Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASURANSI
SYARIAH “ dalam mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman jahiliyah ke zaman terang benderang seperti sekarang ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat banyak bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. IBU , Vina Septiana Permatasari,M.SEI selaku dosen pengampu mata kuliah Lembaga
Keuangan Syariah
2. Teman teman serta semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
namun demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat serta menambah
wawasan kita semua. Selain itu, penulis juga berharap adanya kritik dan saran yang membngun
dari para pembaca sekalian sebagai perbaikan dari pembuatan makalah kami kedepannya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................................ 3
B. Sejarah Asuransi Syariah ............................................................................. 4
C. Prinsip – prinsip Asuransi Syariah ............................................................... 5
D. Jenis – jenis Asuransi Syariah ...................................................................... 7
E. Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvesional ............................. 8
F. Keunggulan Asuransi Syariah ...................................................................... 9
G. Mekanisme Asuransi Syariah ..................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA 13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Asuransi merupakan suatu persiapan yang dilakukan oleh sekelompok
orang,yang mana masing-masing dari mereka mengalami kerugian yang kecil sebagai suatu
hal yang tidak dapat diduga. Ketika kerugian itu menimpa salah seorang anggota dari
perkumpulan tersebut, maka kerugian itu akan ditanggung bersama. Dalam setiap hidupa
manusia senantiasa menghadapi kemungkinan terjadinya malapetaka, musibah ataupun
bencana yang dapat melenyapkan dirinya atau berkurangnya nilai ekonomi seseorang baik
terhadap diri sendiri, keluarga, atau perusahaannya yang diakibatkan oleh meninggal dunia,
kecelakaan, sakit, ataupun lanjut usia. Kehilangn fungsi dari pada suatu benda, seperti
kecelakaan, kehilangan akan barang dan juga kebakaran.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian asuransi syariah ?
2. Bagaimana sejarah berdirinya asuransi syariah ?
3. Apa saja prinsip-prinsip asuransi syariah ?
4. Apa saja jenis jenis asuransi syariah?
5. Bagaimana perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional?
6. Apa keunggulan asuransi syariah?
7. Bagaimanakah mekanisme kerja asuransi syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi syariah
1
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya asuransi syariah
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip asuransi syariah
4. Untuk mengetahui jenis jenis asuransi syariah
5. Untuk mengetahui perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional
6. Untuk mengetahui keunggulan asuransi syariah
7. Untuk mengetahui mekanisme kerja asuransi syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammad,Ajib,2019,Asuransi Syariah,Jakarta,Rumah Fiqih Publising.Hal 8
2
Khoirul ,Anwar,2007Asuransi Syariah Halal dan Haram.Tiga Serangkai.hal 6-7
3
Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko
diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam
kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarru’) yang
ditunjuk untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai
dengan surah Al Maidah(5):2 “ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui investasi dalam bentuk asset/dan
tabarru’/ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Jadi dasar didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling
bertanggung jawab, kerjasama dan perlindungan dalam kegiatan-kegiatan masyarakat ,
demi terciptanya kesejahteraan umat dan masyarakat umumnya. Sebagai seorang muslim,
kita wajib percaya bahwa segala hal yang terjadi diatas tidak terlepas dari qadha dan qadhar
Allah Swt. terhadap hamba-hambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt. dalam
firman-Nya yang berbunyi “ Dan tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa
yang diusahakannya esok, dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana ia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS Luqman[31]:3
Al-aql adalah denda sedangkan makna Al Aqil adalah orang yang membayar denda.
