Anda di halaman 1dari 10

HUKUM ASURANSI SYARI’AH

(Wahdi Sihombing, M.Pd)

DISUSUN OLEH : SEKAR SARI

NIM : 0505192037

JURUSAN : ASURANSI SYARI’AH

MATA KULIAH : SEJARAH PERADABAN ISLAM

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya  sehingga saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah ini saya buat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang dibimbing
oleh Bapak dosen Wahdi Sihombing, M.Pd , semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna karena
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta
maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan kedepannya.

                                                                                                 Medan, 15 Februari 2022

Sekar Sari

0505192037

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini banyak inovasi yang diciptakan oleh manusia, untuk mempermudah
dalam kehidupan. Hal ini memnyebabkan peningkatan ekonomi yang pesat di berbagai
belahan dunia. Keadaan ini membuat manusia menjadi konsumtif, dan tak terkendali dalam
pengelolaan keuanganya. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan juga
keinginanya. Jam kerja padat membuat mereka kerap kali pusing untuk mengatur biaya
kehidupan untuk keluarga, tabungan, bahkan masa depan. Karena jam kerja yang padat pula
manusia tak peduli akan kesehatannya, padahal itu salah satu aspek untuk kemaksimalan
dalam bekerja.
Perencanaan keuangan pastilah perlu dilakukan mengingat hal tersebut, para pemikir
ekonomi mengeluarkan produk baru yaitu asuransi. Asuransi adalah perencanaan keuangan
masa depan yang berjangka. Asuransi sendiri menggunakan metode perhitungan
konvensional. Dalam islam, metode konvensional ini dianggap haram karena mengandung
unsur riba. Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah :275 ‫َوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Maka, para pemikir
ekonomi islam ingin membuat lembaga keuangan yang berbasis syariah atau islam. Yaitu,
lembaga keuangan yang sejatinya terlepas dari gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Karena itu para pemikir
ekonomi mengeluarkan produk baru yaitu asuransi syariah. Asuransi syariah ini
menggunakan akad, kontrak al-mudharabah, sistem bagi hasil, dan tidak ada dana hangus.
Sebagian ulama menghalalkan asuransi syariah dan sebagian mengharamkanya
Oleh karena itu, saya akan mencoba untuk menjawab permasalahan ini dalam paper “ Hukum
Asuransi Syariah dalam Pandangan Islam “ dan berharap dapat menjawab pertanyaan
khalayak.

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa ada ayat Al-Qur’an atau hadits yang membolehkan asuransi syariah ?
2. Apa hukum asuransi syariah?
3. Apakah asuransi di Indonesia sudah sesuai dengan syariah ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut penulis mempunyai maksud atau tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui adakah ayat Al-Qur’an atau hadits yang membolehkan asuransi
syariah
2. Untuk mengetahui hukum asuransi syariah
3. Untuk mengetahui Apakah asuransi di Indonesia sudah sesuai dengan syariah

D. Metode Penelitian
Dalam karya tulis ini penulis memakai metode penelitian kualitatif, yaitu dengan cara
mengumpulkan sumber bacaan seperti majalah, koran, artikel atau bacaan lainya, juga
foto dan data statistic tambahan.
Definisi Operasional Hukum adalah peraturan secara resmi dan mengikat Asuransi
Syariah adalah pertanggungan, perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran, dan dilakukan dengan konsep syariah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Asuransi Syariah


a. Etimologi
Asuransi dalam bahasa arab disebut at- ta’min yang diambil kata amana yang artinya
memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman,dan bebas dari rasa takut. Penanggung
mu’ammin, tertanggung musta’min. ada istilah lain yang dipakai dalam bahasa arab yaitu
takaful berasal dari kata tafakala-yatafakalu, artinya menjamin atau menanggung.
Adapula yang mengartikan saling menjamin. Kata asuransi berasal dari kata assurantie
dalam hukum belanda disebut verzekering artinya pertanggungan. Assuradeur istilah
untuk penanggung dan geassureede tertanggung.
Dalam bahasa arab ada tiga kata yang dipakai, pertama at-takaful berasal dari kata
kafala-yakfulu-kafaalatan, yang mempunyai arti menolong, mengasuh,
memelihara,memberi nafkah, dan mengambil alih perkara. Kedua at- ta’min yang diambil
kata amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman,dan bebas dari
rasa takut. Penanggung mu’ammin, tertanggung musta’min. Ketiga at-tadhamun berasal
dari kata dhamana yang artinya saling menanggung.ketiga kata tersebut digunakan karena
mencakup dasar dibentuk asuransi syariah.tetapi kata yang paling lazim dipakai ialah
takaful.
b. Terminologi
Secara terminologi Asuransi Syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) menurut DSN-
MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang menberikan pola pengembalian untuk mengahadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Ahli Menurut DSN-
MUI (Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk mengahadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Menurut Undang-Undang Hukum Dagang pasal 246 disebutkan:”Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikat diri
kepada seorang tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian

5
kepadanya karena satu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Menurut Andri  Soemitra tahun 2009, pada bukunya yang berjudul “Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah” dasarnya Asuransi Syariah merupakan usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabbarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Menurut UU No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

BAB III
PEMBAHASAN

Dasar Hukum Asuransi Syariah Asuransi syari’ah dasarnya adalah tolong menolong,
saling menjamin keselamatan, dan tidak mementingkan diri sendiri dengan empati pada
orang lainyang membutuhkan. Asuransi syari’ah memakai beberapa dasar hukum
berdasarkan al-qur’an dan hadits. Berikut beberapa dasar hokum yang dipakai:

A. Al- qur’an
Perintah pada manusia untuk mempersiapkan masa depan. Tertera dalam Q.S An-nisa
(4) : 9 ‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هللاَ َو ْليَقُولُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن خ َْلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬
َ ‫( َو ْليَ ْخ‬Artinya : “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.’’ Ayat tersebut menggambarkan bahwa dianjurkan
untuk membuat perencanaan di masa depan. Perintah untuk proteksi dari kemungkinan
kerugian atau kejadian tak terduga, tertera dalam Q.S Yusuf (12):47-48 َ‫ال ت َْز َر ُعونَ َس ْب َع ِسنِين‬
َ َ‫ق‬

6
‫ك َس ْب ٌع ِشدَا ٌد يَأْ ُك ْلنَ َم‚‚ا قَ ‚ َّد ْمتُ ْم لَه َُّن إِال قَلِيال‬
َ ِ‫) ثُ َّم يَأْتِي ِم ْن بَ ْع ِد َذل‬47( َ‫ص ْدتُ ْم فَ َذرُوهُ فِي ُس ْنبُلِ ِه إِال قَلِيال ِم َّما تَأْ ُكلُون‬
َ ‫دَأَبًا فَ َما َح‬
)49( َ‫ْصرُون‬ ِ ‫َاث النَّاسُ َوفِي ِه يَع‬ ُ ‫ك عَا ٌم فِي ِه يُغ‬ َ ِ‫) ثُ َّم يَأْتِي ِم ْن بَ ْع ِد َذل‬48( َ‫صنُون‬ِ ْ‫ِم َّما تُح‬
Artinya: “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk
kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit
dari (bibit gandum) yang kamu simpan”(47) Kemudian sesudah itu akan datang tujuh
tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (48) “Setelah itu
akan datang tahun dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu
mereka akan memeras (anggur)”(49) Ayat tersebut menggambarkan bahwa kita harus
mengantisipasi bahaya dengan bersiap sebelumya. Asuransi tidak bermaksud menolak
takdir Manusia melakukan segalanya dengan bersungguh-sungguh, segala yang terjadi
adalah kehendakNya. Tertera dalam Q.S At-Taghabun(64):11 dan Q.S Al-Hasyr(59):18
At-Taghabun(64):11 ‫ُ‚‚ؤ ِمن بِاهَّلل ِ يَهْ‚‚ ِ‚د قَ ْلبَ‚‚هُ ۚ َوهَّللا ُ بِ ُك‚‚ ِّل َش‚‚ ْي ٍء َعلِي ٌم‬
ْ ‫ص‚‚يبَ ٍة إِاَّل بِ‚‚إ ِ ْذ ِن هَّللا ِ ۗ َو َمن ي‬
ِ ‫اب ِمن ُّم‬ َ َ‫َم‚‚ا أ‬
َ ‚‚‫ص‬
Artinya: “Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
ْ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُ‚‚وا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُ‚‚رْ نَ ْفسٌ َم‚‚ا قَ‚ َّد َم‬
Allah.” Al-Hasyr(59):18 ‫ت لِ َغ‚ ٍد َواتَّقُ‚وا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ خَ بِ‚‚ي ٌر بِ َم‚ا‬
َ‫تَ ْع َملُون‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan” Ayat ini menggambarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kekuasaan
dan kehendakNya, kita sebagai manusia tidak bisa memungkiri bila tiba-tiba ada bencana
yang menimpa kepada kita. Hadits Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi
Muhammad bersabda: “barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang
mukmin, maka Allah SWT. Akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang maka Allah akan mempermudah
urusannya di dunia dan di akhirat.” Artinya: “diriwayatkan dari Abu Musa ra. Katanya:
Rasulullah saw, bersabda; Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti
sebuah bangunan di mana sebagianya menguatkan sebagian yang lain” Artinya:
“diriwayatkan dari an-Nu’man bin basyir ra. Katanya Rasulullah saw. Bersabda;
Perumpamaan orang –orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-
mencintai adalah seperti sebatang tubuh. Apabila salah satu anggotanya masih mengadu
kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit”. Artinya:
7
“diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Katanya: Sesungguhnya Rasullullah saw. bersabda:
Seorang muslim itu adalah bersaudara dengan muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi
dan menyusahkanya. Barang siapa yang mau memenuhi kebutuhan saudaranya, maka
Allah pun akan berkenan memenuhi kebutuhanya. Barangsiapa yang melapangkan satu
kesusahan kepada seorang muslim, maka Allah akan melapangkan salah satu kesusahan
diantara kesusahan-kesusahan di hari kiamat nanti. Barang siapa yang menutup keaiban
seorang muslim, maka Allah maka Allah akan menutupi keaibanya dihari kiamat.”
Hukum Asuransi Syariah Uang sebagai alat tukar dan alat pembayaran yang bisa
juga diambil manfaatnya. Uang juga bisa dipakai sebagai alat investasi jangka panjang
yang menguntungkan. Uang bisa dipakai untuk alat tukar barang dan jasa, salah satu jasa
yang bias dimasuki adalah asuransi. Asuransi sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya adalah perjanjian yang dimana penanggung menanggungkan diri pada
tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan pengggatian kepadanya karena suatau
kejadian yang tak terduga. Taqiyyudin An-Nabhani menyatakan bahwa asuransi
merupakan muamalah yang bathil, didasarkan atas dua perkara. Pertama, karena tidak
terpenuhinya sah akad dalam asuransi sebagai akad yang sesuai dengan syara’. Kedua,
karena akad dalam asuransi tidak sesuai syarat bagi sahnya akad jaminan(dhaman).
Karena sebuah akad dapat dinilai sah apabila akadnya berlangsung secara sah dan
menyangkut barang atau jasa. Bila akad pada jasa, baik dengan imbalan, maupun tidak
ada seperti dalam akad pinjaman.
Dunia ekonomi telah mengeluarkan banyak produk yang memudahkan untuk
pengelolaan keuangan, kehidupan di masa mendatang haruslah di pikirkan dan
dipersiapkan. Di Indonesia perencanaan ini mulai unggul dengan nama produk asuransi.
Asuransi sendiri terbagi pada dua yaitu konvensional dan syariah. Asuransi konvensional
sudah terlebih dahulu naik pamor dibanding asuransi syariah yang masih muda. Sistem
perasuransian di Indonesia lazimnya menggunakan metode konvensional, asuransi
syariah masih sukar ditemui di lembaga keuangan di Indonesia. Penerapan sistem syariah
masih dikembangkan.

