Skor Nilai :
NIM : 1193311129
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas Mini
Riset (MR) dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pedidikan Bahasa Indonesi.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu Diah Eka Sari S.Pd, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Kesimpulan............................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak mengenal bahasa ketika berumur kurang dari setahun. Anak belum dapat
mengucapkan kata namun mereka dapat membedakan ucapan orang dewasa. Ketika anak mulai
menginjak usia untuk memasuki sekolah dasar, pelajaran bahasa Indonesia merupakan materi
ajar yang sudah tidak asing untuk mereka. Namun perlu disadari pula, sebagian besar peserta
didik menganggap sebelah mata terhadap pelajaran bahasa Indonesia bahkan kurang menyenangi
mata pelajaran ini. Salah satu penyebabnya adalah guru memberikan pembelajaran yang
membosankan dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Jika keadaan
seperti itu terus terjadi, maka guru harus segera mengatasinya dengan cara mengubah model
pembelajaran yang membuat pembelajaran bahasa Indonesia dapat digemari oleh peserta didik.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka merealisasikan peraturan
di atas, proses belajar mengajar perlu ditata dan terkoordinasi secara rapi, efektif dan efisien.
Maka dari itu, diperlukan metode, model, strategi dan media pembelajaran yang tepat untuk
mewujudkan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna dapat terwujud dengan menggunakan
konsep pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Saat proses
belajar-mengajar berlangsung, peserta didik tidak merasa pembelajaran di kelas yang hanya
monoton dengan guru sebagai teacher center tetapi peserta didik dapat ikut merasakan
pengalaman belajar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik tidak hanya dituntut
untuk terus mendengarkan materi dari guru tetapi mereka harus ikut aktif. Aktif yang
dimaksudkan disini adalah peserta didik harus berani mengeluarkan pendapat dan percaya diri
dalam berbicara.
Salah satu tugas pendidik adalah dengan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
dan bermakna untuk peserta didik. Selain itu, guru harus memberikan pembelajaran yang tidak
hanya mengembangkan aspek kognitif namun aspek keterampilan dan sikap juga perlu
dikembangkan. Guru perlu menyusun sebuah rancangan pembelajaran yang menyangkut ketiga
aspek di atas, sehingga hasil yang akan di dapat akan sangat menguntungkan untuk semua pihak,
terutama bagi peserta didik tersebut.
Berdasarkan fakta di lapangan, pembelajaran dengan menggunakan tematis-integratif
dapat menjadi suatu alternatif pembelajaran yang tepat untuk digunakan di sekolah dasar. Sudah
banyak sekolah-sekolah yang menggunakan pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran
yang dilakukan. Melalui pendekatan pembelajaran tersebut, segala aspek kebahasaan dapat
terintegrasi menjadi satu dan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna untuk peserta
1
didik. Selain itu, anak akan ikut merasakan pengalaman pembelajaran langsung dan bukan hanya
sebuah teori saja.
Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran bahasa
Indonesia dapat berlangsung dengan baik dan bermakna. Salah satu model pembelajaran yang
ditemukan di lapangan adalah model pembelajaran bermain peran (role playing). Ketika
pembelajaran bahasa Indonesia diterapkan dengan model tersebut, peserta didik terlihat antusias
meskipun keadaan kelas menjadi kurang kondusif. Banyak diantara siswa yang lebih memilih
untuk berbincang dengan teman-teman mereka daripada memperhatikan pembelajaran. Selain
itu, saat siswa diajak untuk berlatih berbicara banyak yang masih kurang percaya diri dan perlu
dituntun oleh guru. Maka diperlukan pengawasan yang ekstra dari guru kelas agar proses
pembelajaran dengan model tersebut dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa perlu untuk mengadakan observasi dan
membuat laporan observasi serta memberikan alternatif solusi dari semua masalah dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang ada. Sehingga diharapkan perbaikan dari berbagai pihak
dapat dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari observasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah tersebut?
2. Apa saja pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut dengan
mengacu pada pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna?
3. Apa saja kendala dan masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah penilaian pembelajaran yang diterapkan pada sekolah tersebut?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahuilah tujuan-tujuan yang ingin dilakukan,
yaitu:
1. Untuk mengetahui proses dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah tersebut.
2. Untuk mengetahui pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut
dan menilai keseusaian dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan.
3. Untuk mengetahui dan membahas masalah yang muncul dalam pembelajaran bahasa
Indonesia serta memberikan alternatif solusi pemecahan masalah.