beberapa ketentuan sistem Aqilah yang merupakan bagian dari asuransi sosial dituangkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama di
dunia setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah Rasulullah
membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut
4
menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang pihak dari tawanan
harus membayar tebusan kepada musuh untuk membebaskannya.3
Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali dengan
mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No.7 tahun 1992
tentang perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk itulah pada tanggal 27
Juli 1993, ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa
Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim
Pembentukan asuransi Takaful Indonesia(TEPATI).5
3
Abdullah, Amir,2006,Asuransi Syariah.Gramedia Jakarta.hal 1-2
44
Muhammad,Ajib,2019,Asuransi Syariah,Jakarta,Rumah Fiqih Publising.Hal 11
5
A.Marimin,2015,Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia,https;//Jurnal.stie-aas.ac.id
5
Dalam bidang asuransi syariah kerelaan (arridho) dapat diterapkan pada setiap
anggota (nasabah) asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan
sejumlah dana yang disetorkan ke perusahaan,asuransi yang difungsikan sebagai dana
sosial (tabarruk) yang betul-betul ditujukan untuk membantu anggota Asuransi yang lain
jika mengalami bencana kerugian.
4. Amanah.
Prinsip amanah harus diterapkan dalam semua bisnis Syariah, termasuk asuransi
syariah.Amanah yaitu bertanggung jawab (responsif bility, transparansi, trustworty).
Sifat amanah harus diterapkan kepada kedua belah pihak antara nasabah dan perusahaan
asuransi syariah yaitu seorang nasabah yang menyampaikan informasi yang benar
berkaitan dengan premi yang dibayar dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa
dirinya sifat amanah bagi perusahaan asuransi yaitu harus membuat laporan yang jujur
dan transparan.
5. Keadilan.
Prinsip keadilan dalam bisnis Asuransi Syariah dapat diterapkan dalam pembagian
bagi hasil sesuai kesepakatan dalam akad misalnya 50:50 atau 55:45 atau 60:40.
6. Bebas Riba.
Sistem asuransi syariah tidak mengenal riba(bunga/interest) karena riba hukumnya
haram menurut syariat islam.
7. Bebas Gharar.
Gharar secara bahasa berarti risiko tipuan dan menjatuhkan diri atau harta ke jurang
kebinasaan menurut istilah gharar adalah jual beli yang tidak jelas kesudahannya jadi
asas horor adalah ketidakjelasan ketidak jelasan ini bisa terjadi pada beberapa atau harga
ketidak jelasan pada barang disebabkan beberapa hal :
1. Fisik barang tidak jelas
2. Sifat barang tidak jelas
3. Ukuranya tidak jelas
4. Barang bukan milik penjual
5. Barang tidak bisa diserah terimakan.
Asuransi konvensional dilarang karena kontraknya berasaskan gharar yang akadnya
dikaitkan dengan kejadian yang tidak jelas mungkin terjadi dan mungkin tidak terjadi.
8. Bebas Maisir.
6
Asuransi syariah dilarang menggunakan model perjudian Karena Judi dilarang oleh
Syariah.6
6
Mardani,2015,Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia,Karisma Putra Utama.hal 99-102
7
Nurul Ichsan, 2016, PELUANG DAN TANTANGAN INOVASI PRODUK ASURANSI UMUM SYARIAH,
Jurnal Ekonomi Islam, vol. 7, No. 2. Hal 135-136
7
e. Tafakul resiko pemasangan
f. Tafakul penyimpanan uang
g. Tafakul gabungan h. Tafakul aneka
i. Tafakul rekayasa/enginering
3. Retakaful
Adalah suatu proses saling menanggung anatara pemberi sesi (ceding company)
dengan penanggung ulang (reasurandur), dimana ada proses suka sama suka(saling
menyepakati) resiko dan persyaratannya yang ditetapkan dalam akad. Dalam
operasionalnya, menggunakan prinsip syariah terbebas dari praktek riba, gharar, dan
maisir.
8
Nurul Ichsan Hasan. Pengantar Asuransi Syariah, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014).
Hal 49
8
6. Dalam takaful investasi dana berasaskan kepada sistem bagi hasil (al-Mudharabah),
sedangkan dalam asuransi konvensional pelaburan dana berasaskan bunga (interest).
