Anda di halaman 1dari 6

SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

Struktur dan Fungsi Pantun Pembuka


dan Penutup Majlis dalam Adat Melayu

Zia Hisni Mubarak

Universitas Putera Batam, Batam

Zia.Hisni@puterabatam.ac.id.

Abstract
The purpose of this research is to see the structure and function of the opening and closing pantun
majlis. This research is a literature review that examines data from the available literature. To analyze
pantun, several processes are carried out, such as reading and analyzing the structure and function
of pantun. The data are then described qualitatively and interpreted into an understanding of the
cultural values of the Malay which are full of moral messages. The data consisted of 16 pantun, 7
opening rhymes and 9 closing majlis. The results showed that the structure of the opening and
closing of the majlis rhymes was cross rhymes a-b-a-b consisting of 4 lines where the 2 lines at the
beginning were sampiran and the last 2 lines were the contents of the pantun. Each line consists of
3 to 6 words with syllables consisting of 8 to 12 syllables, but there is one pantun content that has
18 syllables. Meanwhile, the values of local wisdom found are based on the function of the pantun
which consists of 5 main functions, namely didactive, aesthetic, morality, recreation and religious
functions.
Keywords: Pantun Structure; Pantun Function; Pantun of Opening and Closing Majlis.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat struktur dan fungsi pantun pembuka dan penutup
majlis. Penelitian ini merupakan suatu kajian pustaka yang mengkaji data dari literatur yang sudah
tersedia. Untuk menganalisis pantun dilakukan beberapa proses seperti membaca dan melakukan
analisis pada struktur dan fungsi pantun. Data kemudian dideskripsikan secara kualitatif dan
diinterpretasikan ke dalam pemahaman nilai kebudayaan suku Melayu yang sarat dengan pesan
moral. Data terdiri dari 16 pantun, 7 pantun pembuka dan 9 pantun penutup majlis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa struktur pantun pembuka dan penutup majlis adalah berima silang a-b-a-b yang
terdiri atas 4 baris dimana 2 baris di awal merupakan sampiran dan 2 baris di akhir merupakan isi
pantun. Masing-masing baris terdiri dari 3 sampai 6 kata dengan suku kata yang terdiri dari 8 hingga
12 suku kata, namun ada satu isi pantun yang memiliki 18 suku kata. Sedangkan nilai-nilai kearifan
lokal yang ditemukan adalah berdasarkan fungsi pantun tersebut yang terdiri dari 5 fungsi utama
yaitu fungsi didaktif, estetis, moralitas, rekreatif dan religious .
Kata Kunci: Struktur Pantun; Fungsi Pantun; Pantun Pembuka dan Penutup Majlis.

1. Pendahuluan Pantun awal mulanya merupakan ajang


Budaya dan bahasa adalah dua hal yang dalam menyampaikan pesan moral dan etika
saling berkaitan dimana keduanya menjadi dalam kehidupan yang diberikan oleh para
sebuah kesatuan yang komplit dan menarik leluhur kepada generasi penerus. Sehingga
untuk ditelaah lebih dalam. Penelitian ini pantun diciptakan secara spontan tanpa
berangkat dari sebuah kebudayaan yang dituliskan dan menunjukkan tingkat kecerdasan
berkembang dari sebuah kebiasaan turun dan kreatifitas yang luar biasa dari penulisnya.
menurun masyarakat adat Melayu yang Pantun diwariskan secara turun temurun hanya
melibatkan pemakaian bahasa di dalamnya. melalui lisan saja. Hingga saat ini, pantun yang
Adalah pantun sebagai salah satu ciri khas beredar di masyarakat sudah banyak yang
kebudayaan suku Melayu dari dahulu kala yang dituliskan kembali guna melestarikan eksistensi
dituturkan dalam bahasa yang mudah dipahami pantun-pantun tersebut. Jika dilihat dari
oleh khalayak ramai. Pantun awal mulanya bentuknya, pantun bercirikan dua hal yaitu
adalah senandung yang dinyanyikan dalam adanya sampiran dan isi. Pantun bersajakan a-
bahasa pergaulan dan seringkali digunakan b-a-b yang satu baitnya terdiri dari empat larik
sebagai ajang untuk memberikan sindiran dan dimana dua larik pertama berisikan sampiran
nasihat kehidupan. dan dua larik berikutnya adalah isi. Pada
pantun Melayu secara khusus, sampiran