4. Untuk mengetahui penilaian pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Observasi ini diharapkan dapat berkontribusi bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia terutama di Sekolah Dasar
Kelas Rendah. Dan diharapkan dari hasil observasi ini dapat menambah khasanah pustaka di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa tempat penulis menimba ilmu di bangku perkuliahan.
Selain juga dapat menjadi salah satu acuan kepada pihak-pihak yang mungkin ke depan akan melakukan
observasi dalam bidang yang sama atau berkaitan dengan apa yang penulis lakukan saat ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan serta minat
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia bagi peserta didik di sekolah.
b. Bagi pendidik
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan kemampuan pendidik
mengenai pembelajaran bahasa Indonesia yang menyenangkan dan bermakna dengan
menyuguhkan model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk belajar.
c. Bagi kepala sekolah
Hasil observasi ini diharapkan mampu dijadikan sebagai bahan masukan untuk supervisi
terhadap program pengajaran dan kinerja pendidik.
d. Bagi observer
Hasil observasi ini diharapkan mampu menambah wawasan dari pentingnya pengetahuan
mengenai pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya kelas rendah dan model
pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna untuk siswa. Selain itu hasil observasi ini dapat
menjadi acuan untuk observer mengenai tugas guru untuk memberikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat.
e. Bagi observer lain
Hasil observasi ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak yang mungkin sedang
berada dalam situasi yang sama dengan apa yang dilakukan di dalam observasi ini.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
a. Pendekatan Pembelajaran Tematis – Integratif untuk Sekolah Dasar
Yang dimaksud dengan pendekatan tematis - integratif adalah pembelajaran bahasa harus
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang sewajarnya. Pengorganisasian materi tidak
diwujudkan dalam bentuk pokok bahasan secara terpisah tetapi diikat dengan menggunakan
tema-tema tertentu dengan menganut asas kesederhanaan, kebermaknaan dalam komunikasi,
kewajaran konteks, keluwesan (disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, dan tempat),
keterpaduan, dan kesinambungan berbagai segi dan keterampilan berbahasa. Unsur-unsur bahasa
dipelajari dalam konteks wacana dan penggunaan bahasa selalu berada dalam integrasi berbagai
keterampilan berbahasa.
Pendekatan tematis - integratif ini dituangkan dalam rambu-rambu pembelajaran, yang
antara lain berupa:
a) Tema yang digunakan untuk pengembangan dan perluasan kosa kata siswa serta sebagai
pemersatu kegiatan belajar bahasa Indonesia siswa sehingga pembelajaran bahasa Indonesia
berlangsung dalam suasana kebahasaan yang wajar,
b) Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Pembinaan keempat aspek ini harus dilakukan secara terintegrasi.
Lewat kegiatan pengajaran membaca, pemahaman tentang ejaan, tanda baca, kosakata, kalimat,
makna, dan penanda hubungan kewacanaan terolah secara serempak. Selain itu, guru akan
merasakan bahwa pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh setelah membaca ternyata juga
berperanan dalam mengembangkan kemampuan menulis, bermanfaat ketika melakukan kegiatan
wicara, baik yang formal maupun informal.
Selain itu, pengalaman dan pengetahuan tersebut juga membantu mengembangkan
kemampuan menyimak. Berdasarkan pengalaman demikian, maka guru dapat menarik
kesimpulan bahwa dalam belajar bahasa, jabaran butir pembelajaran yang satu dengan yang
lain tidak dapat disusun dalam tata urutan yang terpisah-
pisah. Pembelajaran yang berkaitan dengan materi kebahasaan, kesusastraan,
Metode bermain peran (role playing ) mempunyai beberapa kelebihan dan juga
mempunyai beberapa kekurangan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Role Playing
1. Menurut Syaiful Sagala (Suharto, 2013: 418), kelebihan metode bermain peran (role
playing) antara lain:
· Siswa melatih dirinya untuk malatih memahami dan mengingat isi bahan yang akan
diperankan.
· Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
· Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau
tumbuh bibit seni peran di sekolah.
· Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
· Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan
sesamanya.
· Bahasa lisan siswa dibina dengan baik agar mudah dipahami orang.
2. Menurut Adelia Vera (Vera, 2012: 128-129), metode bermain peran memiliki kelebihan
diantaranya :
· Dapat menjabarkan pengertian (konsep) dalam bentuk praktik dan contoh-contoh yang
menyenangkan.
· Dapat menanamkan semangat peserta didik dalam memecahkan masalah ketika
memerankan sekenario yang dibuat.
· Dapat membangkitkan minat peserta didik terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
· Permainan peran bisa pula memupuk dan mengembangkan suatu rasa kebersamaan dan
kerjasama antar peserta didik ketika memainkan sebuah peran.
· Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional
maupun intelektual pada masalah yang dibahas.
2. Menulis Permulaan
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan (seperti mengarang,membuat surat)
dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993: 968) menurut pengertian ini menulis
merupakan hasil, yaitu melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau
mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21). Dari pengertian menulis tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan.
3. Metode Membaca dan Menulis Permulaan
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara
lain:
· Metode abjad dan metode bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas,
misalnya: Metode abjad : bo-bo-bobo, la-ri-lari
Metode bunyi : na-na-nana, lu-pa-lupa
· Metode kupas rangkai suku kata dan metode lembaga
Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
Misalnya: Metode kupas rangkai suku kata : ma ta-ma ta, pa
pa-pa pa
Metode kata lembaga : Bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
· Metode global
Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi Gestalt, yang berpendapat
bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah, bagian-
bagiannya.Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.
· Metode Struktual Analitik Sinteksis (SAS).(Alhkadiah, 1992: 32-34).
Metode ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.Mengenai itu,
Momo (1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
· Merekam bahasa siswa
· Menampilakn gambar sambil bercerita
· Membaca gambar
· Membaca gambar dengan kartu kalimat
· Membaca kalimat secara struktual (S)
· Proses Analitik (A)
· Proses Sintetik (S)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
· Membaca buku pelajaran
· Membaca majalah bergambar
· Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
· Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
· Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau siswa adalah metode SAS
menurut Supriyadi dkk (1992). Alasan mengapa metode SAS ini dipandang baik adalah:
· Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, bahwa
bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
· Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak.
· Metode ini menganut prinsip menemukan
sendiri. Kelemahan metode SAS, yaitu:
· Kurang praktis.
· Membutuhkan banyak waktu.
· Membutuhkan alat peraga.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat penulis simpulkan
beberapa hal yang berkaitan dengan observasi mengenai pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah dasar khususnya pada kelas rendah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar sudah dirancang oleh guru
mengikuti rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya.
Meskipun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 dan pembelajaran bahasa
Indonesia diintegrasikan tetapi tidak menghilangkan unsur bahasa Indonesia dalam setiap
pelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan adalah pendekatan
pembelajaran tematis – integratif. Sedangkan model pembelajaran bahasa Indonesia yang
digunakan adalah model role playing atau bermain peran dan membaca menulis
permulaan.
3. Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 040536 P.lama
(kelas 1) ketika penulis melakukan observasi yaitu:
Kurang tertibnya siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Pandangan siswa tidak dapat fokus pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Ketika diterapkan model pembelajaran bermain peran (role playing) pada siswa,
masih ada beberapa siswa yang bermain dan tidak memperhatikan teman-temannya
yang ditunjuk untuk bermain peran.
Beberapa siswa masih membutuhkan arahan dalam menulis sebuah huruf, kata, dan
kalimat yang benar.
Beberapa siswa terlihat kurang percaya diri ketika berbicara di depan teman-
temannya.
Terdapat siswa yang kurang cepat dan tepat dalam menyelesaikan soal diakhir
pembelajaran.
4. Sistem penilaian sudah sesuai dengan penilaian di kurikulum 2013 yang meliputi tiga
aspek, yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada saat proses pembelajaran,
penilaian dilakukan dengan penilaian kelompok dan individu.
B. Saran
Kegiatan observasi di kelas merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, untuk itu di
sarankan pada calon guru terutama mahasiswa PGSD dapat mengetahui bagaimana seorang guru
mengajar suatu pembelajaran. Dan diharapkan mahasiswa PGSD dapat memberikan inovasi
yang berbeda dan menarik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar, agar di dalam diri
siswa dapat timbul rasa cinta terutama kepada pembelajaran bahasa Indonesia. Mahasiswa PGSD
sebagai seorang calon guru sekolah dasar, tentunya dapat memilih mana yang baik dan tidak baik
untuk diajarkan kepada murid ketika menghadapi kegiatan untuk mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Evertson, Carolyn. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.
Fandi, Israwan. Metode Pembelajaran Bermain Peran ( Role Playing) [online]
(http://www.academia.edu/8748398/Metode_Pembelajaran_Bermain_Pern_Role_Playin
g_) diakses pada tanggal 09 Mai 2021 pukul 20:00 wib.
Linda. Proses Membaca dan Menulis Permulaan pada Anak SD Kelas Rendah [online]
(https://lindaajja.wordpress.com/2011/04/18/proses-membaca dan-menulis-permulaan-
pada- anak-sd-dikelas-rendah/ ) diakses pada tanggal 09 Mai 2021 pukul 20.30 wib.