Anda di halaman 1dari 20

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Keuangan Publik Islam Nur Rodiah, S.Ei,MH

ASPEK HUKUM ASURANSI

Oleh :
Muhammad Anwar Baihaqi : 180105010630
M. Guntur Saputra : 180105010045
Karumatun Nisa : 180105010110

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2021

2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami sampaikan kepada kehadirat
Allah SWT karena berkat rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Rodiah, S.Ei, MH,
selaku dosen pengampu mata kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis sesuai dengan
sistematika penulisan dan penyajian yang benar. Tak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Aspek Hukum Asuransi”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan wawasan
dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk
dijadikan landasan perbaikan makalah ini sangat diharapkan. Semoga menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua, Amiin

Banjarmasin, 25 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................2

C. Tujuan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

A. Pengertian Asuransi Konvensional dan Syariah................................................3

B. Dasar Hukum Asuransi......................................................................................4

C. Jenis – Jenis Asuransi Konvensional Dan Syariah............................................8

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan saat ini terdapat dua jenis asuransi yaitu asuransi
konvensional dan asuransi syariah. Sebenarnya kedua jenis asuransi tersebut
tidak terlalu berbeda jauh. Hanya saja ada beberapa hal yang memang
bertolak belakang sehingga perlu adanya penyesuaian yang dilakukan.
Asuransi konvensional dimulai dari masyarakat Babilonia 4.000-3.000 SM
yang dikenal dengan Perjanjian Hammurabi, kemudian tahun 1668 M di
Coffe House London berdirilah Lloyd of London yang merupakan cikal bakal
asuransi konvensional [CITATION Amr06 \p 12 \l 1057 ] . Asuransi masuk ke
Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Keberadaan asuransi di Indonesia
merupakan akibat dari berhasilnya Bangsa Belanda dalam sektor perkebunan
dan perdagangan di Indonesia pada masa tersebut.
Asuransi syariah sudah dikenal sejak zaman Rasulullah yang dikenal
dengan sistem Al-Aqilah. Sistem ini merupakan suatu kebiasaan suku Arab
sebelum Islam datang yang kemudian disahkan oleh Rasulullah sebagai
hukum Islam yang dibuat oleh Rasulullah dalam bentuk konstitusi pertama di
dunia, yang disebut Konstitusi Madinah [CITATION Amr06 \p 11 \l 1057 ].
Asuransi syariah di Indonesia diawali pada tahun 1994. Pada saat itu, PT
Syarikat Takaful Indonesia berdiri pada 24 Februari 1994. Berdirinya
lembaga ini dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia.
Perkembangan bisnis asuransi syariah menunjukkan perkembangan yang
cukup pesat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah pemegang
polis asuransi syariah dan dana premi yang terkumpul cukup signifikan.
Masyarakat mulai menyadari pentingnya perlindungan yang memberikan rasa
nyaman secara lahir dan batin yang dilakukan dengan berlandaskan syariah.
Kemajuan transaksi bisnis asuransi syariah seharusnya diimbangi dengan
sistem pencatatan yang benar, adil, dan transparan sehingga dapat