169
SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

berfungsi untuk mengantarkan dan juga akan punah seiring perkembangan zaman.
menegaskan isi walau tanpa ada keterkaitan Melalui kajian ini, peneliti ingin memberikan
logis antara keduanya sama sekali (Tafifin, sumbangsih terhadap warisan kebudayaan
2015). Melayu dalam menjaga eksistensinya.
Tradisi berpantun bagi masyarakat suku Penelitian ini diharapkan memberikan
Melayu merupakan suatu tradisi turun temurun kesadaran bagi generasi muda untuk
yang telah bertahan lama dari zaman dahulu mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dan
kala. Namun, dengan masuknya zaman moral yang ada pada pantun. Penelitian ini
globalisasi, bukan tidak mungkin tradisi yang fokus kepada struktur dan fungsi pantun
tadinya dipegang kokoh oleh masyarakatnya pembuka dan penutup majlis adat Melayu.
berbalik keadaan, menjadi terlupakan oleh
maraknya perkembangan teknologi dan 2. Kajian Literatur
informasi yang ada. Sehingga menjadi Makna Pantun
kekhawatiran tersendiri bahwa generasi muda Pantun merupakan jenis puisi lama yang
para penerus perjuangan bangsa yang dikenal luas di Nusantara. Pantun merupakan
majemuk ini, terutama generasi muda pada tradisi lisan serumpun yang dikenal dalam
suku Melayu akan lupa terhadap budaya berbagai bahasa Nusantara misalnya di
mereka berpantun yang menggiring Minangkabau pantun dikenal dengan istilah
kebudayaan tersebut di ambang kepunahan. patutun yang artinya petuntun. Dalam bahasa
Seperti yang digambarkan dalam sebuah daerah lainnya seperti bahasa Jawa dikenal
penelitian bahwa pantun badondong dengan istilah parikan dan paparikan dalam
masyarakat desa Tanjung Bungo Kecamatan bahasa Sunda serta umpasa dalam bahasa
Kampar Timur Kabupaten Kampar sudah Batak (Pangesti, 2014).
banyak ditinggalkan kaum mudanya. Kata pantun mengandung arti sebagai,
Badondong dilaksanakan ketika mereka gotong seperti, ibarat, umpama, atau laksana.
royong ke sawah atau dikenal dengan istilah Misalkan pada ucapan “Sepantun labah-labah,
batobo, mencari kayu api ke rimba atau meramu dalam badan sendiri”. Kata sepantun
mangonok, dan lain sebagainya. Badondong pada kalimat tersebut mengandung arti yang
adalah pantun yang didendangkan oleh warga sama seperti yang telah disebutkan. Pantun
desa Tanjung Bungo. Budaya pantun ini lahir jelas adalah sebagai sebuah wacana yang
secara turun temurun melalui berbagai dibangun atas dua wacana, yaitu wacana lisan
generasi, hingga pada saat ini dimana generasi pada sampiran dan wacana tulis pada isi.
muda menghadapi era globalisasi, maka tidak Dengan demikian, pantun yang nampaknya
menutup kemungkinan budaya tersebut sederhana justru sangat kaya sekali akan
tergerus zaman (Neldawati, Ermanto, & Juita, makna. Ia laksana kehidupan manusia yang
2015). tidak dapat melepaskan dirinya dari kedua
Pantun juga sering digunakan oleh pejabat wacana lisan dan tulis (Andriani, 2012).
publik terutama di Kepulauan Riau sebagai Pantun merupakan jenis karya sastra yang
salah satu upaya untuk melestarikan memiliki nilai kebudayaan dan menuntut
kebudayaan setempat. Walikota Batam pada kreatifitas yang tinggi serta kepiawaian dalam
suatu acara Kenduri Seni Melayu di tahun 2018 berbahasa. Pantun adalah sastra lisan yang
silam, mengucapkan pantun pembuka majlis diciptakan oleh kejeniusan para leluhur dalam
yaitu: menciptakan indahnya rima yang bersajak
silang Pantun dapat dikatakan sebagai
“Tanjaklah hitam berhias bintang. Hendak representasi majunya kebudayaan Melayu
disusun tampak berseri. Jayalah Batam dikala itu, namun keberadaanya tidak akan
Kepri gemilang. Budaya Serumpun bertahan jika saja pada masa penjajahan
Satukan Kami.” dahulu tidak dibuatkan manuskrip-manuskrip
pantun dari berbagai wilayah Nusantara. (Murti,
Dari pantun tersebut nampaklah bahwa ada 2017).
harapan tersirat yang berisikan pesan moral Dengan adanya manuskrip pantun, siapa
dimana persatuan budaya serumpun dapat saja yang tertarik untuk mempelajarinya
memajukan Batam dan Kepulauan Riau secara memiliki akses yang luas untuk memahami
umum. Pantun ini dilantunkan Walikota Batam nilai-nilai moral pada pantun. Sebagai sebuah
sebagai harapan yang besar untuk karya sastra, pantun dapat membantu proses
melestarikan kebudayaan seni Melayu (Dedy, pendidikan karakter. Nilai-nilai yang ada dapat
2018). diterapkan dalam mendidik generasi muda
Berangkat dari fenomena yang ada, pantun penerus bangsa. Dengan mengajarkan karya
sedang menghadapi pesatnya perkembangan sastra juga akan membantu pemahaman yang
zaman modern yang tidak menutup baik, apresiasi terhadap kebudayaan dan
kemungkinan kebudayaan ini lama kelamaan

