HUKUM ISLAM
Oleh :
Reyhan Al-Haq
15211201
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT , Robbil alamin, puji dan syukur bagi-Nya yang
telah melengkapi dan mencukupkan nikmatNya dan sholawat semoga tetap terlimpah
atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah di utus Allah SWT sebagai
rahmat bagi seluruh umat manusia .
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema ASURANSI
DALAM SYARIAT ISLAM yang disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Islam. Dalam penyusunan makalah ini saya menulis memperoleh bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini saya ingin Berterima
kasih kepada Dosen Mata kuliah Hukum Islam. Mengingat kemampuan saya yang
sangat terbatas maka saya menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang dan
bermanfaat buat kita semua.
Hormat Saya
Reyhan Al-haq
15211201
Daftar Isi
Kata Pengantar.
Daftar Isi..
ii
BAB I Pendahuluan ..
BAB II Pembahasan..
2.1 Pengertian..
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENULISAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat manusia tampak
mengalami kemajuan dalam hidup dan kehidupan ekonomi yang serba canggih dan
modern di dunia. Namun, bila menelusuri lebih detail, sebenarnya bagian mana di
belahan dunia ini yang dan berubah dari suasana serba sederhana menjadi
berkecukupan dan modern ? Tampaknya, kemajuan yang selama ini di anggap maju
ternyata masih mengalami kemunduran. Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan
ekonomi yang tidak merata dinikmati oleh setiap warga Negara. Negara Eropa dan
Amerika misalnya mendikte Negara Asia terutama Timur Tengah untuk menerapkan
ekonomi konvensional yang berbasis bunga. Hampir semua hukum keperdataan
diwarnai oleh system konvensional yang berbasis bunga termasuk penerapan asuransi
konensional yang telah menciptakan keresahan dan ketidakadilan kepada nasabahnya.
Mudah-mudahan visi dan misi asuransi syariah yang tidak berbasis pada bunga dan
dapat mengubah rintangan-rintangan yang selama ini membungkus umat manusia
dalam hidup ketidakwajaran dan kecurangan.
Pengkajian pada pokok bahasan ini, penulis akan memaparkan beberapa poin
berkenaan asuransi syariah dan asuransi konvensional sebagai suatu perbandingan,
terutama yang berkaitan keunggulan asuransi syariah bila dibandingkan dengan
asuransi konvensional yang selama ini menjadi acuan hidup dalam hukum
perasuransian di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Syeikh Musthafa az-Zarqa berarti cara dalam menghindari risiko yang akan
dihadapinya.
Ensiklopedi Hukum Islam berarti transaksi perjanjian antara dua pihak; pihak
pertama berkewajiban untuk membayar iuran dan pihak lain berkewajiban
memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran.
UU No. 2 thn 1992 pasal 1 berarti perjanjian antara dua pihak atau lebih
dimana pihak penangung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan pergantian kepada tertanggung karena suatu
kerugian, kerusakan dan lain sebagainya.
Faturrahman
Djamil
berarti
suatu
persetujuan
dimana
pihak
yang
Setelah memperhatikan beberapa definisi asuransi diatas, baik dari segi bahasa
ataupun istilah, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perjanjian asuransi minimal
terlibat pihak pertama yang sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain
mendapatkan pergantian dari suatu kerugian yang mungkin akan di derita sebagai
akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau belum di tentukan
saat akan terjadinya.
Adapun uang yang telah dibayarkan oleh pihak tertanggung akan tetap menjadi milik
pihak yang menaggung apabila peristiwa yang dimaksud tidak terjadi.
Dalam Asuransi paling tidak ada tiga unsure yang terlibat. Pertama,pihak tertanggung
yang berjanji membayarkan uang premi kepada pihak penangung secara sekaligus
atau secara angsur. Kedua, pihak pihak penanggung yang berjanji akan membayar
sejumlah uang kepada pihak tertanggung secara sekaligus atau secara angsur apabila
ada unsure ketiga. Ketiga, suatu peristiwa yang belum jelas terjadi.
Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak bisa
melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau di
kurangi.
Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah
Asuransi tak lain adalah riba berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada
kesetaraan antara kedua pihak yang terlibat, padahal kesetaraan demikian wajib
adanya.
2.
3.
4.
Antara lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa
(guru besar Universitas Syirya), Syaikh Abdurrahman Isa (guru besar Universitas alazhar Mesir), Prof. Dr. Muhammad Yusuf Musa (guru besar Universitas Kairo),
Syaikh Abdul Khalaf, dan Prof. Dr. Muhammad al-Bahi,
Pada dasarnya, mereka mengakui bahwa asuransi merupakan suatu bentuk muamalat
yang baru dalam islam dan memiliki manfaat serta nilai positif bagi ummat selama di
landasi oleh praktik-praktik yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
1. Dana asuransi diperoleh dari pemodal dan peserta asuransi didasarkan atas niat dan
persaudaraan untuk saling membantu pada waktu yang diperlukan.
2. Tata cara pengelolaan tidak terlibat dari unsur-unsur yang bertentangan dengan
syariat islam.
3. Jenis asuransi Takaful terdiri dari Takaful Keluarga yang memberikan perlindungan
kepada peserta.
4. Terdapat dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk mengawasi
operasional perusahaan agar tidak menyimpang dari tuntunan syariat islam.
1. Non-Profit Model biasanya dipakai oleh perusahaan sosial milik Negara atau
organisasi yang dikelola secara non-profit (nirlaba). Model inilah yang sesungguhnya
paling mendekati konsep dasar asuransi syariah karena selaras dengan kaidah-kaidah
berikut : saling bertanggung jawab, saling bekerja sama, dan saling melindungi
2. Al-Mudharabah model, secara teknis, al-Mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan 100% modal sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Disini terjadi pembagian untung rugi diantara anggota
(shahibul mal) dan pihak pengelola / perusahaan asuransi (mudharib).
Menghindari Riba
Menghindari unsur judi
Menghindari unsur penipuan (gharar)
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
A. Pengertian Asuransi Syariah
Pengertian asuransi syariah telah diungkapkan pada awal tulisan ini, namun tidak ada
salahnya untuk mengemukakan sepintas dalam hal membandingkan dengan asuransi
komvensional. Asuransi syariah, mempunyai 3 pengertian seperti yang telah
dikemukakan, diantaranya at-tamin. Muammin adalah penangung dan mun-tamin
diartikan tertanggung. Di dalam Al-Quran dikatakan dalam Surat Quraisy ayat :4
Artinya:
Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.
Ada kata aman dari rasa takut, memberi rasa aman. Jadi istilah at-tamin, yaitu antara
mentaminkan sesuatu yang berarti seseorang membayar atau menyerahkan uang
cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang
telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang,
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
seseorang
mempertanggungkan
atau
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan fatwa
tentang pedoman umum asuransi syariah. Menurutnya, asuransi syariah adalah usaha
saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk asset atau tabarru yang memberikan pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Selain itu, ada definisi yang mengungkapkan bahwa sebenarnya assuransi itu
merupakan alat atau institusi belaka yang bertujuan untuk mengurangi resiko dengan
mengabungkan sejumlah unit-unit yang beresiko agar kerugian individu secara olektif
dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi terebut kemudian dibagi dan
didistribusikan secara proporsional diantara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.
sesuatu yang akan diperoleh. Tidak diketahui berapa lama seseorang peserta asuransi
harus membayar premi.
B. Asuransi Konvensional
A. Asuransi Syariah
Selain itu, akad transaksi asuransi syariah mengandung kepastian dan kejelasan
sehingga peserta asuransi menerima polis asuransi sesuai dengan apa yang
dibayarkan (yang masuk ke rekening peserta) ditambah dengan dana tabarru dari
setiap peserta asuransi. Karena itu, setiap peserta asuransi yang mendapat musibah
atau kerugian akan menerima bantuan dalam bentuk ganti rugi terhadap musibah
yang dihadapinya. Bantuan dimaksud bersumber dari dana akad tabarru.
B. Asuransi Konvensional
Akad pada asuransi konvensional adalah pihak perusahaan asuransi dengan pihak
peserta asuransi melakukan akad mufawadhah, yaitu masing-masing dari kedua belah
pihak yang berakad di satu pihak sebagai penaggung dan di pihak lainnya sebagai
tertanggung. Pihak penaggung memperoleh premi-premi asuransi sebagai pengganti
dari uang pertanggungan yang telah dijanjikan pembayarannya. Sedangkan
Sistem
kontrak
dimaksud,
mengandung
unsure
untung-untungan,
yaitu
A. Asuransi syariah
Asuransi syariah menganut system kepemilikan bersama. Hal itu berarti dana yang
terkumpul dari setiap peserta asuransi dalam bentuk iuran atau kontribusi merupakan
milik peserta ( Shohibul Mal). Pihak perusahaan asuransi syariah hanya sebagai
penyangga aman dalam pengelolaannya. Dana tersebut, kecuali tabarrudapat diambil
kapan saja dan tanpa dibebani bunga. Di sinilah letak pebedaan mendasar pada life
insurance apabila seorang peserta karenakebutuhan yang sangat mendesak boleh
mengambil sebagian dari akumulasi dananya yang ada. Selain itu, perlu diungkapkan
bahwa pengelolaannaya untuk produk-produk yang mengandung unsure saving
(tabungan), dana yag dibayarkan oleh peserta langsung dibagi dalam 2 rekening, yaitu
rekening peserta dan rekening tabarru.
B. Asuransi Konvensional
dan menginvestasikan yanpa ada pembatasan halal dan haram dalam melakukan
pemindahan, bahkan ada kecendrungan yang selalu di praktikkan dalam asuransi
konvensional untuk menginvstasikan dananya ke system bunga. Selain itu, dana yang
terkumpul pada system asuransi konvensional dikelola oleh badan pengelola dan
keuntungannya hanya untuk kepentingan badan pengelola dan membayar polis
peserta, pengelola menganngap mempunyai pertambahan keuntungan sebagai usaha
yang dikelolanya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi taawaun atau tolong-menolong. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa asuransi taawun prinsip dasarnya adalah dasar
syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan
dalam meringankan bencana yang di alami oleh peserta. Asuransi syariah takaful ada
sejak tahun1994, walaupun sekitar 16 tahun yang lalu berdiri, tetapi perusahaan
asuransi tidak kalah dengan asuransi konvensional yang telah berdiri lebih dahulu.
Bisa dilihat perkembangan asuransi syariah dari banyaknya perusahaan asuransi
konvensional yang membuka unit usaha syariah. Dan banyaknya dana premi yang
dihimpun akhir tahun 2007 mencapai10 miliyar. Kini masyarakat telah banyak yang
beralih ke asuransi syariah, bukan karena syariah saat ini sedang naik daun, tetapi
karena mereka sudah mengetahui bahwa yang berdasarkan prinsip syariahlah yang
lebih baik. Mengapa syariah dikatakan lebih baik?? Karena perasuransian yang ada
selama ini mengandung unshur gharar, maisir dan riba, yang mana ketiga unsure itu
diharamkan oleh Islam. Keunggulan asuransi syariah telihat dari segi konsep, sumber
hokum, akad perjanjian, pengelolaan dana, dan keuntungan, bila dibandingkan
dengan asuransi konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim:
Jakarta)hal 93
[2] Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta 2008) hal 1
[3] Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim:
Jakarta)hal 97
[4] www.wikimu.com
[5] ibid
[6] Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul, Lembaga Keuangan Syariah (Zikrul Hakim:
Jakarta)hal 98
[7] Ibid hal 100
[8] Zainuddin ali, Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta 2008) hal 80
[9] ibid
[10] Ibid hal 81
[11] Ibid hal, 104
[12] http://www.pojokasuransi.com
[13] Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Ekonisia; Yogyakarta)
hal 126
[14] Zainuddin Ali Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta ) hal 65
[15] Zainuddin Ali Hukum Asuransi Syariah (Sinar Grafika:Jakarta ) hal 77
[16] Takaful.com/atu/pro06.html
[17] Ibid