Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA ISLAM

TENTANG ASURANSI MENURUT ISLAM

Disusun oleh :
Nama : 1. Vitarani Aurelia Nurmajid
2. M.Fathur Rahman Anhar
3. Mibta Prana Al-Khafis
4. Davi Aprilian
5. Mutiara Intan Permata Sari
6. Putri Meiranda Hairun Annisa
7. Nadiva Putri Bahza
8. Alexander Nesta Da Fienchi
9. Fahrul Syakie Hikmatiansyah
10. Riki Fadila Fithrah
Kelas : XI IPA 2
Mata Pelajaran : Agama Islam
Guru Pembimbing : Yuli Hartati, S.Pd.I

SMA NEGERI 2 LUBUKLIGGAU


2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Agama Islam tentang Asuransi Menurut Islam

Makalah Agama Islam ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Agama Islam ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Agama Islam tentang Asuransi
Menurut Islam dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Lubuklinggau, 06 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I...........................................................................................ii


DAFTAR ISI II........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II MATERI PEMBAHASAN


1. Pengertian Asuransi……………...……………………………………………2
2. Hukum Islam terkait Asuransi...………………………………………………2
3. Prinsip Asuransi ………………………………………………………………3

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ………………………...……………………………………………5
Saran………………………………………………………..……………………5

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia pada zaman modern ini sarat dengan beragam macam resiko
dan bahaya. Dan manusia sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari dan
dimana dia akan meninggal dunia. Resiko yang mengancam manusia sangatlah beragam,
mulai dari kecelakaan transportasi udara, kapal, hingga angkutan darat. Manusia juga
menghadapi kecelakaan kerja, kebakaran, perampokan, pencurian, terkena penyakit,
bahkan kematian itu sendiri.

Untuk menanggulangi itu semua, manusia berinisiatif untuk membuat suatu


transaksi yang bisa menjamin diri dan hartanya, yang kemudian dikenal dengan istilah
asuransi. Asuransi ini termasuk muamalat kontemporer yang belum ada pada zaman nabi
Muhammad saw. Oleh karena itu, perlu ada penjelasan tentang hukumnya di dalam Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang Asuransi Menurut Islam ini adalah sebagai berikut:

 Apa pengertian Asuransi?


 Bagaimana pendapat para ulama tentang Asuransi?
 Hukum Asuransi Menurut Agama Islam

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Asuransi Menurut Islam ini
adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui pengertian asuransi.


 Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang asuransi.
 Untuk mengetahui haram tidaknya asuransi.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Asuransi
Menurut bahasa asuransi berasal dari kata at-ta’min yang berarti pertanggungan.
Menurut istilah, asuransi adalah akad (perjanjian) antara penanggung (perusahaan
asuransi) dan yang mempertanggungkan sesuatu (peserta perusahaan asuransi). Peserta
perusahaan asuransi dalam periode tertentu berkewajiban membayar premi kepada
perusahaan asuransi, yang besarnya sesuai perjanjian antara keduanya. Kewajiban
perusahaan asuransi ialah memberikan sejumlah uang kepada peserta asuransi yang besar
dan waktunya sesuai perjanjian (polis).

2. Hukum Islam Terkait Asuransi

Asuransi menurut pandangan islam termasuk masalah ijtihadiyah


artinya masalah tersebut perlu dikaji hukumnya, karena tidak ada penjelasan
yang mendalam dalam Al-Qur’an atau hadis secara tersurat. Kini umat islam
dihadapkan kepada masalah asuransi dalam berbagai bentuknya asuransi jiwa,
asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan, dan dalam berbagai
kehidupannya, baik dalam kehidupan keagamaan. Dikalangan ulama dan
cendekiawan muslim ada empat pendapat tentang hukum asuransi, yaitu :
1) Mengharamkan asuransi dalam berbagai bentuknya, denan alasan :
 Asuransi sama dengan judi.
 Mengandung unsur tidak jelas.
 Mengandung unsur riba.

Ulama yang mendukung, antara lain Suyyid Saqib,Muhammad Yusuf


Qardawi, dan Abdullah Qaiqili
2) Membolehkan asuransi dalam segala praktiknya, dangan alasan :
 Tidak ada nas Al-Qur’an dan hadis yang melarang asuransi,
 Ada kesepakatan kedua belah pihak
 Salimg menguntungkan kedua belah pihak
 Asuransi termasuk akadmudarabah (akad kerjasama bagi hasil)
 Asuransi termasuk koperasi (Syirkah ta’awuniyah) yaitu usaha
saling melindungi dan tolong menolong

Ulama yang mendukung pendapat ini antara lain Abdul Wahab Khlaf,
Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Isa, dan Abdurrahman Isa.
 Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan
asuransi yang bersifat komersial. Ulama yang mendukung ini
Muhammad Abu Zahrah, yaitu Guru Besar Hukum Islam di
Universitas Al-Azhar Kairo di Mesir.
 Syubhat, yaitu masih diragukan halal dan haramnya. Alasanya tidak
ada dalil yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkan.

v
3. Prinsip Asuransi

1. Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).


2. Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau
mudhorobah.
3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka
diselesaikan menurut syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan
prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut
aturan syar’i.
7. Hal yang ada dalam Asuransi :
1. Akad (Perjanjian)
Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah
atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi
sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan
dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong
menolong (takaful).

2. Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya
tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas
usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di
tangan Yang Mahakuasa.

3. Tabarru dan Tabungan


Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya
sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri
(dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara
ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi
syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana
tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah,
dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan
oleh sesama peserta untuk saling menolong.

4. Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,”Hai orang-orang
yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

vi
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.”Prof.
Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat
unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar
sama dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir
dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam
kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia
sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang
polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi
konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena
keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh
perusahaan yang bersangkutan.

5. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal
demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan
menghitung keuntungan di depan.

6. Konsep Taawun Dalam Asuransi


Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan
sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam
makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful
(asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan
terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu kerugian
atau penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya.

vii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung. Jadi hukum islam tentang asuransi ijtihadiyah yang
berarti masalah tersebut perlu dikaji hukumnya, karena tidak ada penjelasan
yang mendalam di dalam Al-Qur’an atau Hadis secara tersurat.

Saran
1. Sebaiknya jika ingin mengasuransikan sesuatu carilah penjelasan
yang menyinggung tentang asuransi di dalam Al-Qur’an
2. Sebaiknya jika ingin mengasuransikan sesuatu tanyalah pada orang
yang lebih tahu tentang hukum islam yang ada disekitar Anda

viii
DAFTAR PUSAKA

1. DR, Syekh Husain bin Muhammad al Malah, Al fatwa Nasyatuha


wa Tathuwuruha, Hal. 909
2. Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, hal : 2
3. Prof. Dr. Drs. M. Amin Summa, SH, MA, MM, Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional, Hal 69-73
4. Prof. Dr. Drs. M. Amin Summa, SH, MA, MM, Asuransi Syariah
dan Asuransi Konvensional, Hal 60-65, Prof. Dr. Husain Husain Sahatah,
Asuransi Dalam Prespektif Syariah, Hal. 163, Muhaimin Iqbal, Asuransi
Umum Syariah dalam Praktik, hal : 2-5

ix

Anda mungkin juga menyukai