8
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah pemaparan pada pembahasan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Setelah ditinjau, tidak ada ayat al-Qur’an dan Hadits yang menerangkan khusus tentang
asuransi syariah. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang dipakai sebagai hukum lebih tepatnya
mendekati unsur-unsur asuransi seperti, tolong menolong, dan mempersiapkan masa
depan.
2. Disimpulkan hukum asuransi adalah muamalah bathil, yaitu muamalah yang tertolak atau
tidak sah. Penyebab tidak sahnya karena akad tak sesuai dengan syara’ juga karena akad
dalam asuransi tidak sesuai syarat sahnya dalam perjanjian.
3.Asuransi termasuk produk keuangan baru di Indonesia, dan umumnya masih menganut
sistem konvesional. Beberapa sudah memakai sistem syariah, tapi seperti telah di
jelaskan bahwa asuransi sendiri hukumnya muamalah bathil yaitu yang tertolak atau
tidak sah.

B. Saran
1. Untuk para pembaca karena penelitian ini belum sempurna bisa dikaji kembali lebih
dalam dengan melalui sudut ushul fiqih, dan juga ilmu syari’ah yang berhubungan dengan
muamalah lainnya.
2. Untuk para pembaca disarankan lebih baik merencanakan keuangan mandiri atau
membuat tabungan pribadi.
3. Untuk para pembaca disarankan agar merencanakan keuangan mandiri dengan menabung
dan mengatur uang sendiri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Agustine, Ine. 2015. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: MA Manba’ul


Huda. Ali, Zainudddin. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: sinar grafika.
Muslehuddin, Mohammad. 2005. Asuransi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumanto, Edi Agus. Et al. 2009. Solusi Beransuransi : Lebih Indah dengan Syariah. Bandung
: Salamdani.
http://auliarahmansinaga.blogspot.co.id/2012/01/tafsir-ayat-tentang-iqtishadiyah.html.(15-02-
2022)
https://fathorrazi.wordpress.com/2011/01/09/seputar-asuransi-syariah/15-02-2022
http://hariyantowaelah.blogspot.co.id/2013/06/asuransi-syariah_9350.html15-02-2022
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/06/07/hukum-asuransi-syariah/15-02-2022

10

Anda mungkin juga menyukai