170
SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

ideologi yang terdapat dalam karya sastra dalam penelitian ini merupakan sebuah dasar
tersebut (Musthafa, 2014; Novianti, 2016). dalam melaksanakan suatu kajian pustaka
yang berorientasi kepada keadaan yang
Struktur dan Fungsi Pantun sebenarnya.
Jika dilihat dari strukturnya, maka pantun Penelitian kualitatif memiliki konsep
memiliki struktur rima silang a-b-a-b yang terdiri tersendiri dalam hal populasi dan sampel yang
dari empat baris yang setiap barisnya bisa disebut dengan subjek penelitian. Konsep
terdiri dari delapan hingga dua belas suku kata. subjek penelitian terkait dengan apa atau siapa
Pantun mementingkan rima silang dimana akhir yang sedang diteliti (Satori & Komariah, 2011).
bunyi dari baris pertama harus sama dengan Subyek penelitian ini adalah pantun pembuka
baris ke-tiga dan baris ke-dua dengan baris ke- dan penutup majlis. Peneliti memilih beberapa
empat. Dua baris pertama pantun disebut pantun yang sering dipakai dalam membuka
dengan sampiran dan dua baris berikutnya dan menutup acara sebagai data penelitian.
disebut dengan isi pantun. Antara sampiran dan Untuk menganalisis pantun dilakukan beberapa
isi pantun tidak memiliki hubungan makna proses seperti membaca dan melakukan
sama sekali, dimana diawal disebutkan bahwa analisis pada struktur dan fungsi pantun.
pantun lebih mementingkan rima dengan bunyi Analisis data dilakukan secara deskriptif. Dalam
yang sama, maka keterkaitan antara sampiran menganalisis data kualitatif, peneliti
dan isi tidaklah menjadi persoalan (Andriani, mengimplementasikan beberapa langkah yang
2012; Murti, 2017). diadaptasi dari Gay et al., (2009) seperti;
Pantun juga memiliki fungsi dan tujuan yang pengelolaan data, membaca data,
dapat dijabarkan sebagai nilai-nilai kebudayaan menggambarkan, mengklasifikasi, dan
yang bersifat kearifan lokal sebagai alat menafsirkan.
pergaulan, penyampai nasehat, hiburan dan
media pendidikan. (Chaer, 2005). Sedangkan 4. Hasil dan Pembahasan
Sadikin (2010) dan Sukmawan (2015) Penelitian ini memberikan analisis terhadap
menjabarkan beberapa fungsi pantun yang struktur dan fungsi pantun pembuka dan
serupa dengan fungsi sastra seperti fungsi penutup majlis. Pantun yang menjadi objek
didaktif, estetis, moralitas, rekreatif dan religius. analisis adalah 7 pantun pembuka majlis yang
Kelima fungsi ini kemudian dapat di beri kode BM (buka majlis) dan 9 pantun
diejahwantakan ke dalam nilai-nilai kearifan penutup majlis yang diberi kode TM (tutup
lokal suatu kebudayaan. majlis). Adapun yang dibahas pada bagian ini
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan adalah masing-masing 3 pantun pembuka dan
adalah hal yang sangat penting mengingat penutup majlis.
pemahaman dan orientasi nilai budaya
terhadap perilaku masyarakatnya dan sistem Struktur Pantun Pembuka Majlis
pendidikan yang digunakan untuk Data pertama yang dianalisis pada pantun
menyampaikan nilai budaya tersebut. Sistem pembuka majlis adalah pantun yang disebutkan
nilai budaya ini merupakan rangkaian abstrak di bawah ini:
dalam masyarakat mengenai apa yang
dianggap penting dan berharga, bahkan Melati kuntum tumbuh melata,
kebalikannya. Sistem nilai budaya ini menjadi Sayang merbah di pohon cemara;
pedoman bagi masyarakat untuk menanamkan Assalammualaikum mulanya kata,
perilaku yang baik berakar dari kebudayaan itu Saya sembah pembuka bicara. (BM1)
sendiri (Muslimah, 2013). Nilai-nilai yang ada
dalam suatu kebudayaan dapat menjadi Pada pantun BM1 di atas, rima yang dimiliki
sebuah kearifan lokal dari daerah tersebut. adalah rima silang a-b-a-b walaupun semua
akhir katanya adalah a, namun rimanya adalah
3. Metode Penelitian ta-ra-ta-ra. Pada baris pertama terdapat 4 kata
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan 10 suku kata. Di baris ke-dua terdiri
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. atas 5 kata dan 10 suku kata. Pada baris ke-
Pada prinsipnya, penelitian ini menjelaskan tiga terdapat 3 kata dengan 12 suku kata. Pada
tentang fakta yang terjadi sekarang (Arikunto, akhir baris atau baris ke-empat terdiri dari 4
2010). Sebagaimana didukung oleh Gay, Mills, kata dengan 10 suku kata. Dua baris pertama
& Airasian (2009) bahwa pendekatan kualitatif merupakan sampiran dan dua baris berikutnya
dalam penelitian ini berusaha menggali secara merupakan isi pantun.
mendalam temuan penelitian untuk Selanjutnya pada pantun ke-dua terdiri dari
memperoleh pemahaman tentang berbagai hal 4 baris yang masih menggunakan rima silang
sebagaimana adanya. Dengan demikian dapat a-b-a-b yaitu ri-di-ri-di. Adapun pantun tersebut
disimpulkan bahwa penyajian fakta yang adalah seperti yang dituliskan di bawah ini:
menggambarkan hal-hal sebagaimana adanya
171
SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

