Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILOSOFI TAFAKUL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah “LKNB: Asuransi Syariah”

Dosen Pengampu: Hendro Lisa, S.E.,M.M

Disusun Oleh:

Rivana Nadila Putri (1209.18.085

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI)

AULIAURRASYIDIN-TEMBILAHAN

T.A 2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah LKNB:Asuransi Syariah dengan judul Filosofi Tafakul tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi
Muhammad SAW dengan mengucapkan Allahuma shalli ‘alaa sayyidina
Muhammad wa ‘alaa alihi sayyidina Muhammad.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Khususnya kepada Bapak Hendro
Lisa S.E. M.M selaku dosen pengampu. Karna telah memberikan materi dan
masukan kepada penulis khususnya dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan juga penulis.

Tembilahan, 30 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Masalah..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi syariah...............................................................3

B. Prinsip Dan Dasar Filosofi Syariah....................................................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia merupakan satu kesatuan


yang tidak terpisahkan. Setiap individu merupakan bagian dari suatu
masyarakat. Mereka saling membutuhkan dan melengkapi dalam menciptakan
skema sosial masyarakatnya. Dengan demikian masyarakat dan kebudayaannya
adalah terbentuk dari interaksi (Mu'amalah) antar individu yang ada.
Bertolak dari sifat ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut, muncullah berbagai bentuk lembaga yang menjadi
ikatan interaksi antar manusia, termasuk lembaga dalam aspek ekonomi, dan
diantaranya adalah asuransi
Fenomena asuransi sebenarnya timbul dari suatu kelompok masyarakat
yang bertekad untuk membentuk suatu arisan guna meringankan beban
keuangan diantara mereka, sekaligus untuk menghindari adanya kesulitan
pembiayaan yang mereka hadapi.
Dalam Islam sendiri sebenarnya telah ada suatu konsep sekaligus praktek
yang bisa dikaitkan dengan kegiatan asuransi atau penanggungan, yaitu konsep
Kafalah. Konsep ini jelas-jelas telah terlaksana dalam kehidupan Nabi
Muhammad Saw yang berarti telah memiliki kepastian hukum dan ketegasan
bentuk.
Saat ini kebutuhan akan jasa asuransi dirasa semakin meningkat baik
oleh kalangan rumah tangga, dunia usaha, maupun pemerintah. Asuransi
tersebut diperlukan sebagai sarana dalam menghadapi resiko yang lebih
kompleks dan bervariasi. Bahaya yang dikhawatirkan itu diantaranya meliputi :
kehilangan, kerusakan, pencurian, kebakaran, kecelakaan, kesakitan, atau
bahkan kematian.
Namun banyak sekali ragam dan jenis asuransi yang ada sehingga kita
terkadang bingung dan salah persepsi mana yang islami/syariah danmana yang

1
non Islami atau yang lebih identik dengan konvensional ? karena tidak sedikit
dari jenis asuransi yang ada disinyalir mengandung unsur gharar/spekulasi,
maisyir/untung-untungan, riba, perjudian dan eksploitasi (seringnya terjadi
ketidakseimbangan antara nilai premi dan ganti rugi), serta adanya kebebasan
investasi dalam sektor-sektor maksiat maupun ribawi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asurasi syariah ?
2. Apa saja prinsip Dan Dasar Filosofi Syariah ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui asuransi syariah


2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dan Dasar Filosofi Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi Syariah


Istilah akutansi dalam perkembanganya diindonesia berasal dari bahasa
belanda asurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa indonesia.
Namun istilah asuransi itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah asli bahasa
belanda , akan tetapi berasal dari bahasa latin yaitu assecuarare yang berarti
“menyakinkan orang” dengan demikian pula istilah assuradeur yang berarti
“penaggung” dan geassureede yang berarti”tertanggung”keduanya berasal
dari perbendaharaan bahasa belanda. Sedangkan dalam bahasa belanda istilah
pertanggungan dapat diterjemahkan menjai “insurance” dan “assurance”
kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda insurance
mengandung arti menaggung segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sedangkan
assurance berarti menaggung segala sesuatu yang pasti terjadi. Istilah
assurance lebih lanjut dikkaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan
dengan masalah jiwa seseorang.
Berikut ini pendapat mengenai beberapa asuransi
1. Asuransi dapat pula diartikan sebagai suatu persetujuan dimana ,
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat
premi, untuk mengganti kerugian atau tidak diperolehnya keuntungan
yang diharapkan, yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui
dahulu.
2. Asuransi atau pertanggungan menurut UU No. 2 Tahun 1992, yaitu :
perjanjian antara dua pihak atau lebih , dengan mana pihak penaggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung
jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu

3
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Sedangkan asuransi syariah adalah asuransi yang dijalankan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yang tata cara beroperasinya mengacu
pada ketentuan-ketentuan al-Qur'an dan Hadist. Asuransi syariah, setiap
peserta sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan
yang lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebijakan yang disebut
tabarru’ jadi sistem ini tidak menggunakan pengalihan resiko dimana
tertanggung harus membayar premi, tetapi lebih merupakan pembagian resiko
dimana peserta saling menaggung. Kemudian akad yang digunakan dalam
asuransi harus selaras dengan hukum islam, artinya akad yang dilakukan
harus terhindar dari unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulum(penganiyayaan), risyiwah(suap), disamping itu investasi dana harus
pada objek yang halal thoyyibah bukan barang haram dan maksiat.

B. Prinsip dan Dasar Filosofi Asuransi Takaful


Ada tiga prinsip dan dasar filosofis Takaful yang digali dari Al-Quran
dan Sunnah, yaitu:
1. Tauhid
Tauhid merupakan wacana teologis yang tentang segala aktivitas
manusia, termasuk kegiatan asuransi. Jadi, seluruah kegiatan Asuransi
Takaful, berdasarkan sebuah doktrin Islam dan fundamental yang disebut
dengan tauhid. Muatan konsep tauhid dalam tataran ini adalah iman dan
taqwa. Seseorang yang masuk dan menceburkan diri dalam kancah
Takaful, baik pengelola maupun nasabahnya (pemegang polis), harus
mendasarkan aktivitasnya kepada iman dan taqwa, manusia akan bersifat
jujur, adil, amanah, dan bertanggungjawab. Jujur, adil, dan amanah
merupakan dasar bisnis yang fundamental. Sedangkan
pertanggungjawaban tersebut, tidak saja terhadap manusia, tetapi juga
kepada Allah swt.

4
Syed Nawab Haidar an-Naqwi, intelektual India kontemporer yang
terkemuka, dalam buku Etika dan Ilmi Ekonomi, memaparkan empat
aksioma ekonomi Islam, yaitu tauhid, keadilan, kebebasan dan kebebasan.
Tauhid kepemimpinan, adalah prinsip fundamental aktivitas ekonomi
manusia muslim. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk Ilahiyah,
makhluk yang bertuhan, dengan seluruh kegiatan asuransi tidak terlepas
dari pengawasan Allah dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan (QS.
62:10).
Manusia yang bertauhid dalam menjalankan setiap aktivitasnya adalah
sosok yang memiliki kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan, tidak
saja mewujudkan insan jujur, amanah dan bertanggungjawab, tetapi juga
memberikan vitalitas dengan daya kreatif dan dinamis. Itulah sebabnya,
Rasulullah menegaskan, agar dalam setiap aktivitas, kita menghadirkan
Allah dalam kesadaran kita. Nabi berdoa, “Setiap aktivitas yang baik, tidak
dmulai dengan nama Allah, maka aktivitas itu tidak beratah.”
Menyebut nama Allah sudah barang tentu mengandung arti komitmen
dan konsistensi kesadaran kita terhadap Allah dalam keseluruhan aktivitas
kita. Lebih lanjut, hal itu berarti bahwa kita membawa Allah ke dalam
keseluruhan hidup kita. Konsekwensinya, adalah bahwa di satu pihak kita
harus menjunjung norma-normanya (norma ekonomi Islam) bekerja secara
optimal dan sempurna dalam setiap profesi dan kedudukan yang
dipercayakan kepada kita, dan pihak lain merasa dibimbing dan dilindungi
Allah setiap saat. Oleh karena itu kita selalu tegar dan dinamis, efisien dan
efektif dalam hidup ini. Sebab, Allah hadir dalam diri kita.
Secara terminologi, tauhid sebenarnya bermakna mengesakan Allah,
baik pengesaan dalam tataran 'ubudiyah', uluhiyah (mengesakan Allah
dalam tataran Zat dan Sifat), maupun tataran tauhid rububiyah (keyakinan
bahwa pemelihara alam hanya Allah).
Tauhid yang bernuansa aqidah tersebut, harus direfleksikan kepada
tauhis sosial yang bersifat empiris. Dengan kata lain, tauhid aqidah harus
memantulkan sikap dinamis, aktif, kreatif dan progesif, serta memantulkan