7. Dana yang terkumpul (premi) merupakan milik peserta dalam perusahaan takaful.
Sedangkan dalam asuransi konvensional dana yang terkumpul dari peserta adalah
menjadi milik perusahaan asuransi.
8. Misi dan visi Secara garis besar misi utama dari asuransi konvensional adalah misi
ekonomi dan misi sosial, sedangkan, Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah
misi akidah, misi ibadah (ta’awun), misi ekonomi, dan misi pemberdayaan umat (sosial).9
9
Arif Effendi. ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA (Studi Tentang Peluang ke Depan Industri Asuransi
Syariah), (Surakarta: Wahana Akademika, 2016). Vol. 03, N0. 02, Hal. 82
9
5. Keunggulan terakhir pada asuransi syariah adalah surplus underwriting. Secara
sederhana, istilah ini merujuk pada selisih lebih dari total kontribusi peserta asuransi
ke dalam dana tabarru’ setelah ditambah recovery klaim dari asuransi dikurangi
pembayaran santunan atau klaim, kontribusi reasuransi, dan penyisihan teknis.
Proses yang dilalui mekanisme kerja asuransi syariah, yaitu Pertama, underwriting
adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan dengan
besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi. Kedua, polis asuransi adalah surat
perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis
asuransi merupakan bukti auntetik berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi.
Ketiga, Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar
tabungan peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu
kejadian yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan investasi pada masa yang
akan datang. Keempat, Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad
mudharabah, mudharabah musyarakah, atau wakalahbilujrah.10
10
Dariana. PERBANDINGAN MEKANISME ASURANSI SYARIAH DAN ASURANSI KONVENSIONAL SERTA
PROSPEKNYA. https://media.neliti.com/media/publications/314727-perbandingan-mekanisme-asuransi-
syariah-31f9c40e.pdf
10
Kepemilikan dana
sepenuhnya dimiliki
bersama dan perusahaan Perusahaan memiliki hak
2. Kepemilikan dana asuransi hanya berdiri penuh atas alokasi dana dan
sebagai pengelola dengan investasi peserta asuransi.
mengedepannya
transparasi.
Tidak akan
menginvestasikan dana
peserta ke instrumen Bebas menginvestasikan dana
investasi yang peserta ke seluruh instrumen
3. Bentuk investasi
bertentangan dengan investasi dan tidak terbatas
prinsip syariah, seperti pada ketentuan syariah.
mengandung unsur judi,
suap, dan haram.
Mengedepankan
prinsip sharing
risk (tolong Dana pertanggungan
menolong), maka dana didapatkan langsung dari
4. Klaim klaim akan dicairkan di perusahaan asuransi yang
tabungan bersama, didasari oleh perbandingan
sehingga tidak risiko serta modalnya.
mempengaruhi keuangan
perusahaan.
11
Tidak ada badan pengawas
Mekanisme asuransi
sebagai pihak ketiga.
syariah melibatkan pihak
Sebaliknya, asuransi
ketiga, yaitu Dewan
6. Pengawasan konvensional justru wajib
Pengawas Syariah (DPS)
terdaftar serta mematuhi
sebagai pengawas dalam
regulasi yang dikeluarkan oleh
segala aktivitas asuransi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Menurut Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melaui investasi
dalam bentuk asset/dan tabarru’/ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal
dengan sebutan Al Aqila. Beberapa ketentuan sistem Aqilah yang merupakan bagian
dari asuransi sosial dituangkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah Rasulullah membuat ketentuan mengenai
penyelamatan jiwa para tawanan. Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang
berdasarkan syariah diawali dengan mulai beroperasinya bank-bank syariah. itulah pada
tanggal 27 Juli 1993, ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui
Yayasan Abdi Bangsa Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian Asuransi
Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan asuransi Takaful Indonesia(TEPATI).
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khoirul. (2007). Asuransi Syariah Halal dan Haram, Tiga Serangkai.
Amir, Abdullah. (2006). Asuransi Syariah, Gramedia Jakarta.
14