Ingin rasa memakan kari, tersebut adalah seperti yang dituliskan di


Kari cendawan batang keladi; bawah ini:
Girang rasa tidak terperi,
Bertemu tuan yang baik budi. (BM2) Bunga dedap di atas para,
Anak dusun pasang pelita;
Dua baris pertama pantun BM2 tersebut Kalau tersilap tutur bicara,
merupakan sampiran dan dua baris terakhir Jemari disusun maaf dipinta. (TM2)
merupakan isi dari pantun tersebut. Baris
pertama terdiri dari 4 kata dengan 9 suku kata Dua baris pertama pantun TM2 tersebut
dan baris ke-dua terdiri dari 4 kata dengan 10 merupakan sampiran dan dua baris terakhir
suku kata. Sedangkan pada bagian isi pantun, merupakan isi dari pantun tersebut. Baris
baris ke-tiga terdiri dari 4 kata dengan 9 suku pertama terdiri dari 5 kata dengan 9 suku kata
kata dan baris terakhir dengan 5 kata yang dan baris ke-dua terdiri dari 4 kata dengan 9
terdiri dari 10 suku kata. suku kata. Sedangkan pada bagian isi pantun,
Pantun yang menjadi data ke-tiga dalam baris ke-tiga dan ke-empat terdiri dari 4 kata
pantun pembuka majlis adalah pantun yang dengan 10 suku kata pada baris ke-tiga dan
masih terdiri dari 4 baris dengan dua baris baris terakhir terdiri dari 11 suku kata.
pertama sebagai sampiran dan dua baris Pantun yang menjadi data ke-tiga dalam
terakhir sebagai isi pantun. Pantun tersebut pantun penutup majlis adalah pantun yang
adalah: masih terdiri dari 4 baris dengan dua baris
pertama sebagai sampiran dan dua baris
Mencari timba si anak dara, terakhir sebagai isi pantun. Pantun tersebut
Di bawah sarang burung tempua; adalah:
Salam sembah pembuka bicara,
Selamat datang untuk semua. (BM3) Pohon berangan tempat bertemu,
Girangnya rasa si anak dara;
Pada pantun BM3 di atas, rima pantun tersebut Baliklah tuan membawa ilmu,
adalah rima silang a-b-a-b yaitu ra-ua-ra-ua. Binalah bangsa bangunkan negara. (TM3)
Dalam sampiran di dua baris pertama, peneliti
mendapatkan masing-masing 5 kata dan 10 Pada pantun TM3 di atas, rima pantun tersebut
suku kata pada baris pertama dan baris ke-dua. adalah rima silang a-b-a-b yaitu mu- ra -mu- ra.
Pada bagian isi pantun yaitu pada baris ke-tiga Dalam sampiran di dua baris pertama, peneliti
dan ke-empat, didapatkan masing-masing 4 mendapatkan masing-masing 4 kata pada baris
kata dengan 10 suku kata. pertama dan 5 kata pada baris ke-dua. Pada
baris pertama dan ke-dua terdiri dari 10 suku
Struktur Pantun Penutup Majlis kata. Pada bagian isi pantun yaitu pada baris
Tidak jauh berbeda dengan pantun ke-tiga dan ke-empat, didapatkan masing-
pembuka majlis yang sudah dianalisis terlebih masing 4 kata dengan 10 suku kata pada baris
dahulu, pada pantun penutup majlis inipun data ke-tiga dan 11 suku kata di baris ke-empat.
yang dianalisis sebanyak 9 pantun yang
menunjukkan cara menutup majlis. Data Fungsi Didaktif
pertama dari pantun penutup majlis dapat Pada data BM1, dua baris sampiran
dilihat pada pantun di bawah ini. berbicara tentang alam yang disimbolkan
dengan tumbuhan seperti melati dan cemara.
Banyak keluk ke penarik, Disini terlihat bahwa hubungan manusia
Keluk tumbuh pohon kuini; dengan alam yang harmonis tergambar dalam
Nan elok bawalah balik, sampiran tersebut yaitu; Melati kuntum tumbuh
Nan tak elok tinggallah di sini. (TM1) melata, Sayang merbah di pohon cemara.
Sedangkan pada isi pantun, terdapat nilai moral
Pada pantun TM1 di atas, rima yang dimiliki agama dimana ketika akan menyapa khalayak
adalah rima silang a-b-a-b yaitu ik-ni-ik-ni. Pada ramai maka sepatutnya memberikan salam
baris pertama dan ke-dua terdapat 4 kata keselamatan seperti yang tergambar pada
dengan 8 suku kata di baris pertama dan 9 suku baris ke-tiga dan ke-empat yaitu;
kata di baris ke-dua. Pada baris ke-tiga terdapat Assalammualaikum mulanya kata, Saya
4 kata dengan 8 suku kata. Pada akhir baris sembah pembuka bicara. Disini kita kemudian
terdiri dari 6 kata dengan 10 suku kata. Dua dapat melihat bahwa pembaca diajarkan untuk
baris pertama merupakan sampiran dan dua selalu memperhatikan keseimbangan alam dan
baris berikutnya merupakan isi pantun. mengucap salam keselamatan sebelum
Selanjutnya pada pantun ke-dua terdiri dari memulai perkataan dalam berbagai
4 baris yang masih menggunakan rima silang kesempatan.
a-b-a-b yaitu ra-ta-ra-ta. Adapun pantun
172
SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

Pada data BM2, kedua baris sampiran sembah pembuka bicara dan isi pantun BM3
tersebut berbicara tentang hakikat karya adalah Salam sembah pembuka bicara,
manusia dan hubungannya dengan alam Selamat datang untuk semua. Selanjutnya
dimana kata kari merupakan hasil dari pada isi pantun BM2 yaitu; Girang rasa tidak
kebudayaan manusia yang diolah dari alam terperi, Bertemu tuan yang baik budi. Pada isi
yang disimbolkan dengan tumbuhan keladi. pantun tersebut memberikan nilai moral untuk
Kedua sampiran yang dimaksud adalah; Ingin dapat memuji orang lain.
rasa memakan kari, Kari cendawan batang Contoh selanjutnya dapat dilihat pada isi
keladi. Kemudian pada bagian isi pantun yang pantun penutup majlis TM1 yaitu Nan elok
berisi; Girang rasa tidak terperi, Bertemu tuan bawalah balik, Nan tak elok tinggallah di sini.
yang baik budi, merupakan pesan yang ingin Dari isi pantun tersebut dapat kita ketahui
disampaikan kepada pembaca yaitu berupa bahwa nilai moral yang diajarkan adalah bentuk
nilai moral yang menuntun pembaca agar kerendahan hati. Selanjutnya nilai moral yang
menjadi orang yang memiliki budi yang baik. diajarkan adalah berjiwa besar dalam meminta
Pada pantun BM2 dapat kita temukan bahwa maaf apabila bersalah. Nilai moral ini dapat kita
pembaca diajak untuk dapat menghasilkan lihat dari isi pantun TM2, yaitu seperti Kalau
karya dengan menaklukkan alam dan tersilap tutur bicara, Jemari disusun maaf
memberikan pesan moral agar dapat memiliki dipinta. Pada isi pantun TM3, kita dapat
budi yang baik. mengetahui nilai moral yang diajarkan dalam isi
Pada pantun penutup majlis dengan kode pantun tersebut berupa berharap baik kepada
TM1, kedua baris sampiran tersebut berbicara seseorang atau berbaik sangka. Adapun isi
tentang hakikat manusia dengan alam dimana pantun tersebut berbunyi Baliklah tuan
kata pohon kuini merupakan representasi dari membawa ilmu, Binalah bangsa bangunkan
alam. Kedua sampiran yang dimaksud adalah; Negara.
Banyak keluk ke penarik, Keluk tumbuh pohon
kuini. Kemudian pada bagian isi pantun yang Fungsi Rekreatif
berisi; Nan elok bawalah balik, Nan tak elok Dari pantun pembuka dan penutup majlis
tinggallah di sini, merupakan pesan yang ingin yang menjadi data penelitian ini, maka peneliti
disampaikan kepada pembaca yaitu berupa melihat ada satu buah pantun yang paling baik
nilai moral yang menuntun pembaca agar dalam merepresentasikan fungsi rekreatif ini
menjadi orang yang arif dan bijak dalam yaitu pantu TM9 seperti yang tersebut di bawah
mengambil keputusan. Pada pantun TM1 dapat ini:
kita temukan bahwa pembaca diajak untuk
dapat membedakan yang baik dan benar serta Pak Topik menjahitnya kopiah,
memberikan pesan moral agar dapat bijak Kopiah dijahit Beldu yang utuh
dalam melihat baik dan buruk. Wabillahi taufik walhidayah,
Pada pantun penutup majlis dengan kode Wassalamu’alaikum warahmatullahi
TM2, kedua baris sampiran tersebut berbicara wabarakatuh
tentang hakikat kehidupan manusia dengan
alam dimana kata Bunga dedap merupakan Pantun di atas cukup menggelitik dikarenakan
representasi dari alam. Kedua sampiran yang penggunaan nama orang yaitu Pak Topik. Bagi
dimaksud adalah; Bunga dedap di atas para, pembaca atau pendengar yang bernama Topik
Anak dusun pasang pelita. Kemudian pada atau memiliki saudara, teman, keluarga,
bagian isi pantun yang berisi; Kalau tersilap kenalan dan lain sebagainya, maka mereka
tutur bicara, Jemari disusun maaf dipinta, akan menganggap pantun ini sangat
merupakan pesan yang ingin disampaikan menghibur. Karena nama Topik pada sampiran
kepada pembaca yaitu berupa nilai moral yang berkaitan erat dengan kata taufik pada isi
menuntun pembaca agar menjadi orang yang pantun yang merupakan bagian dari ungkapan
berjiwa besar dalam meminta maaf jika berbuat doa yang disampaikan oleh pembicara.
salah. Pada pantun TM2 dapat kita temukan
bahwa pembaca diajak untuk dapat melihat Fungsi Religius
alam sekitar dan memberikan pesan moral agar Fungsi religius adalah fungsi yang berupa
dapat berjiwa besar untuk meminta maaf atas nilai dan ajaran agama yang didapat oleh
segala kesalahan. pembaca dan dapat menjadi teladan bagi
mereka. Pada 16 data yang dianalisis baik pada
Fungsi Moralitas pantun pembuka dan penutup majlis, ada
Beberapa contoh fungsi moral dapat kita beberapa isi pantun yang langsung
lihat pada isi pantun pembuka majlis BM1 dan bersentuhan dengan agama Islam sebagai
BM3 yang mengajarkan etika dan adab yaitu agama yang dianut oleh suku Melayu, seperti
memberi salam. Isi pantun BM1 adalah pada isi pantun BM1 dan TM9. Data tersebut
Assalammualaikum mulanya kata, Saya secara jelas menyebutkan simbol agama Islam
173
SNISTEK 3 25 September 2020 ISBN 978-602-52829-2-8