5
aktifitas dan jujur, amanah, adil dan bertanggung jawab dan dapat
dipercaya. Seseorang yang jujur, adil, bertanggungjawab dan dapat
dipercaya, pasti disenangi umat. Dan bila meraka yang bertauhid itu
melakukan hubungan dalam konteks asuransi, maka hubungan tersebut
akan berjalan serasi, harmonis dan penuh keseimbangan.
2. Tolong menolong
Takaful didasarkan pada prinsip tolong menolong sesama muslim dan
manusia. Islam mengajarkan bahwa umat manusia merupakan keluarga
besar kemanusian. (kemanusiaan semesta). Untuk dapat diselenggarakan
bersama, umat harus membantu membantu. Ibnu Khaldun dalam karya
monumnetalnya Muqaddimah, menyebut manusia sebagai al-insan
madaniyyun bi al-thabi'i (makhluk sosial dan beradapan yang saling
membutuhkan).
Ayat Al-Qur'an surah al-Maidah ayat 2 sangat lantang
mendeklerasikan keniscayaan Bantu membantu dalam mengemban misi
kemanusian menuju kebajikan dan taqwa. “Tolong Membantulah kamu
dalam kebajikan dan taqwa dan jangan kamu tolong bantu dalan dosa dan
permusuhan.”
Dalam konteks ini, bantu membantu dalam kebaikan yang diwujudkan
dalam kegiatan takaful, yaitu saling menjaga, saling menjaga dan saling
bertanggung jawab.
Tolong bantu atau saling membantu merupakan upaya mewujudkan
kekuatan umat Islam, sebagaimana yang diharapkan Nabi Muhammad
SAW, ”Seorang mukmin with a mukmin laksana sebagian membangun
memperkuat sebagian lain.” (Muslim).
Dalam Takaful Syariah, dipakai akad takafuli, bukan akad tabaduli.
Akad takafuli adalah akad yang ikut membantu membantu dan saling
menyerang. Wujud tolong menolong terejawantah dalam dana tabarru'
(derma) yang ditentukan berdasarkan program yang dipilih dan klasifikasi
umur. Sedangkan akad tabaduli adalah akad yang bernuansa jual semata-
mata. nasabah dan perusahaan hanyalah dalam bentuk transaksi bisnis.

6
Takaful Syariah menerapkan akad takafuli sedangkan asuransi biasa
(konvensional) menerapkan akad tabaduli.
3. Saling Melindungi dan Menanggung (Takaful dan Ta'min)
Prinsip Takaful didasarkan pada prinsip saling melindungi dan
bertanggung jawab antara yang satu dengan yang lain. Jadi, Takaful antar
umat manusia merupakan dasar pijakan Asuransi Takaful. Dalam Takaful
diujudkan hubungan manusia yang islami di antara para pesertanya yang
bersepakat untuk bersama-sama mereka, atas yang terjadi akibat bencana
atau lainnya, seperti kebakaran, kematian dan sebagainya.
Semangat takaful adalah untuk kepentingan bersama atas dasar rasa
persaudaraan di antara para peserta. Persaudaraan di sini meliputi dua
bentuk, yakni berdasarkan kesamaan keyakinan (Ukhuwah Islamiyah) dan
persaudaraan atas dasar kesamaan derajat manusia (Ukhuwah Insaniyah).
Persaudaraan dalam konsep Islam, membutuhkan sikap saling
mencintai antara sesama manusia. Sikap saling menghargai ini tentunya
mewujudkan sikap sosial yang terpuji untuk melepaskan dan membantu
orang yang mendapat kesulitan hidup.
Sifat mementingkan kepentingan pribadi atau dorongan untuk
keuntungan semata-mata, tidak ada dalam asuransi Islam. Karena asuransi
Islam berlandaskan prinsip-prinsip kemanusiaan universal yang bersifat
sosial, yaitu saling menyayangi, saling bertanggung jawab antar peserta,
saling membantu dan membantu menolong (ta'awun), saling membantu
dan meringankan penderitaan orang lain, terutama sesama peserta.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi syariah adalah asuransi yang dijalankan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-
ketentuan al-Qur'an dan Hadist.
Prinsip dan dasar filosofi Asuransi syariah berasal dari Al – quran dan
sunnah. Ada 3 prinsip dan dasar filosofis tafakul yang digali dari Al –quran
dan As – sunnah yaitu: prinsip tauhid, tolong menolong, dan saling
melindungi dan menyayangi
B. Saran
Penulis telah membuat makalah ini dengan semaksimal mungkin. Namun
penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karna itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepanya
penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat menyusun makalah yang
lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2008. Hukum Asuransi Syariah, Jakarta:Sinar Grafika
Wirdyaningsih,at,al.2005.Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia. Jakarta
:Kencana

Anda mungkin juga menyukai