1
dipertanggungjawabkan kepada pihakpihak yang berkepentingan hingga
kepada Allah SWT.
Perkembangan asuransi saat ini baik itu asuransi konvensional maupun
syariah, diperlukan kerja sama yang baik antara perusahaan asuransi, regulasi,
dan sistem. Meningkatnya kesadaran masyarakat perlu diimbangi dengan
memberikan dan meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan asuransi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan laporan
keuangan yang transparan, objektif, dapat dipercaya, dan disusun berdasarkan
standar akuntansi yang berlaku. Berjalannya perkembangan asuransi
konvensional maupun asuransi syariah dibutuhkan standar untuk dapat
mengakomodasi pelaporan yang harus dilakukan. Selain itu, dengan adanya
tujuan yang berbeda berarti ada pelaporan yang harus sesuai dengan tujuan
yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan standar akuntansi yang sesuai dengan
tujuan dan transaksi-transaksi yang terjadi pada masing-masing jenis asuransi
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi konvensional dan syariah?
2. Apa saja dasar hukum asuransi konvensional dan asuransi syariah?
3. Apa saja jenis-jenis asuransi konvensional dan asuransi syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi konvensional dan syariah?
2. Untuk mengetahui dasar hukum asuransi konvensional dan asuransi
syariah?
3. Untuk mengetahui jenis-jenis asuransi konvensional dan asuransi
syariah?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Konvensional dan Syariah
Kata asuransi itu sendiri diambil dari bahasa Belanda yaitu assurantie.
Dalam hukum belanda disebut dengan verzekering, yang berarti
pertanggungan. Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 Pasal 1, yang
dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupya seseorang yang dipertanggungkan.
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), tentang asuransi
atau pertanggungan seumurnya, Bab 9, Pasal 246, asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Asuransi dalam bahasa Arab disebut
At-ta’min yang berasal dari kata amanah. Amanah berarti memberikan
perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah men-
ta’min-kan sesuatu berarti seseorang membayar atau memberikan uang
cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan
ganti terhadap hartanya yang hilang.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.
21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah, asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah bersifat
saling melindungi dan tolong menolong yang dikenal dengan istilah ta’awun,
yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar
ukhuwah islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam
menghadapi malapetaka.1
B. Dasar Hukum Asuransi
1. Undang-undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian Pasal 1
ayat 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
a. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
1) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
2) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
b. Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas
perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan
perjanjian di antara para pemegangpolis, dalam rangka pengelolaan
kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan
melindungi dengan cara:
1) memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan

1
Amrin, A. (2006). Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal 3

4
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
2) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.2
2. Fatwa DSN MUI NO: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru'
pada Asuransi Syariah
Ketentuan Hukum
a. Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua
produk asuransi.
b. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang
dilakukan antar peserta pemegang polis.
c. Asuransi syariah yang dimaksud pada point 1 adalah asuransi jiwa,
asuransi kerugian dan reasuransi.3
3. Dalil Al-Qur'an Tentang Asuransi Syariah
a. Q.S An-Nisa : 2

َ‫ب ۖ َواَل تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَهُ ْم إِلَ ٰى أَ ْم َوالِ ُك ْم ۚ إِنَّهُ َكان‬


ِ ِّ‫يث بِالطَّي‬
َ ِ‫َوآتُوا ْاليَتَا َم ٰى أَ ْم َوالَهُ ْم ۖ َواَل تَتَبَ َّدلُوا ْال َخب‬
‫حُوبًا َكبِيرًا‬
"Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya
tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang
besar." (QS. al-Nisa’[4]: 2).
b. Q.S An-Nisa : 9
‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ ت ََر ُكوا ِم ْن خ َْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
2
Undang-undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian Pasal 1 Ayat 1, hal. 2
3
Fatwa DSN MUI NO: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Tabarru' pada Asuransi Syariah, hal 1

5
mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
c. Q.S Al-Hasyr : 18
ْ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
َ‫ت لِ َغ ٍد ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa
depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
d. Q.S Al-Maidah : 1
ْ َّ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَوْ فُوا بِ ْال ُعقُو ِد ۚ أُ ِحل‬
َّ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِهي َمةُ— اأْل َ ْن َع ِام إِاَّل َما يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّي ال‬
‫ص ْي ِد‬
‫َوأَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۗ إِ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم َما ي ُِري ُد‬
“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-
hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
e. Q.S An-Nisa : 58

َ ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ إِ َّن هَّللا‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬ ِ َ‫نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di
antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Nisa’ [4]: 58).
f. Q.S An-Nisa : 29
ْ
ٍ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَأ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َواَل‬
‫تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

6
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan
(mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa
perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).
g. Q.S Al-Maidah : 2

ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2).
4. Dalil Hadits Tentang Asuransi
‫ َوهللاُ فِ ْي عَوْ ِن‬،‫ب يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
ِ ‫َّج هللاُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬ ِ ‫َم ْن فَ َّر َج ع َْن ُم ْسلِ ٍم ُكرْ بَةً ِم ْن ُك َر‬
َ ‫ فَر‬،‫ب ال ُّد ْنيَا‬
)‫ْال َع ْب ِد َمادَا َم ْال َع ْب ُد فِ ْي عَوْ ِن أَ ِخ ْي ِه (رواه مسلم‬
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”
(HR. Muslim dari Abu Hurairah).
‫َمثَ ُل ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ فِ ْي تَ َوا ّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم ِم ْث ُل ْال َج َس ِد إِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ َعضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َسائِ ُر‬
)‫ْال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َو ْال ُح َمى (رواه مسلم عن النعمان بن بشير‬
“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan
mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit
maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin
Basyir).

ِ َ‫ال ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْني‬


ُ ‫ان يَ ُش ُّد بَ ْع‬
)‫ضهُ بَ ْعضًا (رواه مسلم عن أبي موسى‬
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu
bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-
Asy’ari).

7
َّ ‫ َوالَ يَ ْت ُر ْكهُ َحتَّى تَأْ ُكلَهُ ال‬،‫َم ْن َولِ َي يَتِ ْي ًما لَهُ َما ٌل فَ ْليَتَّ ِجرْ بِ ِه‬
‫ص َدقَةُ (رواه الترمذي والدار قطني‬
)‫والبيهقي من حديث عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده عبد هللا بن عمرو بن العاص‬
“Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia
perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga
habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan
Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin
‘Amr bin Ash).
‫ (رواه الترمذي عن عمرو بن‬.‫َو ْال ُم ْسلِ ُمونَ َعلَى ُشرُو ِط ِه ْم إِالَّ شَرْ طًا َح َّر َم َحالَالً أَوْ أَ َح َّل َح َرا ًما‬
)‫عوف‬
“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
(HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
C. Jenis – Jenis Asuransi Konvensional Dan Syariah
1. Asuransi Konvensional
Asuransi yang berkembang di dalam praktik usaha perasuransian
terbagi menjadi asuransi sejumlah uang (asuransi jiwa), asuransi kerugian
dan asuransi sosial. Penggolongan asuransi tergantung dari dasar
peninjauannya. Sebagai lembaga penjamin kepentingan orang dalam
keutuhan benda, harta ataupun wal’afiat manusia, di negara kita asuransi
digolongkan menjadi tiga, yaitu asuransi kerugian, asuransi jiwa dan
asuransi sosial.
Pembagian Jenis asuransi berbeda-beda sedangkan menurut sarjana
di negeri Belanda, jenis asuransi dibagi menjadi dua :
a. Asuransi kerugian (Schade verzekering)
Asuransi kerugian (Schade verzekering) adalah asuransi yang
menberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian
barang atau benda miliknya, kerugian mana terjadi karena bencana
atau bahaya terhadap mana pertangungan, baik kerugian berupa
kehilangan pakaian, kekurangan nilainya, kehilangan keuntungan
yang diharapkan.

8
b. Asuransi sejumlah uang (Sommen verzekering)
Asuransi atau pertanggungan sejumlah uang, orang yang menerima
ganti rugi yang sungguh-sungguh sesuai dengan kerugian yang
dideritanya. Karena ganti rugi yang diterimanya adalah hasil
penentuan sejumlah uang yang disepakati oleh pihak-pihak.
Pemberian sejumlah uang oleh penanggung itu bukanlah merupakan
penggantian kerugian, karena jiwa manusia tidak mungkin dapat
dinilai dengan uang. Yang termasuk pertanggung sejumlah uang ini
adalah pertanggungan jiwa, kecelakaan dan lain-lain.
Termasuk dalam golongan asuransi kerugian adalah semua jenis
asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, misalnya:
1) Asuransi pencurian(theft Insurance)
2) Asuransi pembongkaran(burglary insurance)
3) Asuransi perampokan (robbery Insurance)
4) Asuransi kebakaran (fire insurance)
5) Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian (crop
insurtance)
Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi
ketentuan bahwa penanggung terikat untuk melakukan prestasi berupa
pembayaran sejumlah uang yang besranya sudah ditentukan sebelumnya.
Beberapa cirinya antara lain kepentingannya tidak bisa dinilai dengan
uang, sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh penanggung telah
ditentukan sebelumnya, jadi tidak berlaku prinsip indemnitas seperti
halnya dalam asuransi kerugian serta tidak berlaku pula subrogasi.4
Adapun dilihat dari fungsinya, asuransi dibedakan:
a. Asuransi kerugian (non life insurance)
1) Asuransi kebakaran, kecelakaan kapal terbang dan lain-lain :
2) Asuransi pengangkutan
3) Asuransi kendaraan bermotor, pencurian dan lainnya.
b. Asuransi Jiwa (life insurance)
4
Fauzi, Wetria, 2019, Hukum Asuransi di Indonesia, Padang : Andalas University Press. hal. 20-21

