Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA

“HUBUNGAN BAHASA DENGAN BUDAYA”

DI SUSUN OLEH
LISA MEGAWATI
105611110416
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
1-3 ( C )
KATA PENGANTAR

Puji sykur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan rahmat karunia-Nya
saya dapat menyusun karya tulis ini tanpa suatu halangan apapun.

Karya tulis ini disusun dengan harapan agar semua mengetahui hubungan antara bahasa dengan
budaya.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu saya mengharap kritik dan sarannya yang bermanfaat bagi saya.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AMIN YA Robbal ‘alamin

ii
DAFTAR ISI

Halaman pengesahan………………………………………………………i

Kata pengantar………………………………………………………….ii

Daftar isi………………………………………………………..iii

Bab 1 PENDAHULUAN…………………………………….1

1.1 Latar belakang……………………………………1


1.2 Rumusan masalah………………………………1
1.3 Tujuan penelitian………………………………..2
1.4 Manfaat penelitian………………………………2

Bab 2 METODE PENELITIAN ……………………………2

2.1 Tempat dan waktu penelitian……………….3

2.2 Sistematika penulisan…………...................3

Bab 3 PEMBAHASAN

3.1 Pengertian bahasa dan budaya…………..4

3.2 Hubungan anatara bahasa dan budaya……………….4

3.3 Bahasa sebagai sarana………5

3.4 Bahasa dan kebudayaan nasional………….5


Bab 4 PENUTUP………….6

4.1 Kesimpulan…………………………7

4.2 Saran…………………………7

DAFTAR PUSTAKA……………..8

iii
Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Telah dilakukan oleh para linguist bahwa bahasa sebagai alat komunikasi secara genetic
hanya ada pada manusia. Implementasinya manusia mampu membentuk lambing atau memberi
nama guna menandai setiap kenyataannya. Bahasa hidup berada di dalam masyarakatnya .
Kelangsungan hidup sebuah bahasa sanagat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi dalam dan
dialami penuntutnya.

Bahasa dan budaya adalah dua bentuk hasil pemikiran manusia. Banyak ahli yang
mengemukakan teorinya mengenai kaitan antara bahasa dan budaya, salah satunya Williem von
Humboldt seorang filosoft Jerman, menurutnya’’languange by its very nature represents the
spirit and national character of a people(bahasa adalah perwujudan semangat alami dan karakter
nasional masyarakat)”(Steinberg dkk,2001:244). Humboldt yakin setiap bahasa di dunia pasti
merupakan perwujudan budaya dari masyarakat penuturnya. Jadi, pandangan yang dimiliki oleh
suatu masyarakat bahasa tertentu akan tercermin atau terwujud dalam bahasanya.

Bahasa merupakan priduk budaya. Bahasa adalah wadah dan refleksi kebudayaan masyarakat
pemiliknya.

1.2 Rumusan masalah

• Apa pngertian bahasa dan budaya menurut para ahli?


• Bagaimanakah hubungan antara bahasa dan budaya?
• Bagaimana bahasa dijadikan sebagai sarana kebudayaan?
• Seperti bahasa dengan budaya nasional?

1.3 Tujuan penelitian


❖ Untuk mengetahui hubungan bahasa dan budaya

1.4Manfaat penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka karya tulis ini diharapkan
member informasi bagaimana hubungan antara bahasa dengan budaya dan seperti apa
penertian bahasa menurut para ahli.

Bab 2
METODE PENELITIAN

2.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Toraja

2.2 Sistematika penulisan

Karya tulis ini terdiri dari 4 bab pertama diuraikan tentang latar belakang masalah,rumusan
masalah ,tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pada bab kedua diuraikan tentang metode
penelitian dan sistematis penelitian. Pada bab ketiga akan diuraikan tentang pembahasan dan bab
keempat diuraikan tentang kesimpulan dan saran.

Bab 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian bahasa dan budaya

❖ Bahasa
Istilah bahasa dalam bahasa Indonesia,sama dengan language,dalam bahasa inggris,taal
dalam bahasa belanda ,sparche dalam bahasa jerman, lughatun dalam bahasa arab
bahasa dalam bahasa sansekerta. Istilah-istilah tersebut, masing-masing mempunyai
aspek tersendiri,sesuai dengan pemaikainya,untuk menyebutkan suatu unsure
kebudayaan yang mempunyai aspek yang sangat luas,sehingga merupakan konsep yang
tidak mudah didefinisikan. Seperti yang diugkapkan oleh para ahli:
✓ Menurut Sturtevent berpendapat bahwa bahasa adalah system lambang
sewenang-wenang, berupa bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suati
kelompok social untuk kerjasama dan saling berhubungan.
✓ Menurut Chomsky language is a set of sentences, each finite length and
contructed out of a finite set of elements.
✓ Menurut Keraf, bahasa adalah alat komunikasi anatara anggota
masyarakat,berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Masih banyak lagi definisi tentang bahasa yang dikemukakan oleh para ahli bahasa. Setiap
batasan yang dikemukakan tersebut, pada umumnya memiliki konsep-konsep yang sama,
meskipun terdapat perbedaaan dan penekanannya. Terlepas dari kemungkinan perbedaan
tersebut, dapat disimpulkan sebagaimana dinyatakan Linda Thomas dan Shan Wareing dalam
bukunya Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan bahwa salah satu cara dalam menelaah bahasa
adalah dengan memandangnya sebagai cara sistematis untuk mengabungkan unit-unit kecil
menjadi unit-unit yang lebih besar dengan tujuan komunikasi. Sebagai contoh, kita
menggabungkan bunyi-bunyi bahasa (fonem) menjadi kata (butir leksikal) sesuai dengan aturan
dari bahasa yang kita gunakan. Butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk
membuat struktur tata bahasa, sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa.

Dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbitrer.
Lambang, simbol, dan tanda-tanda yang digunakan dalam bahasa mengandung makna yang
berkaitan dengan situasi hidup dan pengalaman nyata manusia.

Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan
kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal yang
dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah aspek
terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Koentjaraningrat
dalam bukunya Sosiolinguistik (1985), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya,
kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.
Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi.

❖ Budaya
Kebudayaan menurut Clifford Geertz sebagaimana disebutkan oleh Fedyani Syaifuddin
dalam bukunya Antropologi Kontemporer yaitu sistem simbol yang terdiri dari simbol-
simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diindentifikasi, dan bersifat
publik. Senada dengan pendapat di atas Claud Levi-Strauss memandang kebudayaan
sebagai sistem struktur dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama,
yang dapat diindentifikasi, dan bersifat publik.
Dalam konsep ini kebudayaan dapat dimaknai sebagai fenomena material, sehingga
pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati sebagai keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Karenanya
tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh kebudayaan yang
terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi
tingkah laku manusia
Adapun Menurut Canadian Commision for UNESCO seperti yang dikutip oleh Nur Syam
mengatakan kebudayaan adalah sebuah sistem nilai yang dinamik dari elemen-elemen
pembelajaran yang berisi asumsi, kesepakatan, keyakinan dan atauran-atauran yang
memperbolehkan anggota kelompok untuk berhubungan dengan yang lain serta
mengadakan komunikasi dan membangun potensi kreatif mereka.

Definisi-definisi di atas dan pendapat para ahli lainnya dapat dikelompokkan menjadi 6
golongan menurut Abdul Chaer yaitu:
1. Definisi deskriptif yakni definisi yang menerangkan pada unsur-unsur kebudayaan.
2. Definisi historis yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi
secara kemasyarakatan.
3. Definisi normatif yakni definisi yang menekankan hakekat kebuadayaan sebagai aturan
hidup dan tingkah laku.
4. Definisi psikologis yakni definisi yang menekankan pada kegunaan kebudayaan dalam
menyesuaikan diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan dan belajar hidup.
5. Definisi sturktural definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem
yang berpola teratur.
6. Definisi genetik yang menekankan pada terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya
manusia

Dengan demikian kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama
secara sosial, oleh para anggota suatu masyarakat. Sehingga suatu kebudayaan bukanlah
hanya akumulasi dari kebiasaan dan tata kelakuan tetapi suatu sistem perilaku yang
terorganisasi. Dan kebudayaan melingkupi semua aspek dan segi kehidupan manusia,
baik itu berupa produk material atau non material.

Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terdiri dari berbagai budaya,
menjadikan perbedaan antar-kebudayaan, justru bermanfaat dalam mempertahankan
dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat dalam
tatanan sosial agama, dan suku bangsa telah ada sejak jaman nenek moyang, kebhinekaan
budaya yang dapat hidup berdampingan secara damai merupakan kekayaan yang tak
ternilai dalam khasanah budaya nasional.

3.2 Hubungan bahasa dengan budaya


Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan ada
yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui
bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pemelajar bahasa, tetapi pengajarannya
sering terpisah dari pengajaran bahasa. Memang mempertimbangkan aspek budaya dalam
pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan pada penggunaan bahasa, tetapi dalam
pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu sistem homogen yang terpisah dari
interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan
kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal
yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa terus berubah
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut, bahasa adalah
aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat.

Koentjaraningrat (1994), bahasamerupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan


bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.
Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan
kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya
sama tinggi.
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari sistem
kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek
kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-unsur
dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak akan
mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya
kebudayaan

Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang dikomposisikan
pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula pada struktur interaksi
kebudayaan secara menyeluruh. Para ahli sepakat mendefinisikan kebudayaan sebagai
sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-simbol, perlambang dan makna-makna
yang dimiliki secara komunal atau bersama, yang dapat diidentifikasi, sekaligus bersifat
publik.
Fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media komunikasi untuk
menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar anggota masyarakat. Sifat khas
suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang
terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, keseniannya, dan dalam adat
istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya, sangat sarat dengan daya-daya kohesif dan
saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa masing-masing entitas yang satu
tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.
Sedemikian eratnya hubungan antara kebudayaan dan bahasa sebagai wadahnya, hingga
sering terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari satu bahasa
ke bahasa yang lain. Sebagai contoh, perkataan village, dalam bahasa Inggris tidaklah
sama dengan desa dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep village dalam bahasa Inggris
adalah lain sekali dari desa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu ungkapan yang
pernah di keluarkan oleh penulis asing menyebut kota Jakarta sebagai big village akan
hilang maknanya jika diterjemahkan dengan ” desa yang besar”.
3.3 Bahasa sebagai sarana
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari
sistem kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua
aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-
unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak
akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan
terbentuknya kebudayaan.
Pembelajaran budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur bahasa
yang digunakan dalam masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua hal yang
saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat, seseorang
harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Abdul Chaer mengatakan
bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa
itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain.Bahasa Indonesia yang
berperan sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di wilayah Republik Indonesia
sudah mulai diminati oleh penutur asing untuk dipelajari. Di luar negeri, telah banyak
universitas-universitas dan lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa Indonesia
kepada para mahasiswanya. Berdasarkan data yang tercatat di Pusat Bahasa, Bahasa
Indonesia telah diajarkan kepada orang asing di berbagai lembaga, baik di dalam maupun
di luar negeri. Di dalam negeri misalnya, saat ini tercatat tidak kurang dari 76 lembaga
yang telah mengajarkan Bahasa Indonesia kepada penutur asing, baik di perguruan tinggi,
sekolah maupun di lembaga-lembaga kursus.

3.3 Bahasa dan kebudayaan nasional


Pada 1930-an terjadilah di kalangan para intelektual muda Indonesia polemik tentang
masa depan bangsa Indonesia. Polemik itu berlangsung bertahun-tahun serta dimuat
dalam berbagai majalah dan surat kabar. Sekarang kita sebut sebagai polemik
kebudayaan karena sebagian besar polemik itu dikumpulkan oleh Achdiat K. Mihardja
yang diberinya judul “Polemik Kebudayaan” (Balai Pustaka, Jakarta, 1950). Yang terlibat
dalam polemik itu kemudian kita kenal sebagai pendiri bangsa dan negara Indonesia,
antara lain S. Takdir Alisjahbana, Sanoesi Pane, Dr. Soetomo, Ki Hadjar Dewantara, dan
Dr. Poerbatjaraka.
Mereka membahas berbagai segi kebudayaan nasional Indonesia yang sebenarnya ketika
itu merupakan suatu hal yang diangankan. S. Takdir Alisjahbana dengan lantangnya
mengatakan bahwa untuk membangun bangsa dan kebudayaan nasional Indonesia, kita
harus memutuskan hubungan dengan masa lampau yang disebutnya sebagai masa pra-
Indonesia. Kalau mau maju, bangsa Indonesia harus sebanyak-banyaknya menyedot jiwa
Barat yang dinamis. Begitu juga dengan kekayaan kebudayaan daerah kita yang dianggap
sebagai hasil masa lalu, dianggap bukan bagian dari kebudayaan kita.
Akan tetapi, ada yang berpendapat sebaliknya, yaitu bahwa kita sebagai bangsa tidak
dapat melepaskan diri dari masa lalu. Kita sekarang adalah lanjutan dari masa lalu itu.
Masa lalu tak bisa begitu saja dihapuskan dari hidup kita. Yang menarik adalah bahwa
polemik itu ditulis dalam bahasa Indonesia, yaitu bahasa yang belum lama sebelumnya
(28 Oktober 1928) dinobatkan sebagai bahasa persatuan oleh para pemuda yang
mengadakan kerapatan di Jakarta. Para pemuda yang mewakili berbagai suku bangsa dari
seluruh daerah di Indonesia itu dengan tegas menyatakan bahwa mereka mengaku
berbangsa dan bertanah air satu dan bahwa mereka menjunjung bahasa persatuan yang
mereka pilih dari ratusan macam bahasa yang terdapat di seluruh persada Indonesia, yaitu
bahasa Melayu yang mereka beri nama bahasa Indonesia. Bahasa Melayu yang mereka
jadikan bahasa nasional itu sudah mereka pergunakan sebagai lingua franca, baik dalam
pergaulan sesama suku maupun sebagai bahasa pers.
Sesungguhnya bahasa nasional itulah yang telah nyata-nyata kita miliki sebagai budaya
bangsa. Padahal, para pemuda yang menasbihkan bahasa Melayu sebagai bahasa
persatuan Indonesia itu sendiri adalah hasil didikan sekolah Belanda yang lebih fasih
menggunakan bahasa Belanda daripada bahasa Melayu yang tampak antara lain dari
pengakuan Dr. Poerbatjaraka dalam tulisannya. Setelah bahasa Melayu diakui sebagai
bahasa persatuan dan diberi nama bahasa Indonesia, para pemuda kaum intelektual
pejuang pejuang kemerdekaan itu mulai belajar sungguh-sungguh berbahasa Indonesia.
Dengan bahasa nasional itulah mereka memengaruhi bangsanya tentang kesadaran
nasional, tentang cita-cita kemerdekaan. Adalah faktor kebetulan bahwa tidak lama
kemudian, Belanda diusir oleh bala tentara Jepang (1942) dan pemakaian bahasa Belanda
sama sekali dilarang. Pemerintah pendudukan Jepang ingin menjadikan bahasanya sendiri
sebagai bahasa resmi di tanah jajahannya. Akan tetapi, karena belum banyak yang dapat
menguasainya, mereka terpaksa mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa yang harus
digunakan di seluruh Indonesia, sementara bahasa Jepang diajarkan sangat intensif. Para
pemimpin kita dikerahkan oleh pemerintah pendudukan Jepang untuk berpropaganda
tentang kehebatan bala tentara Dai Nippon dan janji-janjinya. Para pemimpin kita dalam
kesempatan itu membangkitkan kesadaran kebangsaan rakyat untuk mempunyai negara
dan pemerintahan sendiri.
Akan tetapi, kemajuan bahasa Indonesia dalam bidang seni dan ilmu itu sayang sekali
tidak terjangkau oleh kebanyakan bangsa kita karena sejak Republik Indonesia berdiri,
tidak ada pemerintah yang secara sungguh-sungguh mengamalkan amanat Mukadimah
UUD untuk mencerdaskan bangsa. Sekolah banyak didirikan tetapi kegemaran membaca
tidak dibina karena sekolah-sekolah dan universitas-universitas itu tidak dilengkapi
perpustakaan yang memadai, yang bukan saja akan memupuk kegemaran membaca dan
memperkenalkan siswa dengan dunia bacaan yang tak terbatas, melainkan juga akan
menyebabkan mereka mengikuti perkembangan prestasi bangsanya dalam bidang ilmu
dan seni, terutama sastra.
Bab 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh
alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat
berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dalam
studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Sehingga dapat disimpulkan karakteristik bahasa yang pertama yaitu berisfat arbitrer
yang artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib,
bisa berubah. Kedua Bahasa Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar
unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
Ketiga bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai
kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Keempat Bahasa bersifat beragam
karena faktor morfologii sosiol dan sebagainya. Kelima Bahasa bersifat manusiawi,
sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia, hewan tidak mempunyai bahasa.
Bahasa tidak bisa lepas dari kebuayaan karena bahasa merupakan hasil budaya suatu
masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari
suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Bahasa merupakan bagian dari
kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah
kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.Namun hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi.
Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita ingin mendalami suatu
kebudayaan ialah melalui bahasanya. Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus
wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia perlu dipelajari agar sesuatu yang
disampaikan tidak menjadi salah pengertian mengenai maksud dan tujuanya. Bahasa
yang ada pada masyarakat telah menjadi kebudayaan, kita sebagai generasi bangsa yang
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sudah seharusnya menjaga bahasa Indonesia
dan bahasa daerah itu sendiri, agar tidak hilang karena proses global yang menggunakan
bahasa asing untuk bahasa internasional. Sebagai generasi bangsa yang baik, sudah
selayaknya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar karena bahasa
indonesia adalah bahasa bangsa Indonesia tercinta
Daftar Pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Leo dan Syamsul Sodiq. 2000. Psikolingustik. Jakarta: Universitas Terbuka

Muhibin, Syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Grafika Persada

Mulyadi. 2009. Introduction to Linguistic. Pamekasan: STAIN Pamekasan Press

Mulyati, Yeti. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

Pateda, Mansyur. 1990. Aspek-Aspek Psikolinguistik. Ende Flores: Nusa Indah

Pusporodjo. 1999. Logika Scientifika Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung

Anda mungkin juga menyukai