Dosen Pengampu:
1. Dr. Dra. Djeinnie Imbang, M.Hum
2. Dra. Femmy Lumempouw, M.Hum
Disusun oleh:
JUDUL ………………………………………………………………………………............................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….................... 12
B. Saran ………………………………………………………………................................... 12
Dokumentasi ………………………………………………………………….................... 13
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Hasil Observasi
Pembelajaran di Sekolah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana cara kita sebagai calon guru untuk memberi didikan
kepada siswa-siswi kita kelak.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Djeinnie Imbang, M.Hum dan
Dra. Femmy Lumempouw, M.Hum selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni
ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua,
terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk saya butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat mengucapkan
kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa. Ketika anak mulai menginjak
usia untuk memasuki sekolah dasar, pelajaran bahasa Indonesia merupakan materi ajar yang
sudah tidak asing untuk mereka. Namun perlu disadari pula, sebagian besar peserta didik
menganggap sebelah mata terhadap pelajaran bahasa Indonesia bahkan kurang menyenangi
mata pelajaran ini. Salah satu penyebabnya adalah guru memberikan pembelajaran yang
membosankan dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Jika keadaan
seperti itu terus terjadi, maka guru harus segera mengatasinya dengan cara mengubah model
pembelajaran yang membuat pembelajaran bahasa Indonesia dapat digemari oleh peserta didik.
Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dapat terwujud dengan menggunakan konsep
pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Saat proses belajar-
mengajar berlangsung, peserta didik tidak merasa pembelajaran di kelas yang hanya monoton
dengan guru sebagai teacher center tetapi peserta didik dapat ikut merasakan pengalaman
belajar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik tidak hanya dituntut untuk terus
mendengarkan materi dari guru tetapi mereka harus ikut aktif. Aktif yang dimaksudkan disini
adalah peserta didik harus berani mengeluarkan pendapat dan percaya diri dalam berbicara.
Salah satu tugas pendidik adalah dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan
bermakna untuk peserta didik. Selain itu, guru harus memberikan pembelajaran yang tidak
hanya mengembangkan aspek kognitif namun aspek keterampilan dan sikap juga perlu
dikembangkan. Guru perlu menyusun sebuah rancangan pembelajaran yang menyangkut ketiga
aspek di atas, sehingga hasil yang akan di dapat akan sangat menguntungkan untuk semua
pihak, terutama bagi peserta didik tersebut.
Salah satu keterampilan berbahasa adalah menulis. Dari fakta di lapangan, pada kegiatan
menulis beberapa peserta didik masih banyak yang mengalami kekeliruan dan memerlukan
perbaikan atau koreksi dari guru. Kesulitan yang dialami adalah berkaitan dengan kegiatan
menulis permulaan seperti, sulit untuk membedakan penggunaan huruf kapital dan huruf kecil
serta penulisan nama orang.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, dari segi penilaian untuk peserta didik, guru harus
memberikan penilaian yang objektif. Dalam penerapannya, beberapa guru sudah menerapkan
sistem penilaian menyeluruh yang dimulai dari sikap, keterampilan dan pengetahuan pada
peserta didik. Pada pembelajaran diterapkan pula penilaian dengan sistem poin kelompok yang
membuat peserta didik bersemangat dalam pembelajaran.
Pada akhirnya, hal terbaik yang bisa dilakukan untuk menyikapi permasalahan di atas adalah
dengan ditingkatkannya pantauan guru terhadap peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran perlu diberikan selingan berupa nyanyian, tepuk tangan dan
permainan sederhana yang membuat siswa tidak bosan dalam belajar dan fokus peserta didik
jadi lebih terarah.
Objek observasi ini adalah SD INPRES KOLONGAN dengan alasan yang mendasarinya adalah
karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terbaik di Kecamatan Kalawat. Hal-hal
yang diobservasi meliputi bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut,
model pembelajaran seperti apa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah tersebut, permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran, dan sistem penilaian
yang diterapkan. Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui
bagaimana cara mengajar yang baik. Dalam hal ini saya selaku mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya
jurusan Sastra Indonesia melakukan observasi di SD INPRES KOLONGAN untuk memenuhi tugas
dalam bentuk laporan observasi pembelajaran di kelas. Laporan hasil observasi ini disusun guna
mememenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Dengan
adanya observasi ini diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar suatu
pembelajaran. Kemudian kita sebagai seorang calon guru tentunya dapat memilih mana yang
baik dan tidak baik untuk diajarkan kepada murid kita ketika sudah mengajar kelak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari observasi ini adalah
sebagai berikut:
2. Apa saja pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut dengan
mengacu pada pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna?
3. Apa saja kendala dan masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahuilah tujuan-tujuan yang ingin dilakukan,
yaitu:
3. Untuk mengetahui dan membahas masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa
Indonesia serta memberikan alternatif solusi pemecahan masalah.
1. Manfaat Teoritis
Observasi ini diharapkan dapat berkontribusi bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia terutama di
Sekolah Dasar Kelas Rendah. Dan diharapkan dari hasil observasi ini dapat menambah khasanah
pustaka di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi tempat penulis menimba ilmu di
bangku perkuliahan. Selain juga dapat menjadi salah satu acuan kepada pihak-pihak yang
mungkin ke depan akan melakukan observasi dalam bidang yang sama atau berkaitan dengan
apa yang penulis lakukan saat ini.
2. Manfaat Praktis
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan serta minat
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia bagi peserta didik di sekolah.
b. Bagi pendidik
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan kemampuan pendidik
mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan dan bermakna dengan
menyuguhkan model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar.
Hasil observasi ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan masukan untuk supervisi
terhadap program pengajaran dan kinerja pendidik.
d. Bagi observer
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah wawasan dari pentingnya pengetahuan
mengenai pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya kelas rendah dan model
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk siswa. Selain itu hasil observasi ini
dapat menjadi acuan untuk observer mengenai tugas guru untuk memberikan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Hasil observasi ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang mungkin sedang
berada dalam situasi yang sama dengan apa yang dilakukan di dalam observasi ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Deskripsi Teori
Yang dimaksud dengan pendekatan tematis – integratif adalah pembelajaran bahasa harus
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang sewajarnya. Pengorganisasian materi tidak
diwujudkan dalam bentuk pokok bahasan secara terpisah tetapi diikat dengan menggunakan
tema-tema tertentu dengan menganut asas kesederhanaan, kebermaknaan dalam komunikasi,
kewajaran konteks, keluwesan (disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, dan tempat),
keterpaduan, dan kesinambungan berbagai segi dan keterampilan berbahasa. Unsur-unsur
bahasa dipelajari dalam konteks wacana dan penggunaan bahasa selalu berada dalam integrasi
berbagai keterampilan berbahasa.
Pendekatan tematis – integratif ini dituangkan dalam rambu-rambu pembelajaran, yang antara
lain berupa:
a) Tema yang digunakan untuk pengembangan dan perluasan kosa kata siswa serta sebagai
pemersatu kegiatan belajar bahasa Indonesia siswa sehingga pembelajaran bahasa Indonesia
berlangsung dalam suasana kebahasaan yang wajar,
Lewat kegiatan pengajaran membaca, pemahaman tentang ejaan, tanda baca, kosakata, kalimat,
makna, dan penanda hubungan kewacanaan terolah secara serempak. Selain itu, guru akan
merasakan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh setelah membaca ternyata juga
berperanan dalam mengembangkan kemampuan menulis, bermanfaat ketika melakukan
kegiatan wicara, baik yang formal maupun informal.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan
terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang
mencakup:
· Implikasi bagi guru, pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari
berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan dan utuh.
2) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya
melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
2)Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
matapelajaran lain.
5)Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
6)Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
8)Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
9)Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
10) Mendorong guru berkreatifitas, sehingga guru dituntut untuk memiliki wawasan,
pemahaman, dan kreatifitas dalam pembelajaran.
11) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa.
12) Memberikan guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis,
menyeluruh, dan bermakna sesuai kemampuan, kebutuhan, dan kesiapan siswa.
13) Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan
memahami hubungan antara konsep, pengetahuan, dan nilai yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran.
14) Menghemat waktu, tenaga, biaya dan sarana, juga menyederhanakan langkah-langkah
pembelajaran.hal ini karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan
sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan
untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
· Kekurangan Pembelajaran Tematik:
1) Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas, kreatifitas tinggi,
keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi. Namun tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan
konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.
2) Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik
dalam aspek intelegensi.
3) Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan
beragam serta berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi
secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan
dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Penilaian di
SD kelas rendah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Penilaian mengikuti aturan-aturan mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat siswa
kelas I SD belum semua lancar membaca dan menulis, cara penilaian tidak ditekankan pada
penilaian tertulis.
3) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari tiap-tiap kompetensi dasar dan
hasil belajar dari mata pelajaran-mata pelajaran yang ditematikkan.
4) Penilaian dilakukan secara terus – menerus dan selama proses belajar, misalnya ketika
siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan
akhir.
5) Hasil kerja/karya siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil
keputusan.
Penilaian bisa dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Teknik tes mencakup: tes tertulis dan
lisan, sedangkan teknik nontes mencakup tes perbuatan, catatan harian perkembangan siswa
(diperoleh melalui pengamatan), dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal SD
penilaian yang sering dilakukan adalah penilaian melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru
menilai anak melalui pengamatan yang dicatat pada sebuah buku bantu. Tes tertulis digunakan
untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan
tanda baca, kata, angka, dan kalimat-kalimat sederhana.
2. Hasil Observasi
Pada hari Selasa, 17 Mei 2022 adalah hari pertama mendatangi SD INPRES KOLONGAN bersama
3 orang teman yang satu lokasi dengan tujuan membawa surat keterangan izin melakukan
observasi aktivitas belajar siswa di lokasi tersebut. Setelah sedikit berbicang bersama kepala
sekolah, akhirnya kami mendapatkan izin dari sekolah untuk melakukan observasi. (Gambar 1).
Observasi ini dilakukan pada hari Rabu, Senin dan Selasa tanggal 18, 23 dan 24 Mei 2022 yang
bertempat di SD INPRES KOLONGAN bersama 3 orang teman yang satu lokasi. Saya melakukan
observasi pada kelas 5A di hari pertama, kelas 4A di hari kedua dan kelas 1A dan B di hari ketiga,
dan mendapat respon yang sangat baik dari guru-guru dan peserta didik di kelas tersebut.
Pembelajaran menggunakan pendekatan tematis – integratif, sehingga beberapa mata pelajaran
dipadukan menjadi satu tema.
B. Profil Sekolah
Kecamatan : Kalawat
Daerah : Pedesaan
Akreditasi :B
Kurikulum : 2013
4. Akhir Pembahasan
Setelah saya melakukan observasi di beberapa kelas, saya dan 3 teman lainnya menghampiri
kepala sekolah dan memberikan surat kerja sama untuk menandatangani surat antara pihak
kampus dan pihak sekolah. Setelah itu, kami mengambil dokumentasi bersama kepala
sekolah beserta staf yang ada di kantor. Dan tidak lupa berterima kasih atas kerja sama yang
baik selama observasi yang kami lakukan di lokasi tersebut.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sudah dirancang oleh guru
mengikuti rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya.
Meskipun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 dan pembelajaran bahasa
Indonesia diintegrasikan tetapi tidak menghilangkan unsur bahasa Indonesia dalam setiap
pelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan adalah pendekatan
pembelajaran tematis – integratif.
3. Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD INPRES KOLONGAN
(kelas 1) ketika penulis melakukan observasi yaitu:
1. Kurang tertibnya siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
2. Pandangan siswa tidak dapat fokus pada pembelajaran yang disampaikan
oleh guru.
3. Beberapa siswa masih membutuhkan arahan dalam menulis sebuah huruf,
kata, dan kalimat yang benar.
4. Beberapa siswa terlihat kurang percaya diri ketika berbicara di depan
teman-temannya.
5. Terdapat siswa yang kurang cepat dan tepat dalam menyelesaikan soal
diakhir pembelajaran.
4. Sistem penilaian sudah sesuai dengan penilaian di kurikulum 2013 yang meliputi tiga aspek,
yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada saat proses pembelajaran, penilaian
dilakukan dengan penilaian kelompok dan individu.
B. Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, untuk itu di sarankan
pada calon guru terutama mahasiswa FIB dapat mengetahui bagaimana seorang guru mengajar
suatu pembelajaran. Dan diharapkan mahasiswa FIB dapat memberikan inovasi yang berbeda dan
menarik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar, agar di dalam diri siswa dapat timbul rasa
cinta terutama kepada pembelajaran bahasa Indonesia.
C. Dokumentasi
Berikut dokumentasi yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung dan foto bersama guru
dan kepala sekolah SD INPRES KOLONGAN:
Kelas 5 A
Evertson, Carolyn. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Sumber lain:
Linda. Proses Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak SD Kelas Rendah
[online] (https://lindaajja.wordpress.com/2011/04/18/proses-membaca
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/13/pembelajaran-tematik