orang khusus yang dipilih oleh pande anggo untuk mewariskan
63
DAFTAR INFORMAN
Umur : 50 tahun
2. Nama : M.Arif.L
Umur : 58 Tahun
3. Nama : Mariama
Umur : 64 Tahun
Pekerjaan : Petani
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Petani
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
64
GLOSARIUM
tebawo : tersebar
65
Gambar 1foto bersama mariama ( 64 ) warga masyarakat Kecamatan lembo
66
Gamabar 3 bersama Bese Muda (68) warga Kecamatan Lembo
67
Gambar 5 bersama bapak Ajmain suruambo (50) Lurah meluhu
68