9
1) Asuransi berjangka
2) Asuransi Dwiguna
3) Asuransi seumur hidup.
Dilihat dari segi kepemilikannya, terbagi atas :
a. Asuransi milik pemerintah
b. Asuransi milik swasta nasional
c. Asuransi milik perusahaan asing
d. Asuransi milik campuran5
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1 disebutkan
dua jenis asuransi, yaitu: Asuransi kerugian (loss insurance), dan Asuransi
jumlah (sum insurance) yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial,
dapat diketahui dari rumusan:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti.
b. Untuk memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atas pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya
tertanggung yang manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.6
Menurut pendapat Sri redjeki Hartono pembagian jenis asuransi
berdasarkan pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia adalah.
1. Asuransi yang bersiat komersial
2. Asuransi yang bersifat sosial7

5
Rahman, Muh. Fudhail, 2011, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Tanggerang Selatan : Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. hal. 26 -27
6
Fauzi, Wetria, 2019, Hukum Asuransi di Indonesia, Padang : Andalas University Press. hal 26-27
7
Fauzi, Wetria, 2019, Hukum Asuransi di Indonesia, Padang : Andalas University Press. hal. 21-22

10
Asuransi yang bersifat sosial ini disebut dengan istilah asuransi wajib,
karena keberadaannya diwajibkan oleh undang-undang. Program asuransi
wajib ini diatur dalam BAB VIII Pasal 39 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian yang menyatakan bahwa:
a. Program Asuransi wajib harus diselenggarakan secara kompetitif
b. Pengaturan Program Asuransi Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat
1 paling sedikit memuat:
1) Cakupan kepersetaan
2) Hak dan Kewajiban Tertanggung Atau Peserta
3) Premi dan Kontribusi
4) Manfaat atau santunan
5) Tata cara klaim dan pembayaran manfaat atau santunan
6) Kriteria penyelenggara dan
7) Keterbukaan informasi
c. Pihak yang dapat menyelenggarakan Program Asuransi Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
d. Penyelenggara Program Asuransi Wajib sebagaimana dimaksud pada
ayat 3 dapat menawarkan manfaat tambahan dengan tambahan Premi
atau Kontribusi.
e. Penyelenggara Program Asuransi wajib sebagaimana dimaksud pada
ayat 3 dilarang memaksa pemegaang polis untuk menerima tawaran
manfaat tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat 4.8
2. Asuransi Syariah
Berdasarkan angka 8 dan 9 Pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian, maka dapat dirumuskan jenis asuransi syariah :
a. Usaha Asuransi umum syariah adalah usaha pengelolaan risiko
berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi
dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
8
Ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_1433758676.pdf. hal. 26