seperti yang digambarkan berikut: konteks pendidikan (Sistem nilai: keluarga,


Assalammualaikum mulanya kata, Saya masyarakat, kebudayaan, dan agama). Jurnal
sembah pembuka bicara; dan Wabillahi taufik Studi Agama Dan Masyarakat, 7(2), 164–180.
walhidayah, Wassalamu’alaikum Musthafa, B. (2014). Seven issues and dilemmas in
warahmatullahi wabarakatuh. Dari data-data literature teaching in EFL context: Lessons from
tersebut, nilai ajaran agama secara langsung Indonesia. Indonesian Journal of Applied
ditampakkan dan dapat diteladani oleh Linguistics, 4(2), 136–145.
pembaca secara langsung. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.17509/ijal.v4i
2.690
5. Kesimpulan Neldawati, Ermanto, & Juita, N. (2015). Nilai-nilai
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pendidikan karakter dalam pantun badondong
pantun pembuka dan penutup majlis dalam masyarakat desa Tanjung Bungo kecamatan
Kampar Timur kabupaten Kampar. Jurnal
kebudayaan suku Melayu di kota Batam, maka
Bahasa, Sastra Dan Pembelajaran, 3(1), 69–
dapat disimpulkan struktur dan fungsi dalam 83. Retrieved from
pantun antara lain sebagai berikut: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bsp/article/v
1. Struktur pantun pembuka dan penutup iew/4912
majlis adalah berima silang a-b-a-b yang
Novianti, N. (2016). English literature teaching: An
terdiri atas 4 baris dimana 2 baris di awal Indonesian context. Indonesian Journal of
merupakan sampiran dan 2 baris di akhir Applied Linguistics, 6(1), 42–49.
merupakan isi pantun. Masing-masing https://doi.org/dx.doi.org/10.17509/ijal.v6i1.266
baris terdiri dari 3 sampai 6 kata dengan 0
suku kata yang terdiri dari 8 hingga 12
Pangesti, M. D. (2014). Buku pintar pantun:
suku kata, namun ada satu isi pantun Peribahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
yang memiliki 18 suku kata. Nusantara Indonesia.
2. Fungsi pantun yang ditemukan terdiri
Sadikin, M. (2010). Kumpulan Sastra Indonesia:
dari 5 fungsi utama yaitu fungsi didaktif,
Pantun puisi majas peribahasa kata mutiara
estetis, moralitas, rekreatif dan religius. (Edisi Terl). Jakarta: Gudang Ilmu.

Ucapan Terima Kasih Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi


Ucapan terima kasih penulis haturkan penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
kepada Universitas Putera Batam yang telah Sukmawan, S. (2015). Menyemai benih cinta sastra.
memberikan dukungan penuh terhadap Malang: UB Press.
penelitian ini melalui skema pendanaan Tafifin, M. (2015). Kemampuan menulis pantun
penelitian peningkatan kapasitas tahun 2018. siswa kelas VII SMP negeri 52 Konawe
Selatan. Jurnal Humanika, 3(15). Retrieved
Daftar Pustaka from
Andriani, T. (2012). Pantun dalam kehidupan Melayu http://ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/articl
(Pendekatan historis dan antropologis). Jurnal e/view/587
Sosial Budaya, 9(2), 195–211. Retrieved from
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/SosialBudaya/article/vie
w/383
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: Suatu
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2005). Linguistik umum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dedy, S. (2018). Ragam hiburan meriahkan kenduri
seni Melayu di Engku Putri Batam 1-3
November 2018. Retrieved from
https://www.wartakepri.co.id/2018/11/02/raga
m-hiburan-meriahkan-kenduri-seni-melayu-di-
engku-putri-batam-1-3-november-2018/
Gay, L. ., Mills, G. E., & Airasian, P. (2009).
Educational research: Competencies for
analysis and applications. New Jersey:
Pearson Education.
Murti, F. N. (2017). Jejak pesona pantun di dunia
(Suatu tinjauan diakronik-komparatif). In
Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks
Global (pp. 543–558). Jember.
Muslimah. (2013). Hakikat dan sistem nilai dalam

174

Anda mungkin juga menyukai