11
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya
peristiwa tidak pasti.
b. Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah Usaha pengelolaaan risiko
berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi
dengan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal
atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain kepada peserta atau pihak
lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian,
yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
Sebagaimana yang diatur undang-undang perasuransian di atas bahwa
usaha asuransi syariah terbagi usaha umum syariah dan asuransi jiwa syariah,
hal ini sejalan dengan asuransi konvensional secara ilmu pengetahuan terbagi
atas asuransi kerugian dan asuransi sejumlah uang, asuransi kerugian ini
tergolong ke dalam jenis asuransi umum dan asuransi sejumlah uang adalah
asuransi jiwa. Asuransi syariah disebut dengan istilah lain yaitu asuransi
takaful.9
Asuransi syariah atau takaful terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Takaful Keluarga (Asuransi jiwa), adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful. Meliputi: takaful berencana,
pembiayaan, pendidikan dana haji, berjangka, kecelakaan diri.
b. Takaful Umum (Asuransi kerugian), adalah bentuk asuransi syariah yang
memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau
kecelakaan atas benda milik peserta takaful, seperti rumah bangunan dan
sebagainya. Meliputi: takaful kendaraan bermotor, takaful kebakaran,,
kecelakaan diri, pengangkutan laut, rekayasa dll.
Dalam hal menginvestasikan dana, perusahaan asuransi akan memberikan
pilihan instrumen investasi yang dapat diambil oleh peserta, antara lain:

9
Ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_1433758676.pdf. hal 3-4

12
1. Cash flow merupakan investasi sebagian besar pada instrumen pasar
uang syariah
2. Fixed Income merupakan investasi sebagian besar dalam instrumen
obligasi syariah
3. Balance Fund merupakan investasi sebagian besar pada saham dan
obligasi syariah
4. Equity Fund merupakan investasi sebagian besar dalam saham yang
sesuai dengan prinsip syariah.10
Ruang lingkup usaha Perasuransian ini diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Bab
II UU Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, sebagai berikut:
Pasal 2
1. Perusahaan asuransi umum hanya dapat meyelenggarakan:
a. Usaha asuransi umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri, dan
b. Usaha Reasuransi untuk risiko perusahaan umum lain.
2. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan usaha Asuransi
Jiwa termasuk lini usaha anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini
usaha asuransi kecelakaan diri.
3. Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan usaha reasuransi
Pasal 3
1. Perusahaan asuransi umum syariah hanya dapat menyelenggarakan :
a. Usaha Asuransi Umum Syariah, termasuk lini usaha asuransi
kesehatan berdasarkan Prinsip Syariah dan lini usaha asuransi
kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah
b. Usaha Reasuransi Syariah untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum
Syariah lain.
2. Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan Usaha
Asuransi Jiwa Syariah termasuk lini usaha anuitas berdasarkan Prinsip

10
Fauzi, Wetria, 2019, Hukum Asuransi di Indonesia, Padang : Andalas University Press. hal 88-89

13
Syariah, lini usaha asuransi kesehatan berdasarkan Prinsip Syariah, dan
lini usaha asuransi kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Perusahaan reasuransi syariah hanya dapat menyelenggarakan Usaha
Reasuransi Syariah.11

11
Ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_1433758676.pdf. hal 8

14
BAB III
KESIMPULAN
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupya seseorang yang dipertanggungkan.
Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Amrin, A. (2006). Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah


Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Fauzi, Wetria, 2019, Hukum Asuransi di Indonesia, Padang : Andalas University


Press
Zaini, Muhammad Ardy, 2015, Aspek – Aspek Syariah dalam Asuransi Syariah,
Jawa Timur : Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Rahman, Muh. Fudhail, 2011, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam,


Tanggerang Selatan : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Ridlwan, Ahmad Ajib. 2016. Asuransi Perspektif Hukum Islam.


https://www.researchgate.net/profile/Ahmad_Ridlwan/publication/3200560
61_Asuransi_Perspektif_Hukum_Islam/links/59cb1e1a45851556e97e3c39/
Asuransi-Perspektif-Hukum-Islam.pdf
(diakses pada 22 Februari 2021)

Dsnmui.or.id/kategori/fatwa/page/9/
(diakses pada 22 Februari 2021)

Google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.ojk.go.id/Files/201506/1UU402
014Perasuransian_1433758676.pdf&ved=2ahUKEwi94J_rn4DvAhXWDnI
KHXmuCRAQFjABegQIAhAG&usg=AOvVaw29qC3lzl98kmyduiUM7u8
G
(diakses pada 22 Februari 2021)

Ojk.go.id/Files/201506/1UU402014Perasuransian_1433758676.pdf
(diakses pada 20 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai