ASURANSI SYARIAH
Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Pelajaran PAI
Di susun oleh :
KELOMPOK 1
ketua:Mentari Handayani
Anggota:Desti Agustin
Marcel Aditia
Seno Satrio
M.iqbal
Galang
Di Indonesia lembaga syariah sekarang berkembang dengan sangat pesat baik asuransi ataupun
perbankan dan usaha lainnya yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sebagai seorang mahasiswa kita
harus bisa mengetahui lebih jauh tentang asuransi syariah, baik perkembangan, pengertian, manfaat,
risikonya dan lain-lain.
Dasar hukum asuransi juga tercatat dalam hadis dan ayat Al-Qur’an. Adapun tiga poin yang dapat menjadi
acuan dasar hukum asuransi dalam islam adalah:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” – Al Maidah 2
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-
anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap mereka.” – An Nisaa 9.
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan
darinya pada hari kiamat.” – HR Muslim dari Abu Hurairah
Berdasarkan Fatwa DSN MUI tentang Asuransi Syariah Nomor 21/DSN-MUI/X/2001, asuransi syariah
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Akad asuransi syariah yang dimaksud tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiayaan), riswah (suap), barang haram dan maksiat. Asuransi syariah juga disebut takaful
atau tadhamun, ta’min.
Dengan kata lain, asuransi syariah adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong di
antara pemegang polis (peserta asuransi) melalui pengumumpulan dan pengelolaan dana tabarru.
Dana kumpulan dari pemegang polis asuransi syariah digunakan untuk empat hal:
1.Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al-A’raf : 34)
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah, untuk menjalani kehidupannya di muka bumi.
Namun dalam menjalankan kehidupannya tersebut manusia tidak mengetahui, sampai kapan ia akan
terus hidup, kapan ia akan jatuh sakit, kapan tertimpa musibah, kecelakaan, kebakaran dsb. Karena
hal tersebut semata-mata hanyalah merupakan rahasia Allah SWT.
2.Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar. (QS. An-Nisa’ : 9)
Dalam kehidupannya manusia memiliki potensi mendapatkan musibah dan bencana yang mungkin
tidak diduga sebelumnya, dan oleh karenanya manusia diminta untuk mempersiapkan diri,
menghadapi berbagai kemungkinan musibah yang akan menimpanya, sehingga tidak menimbulkan
kemadharatan bagi orang-orang yang ditinggalkannya
3.Dari Sa’d bin Abi Waqqash ra berkata, … bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jika
engkau meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan kaya (kecukupan) lebih baik dari pada engkau
meninggalkan mereka miskin yang meminta-minta kepada manusia lainnya. (Muttafaqun Alaih).
Bersamaan dengan ketidaktahuan manusia mengenai perkara yang ghaib (yang akan terjadi), Allah
juga memerintahkan agar manusia membuat perncanaan untuk hari depan.
4.Dari Nu’man bin Basyir ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Perumpamaan orang-
orang yang beriman dalam cinta, kasih sayang dan kelemah lembutan diantara mereka adalah seperti
satu tubuh. Apabila terdapat satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain
akan turut merasakannya (seperti) tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)
Diantara sesama kaum muslimin, kita diperintahkan untuk saling tolong menolong & bantu
membantu, khsusnya terhadap yang mendapatkan kesulitan.
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi takaful ditegakkan
atas tiga prinsip utama:
1. Saling bertanggung jawab
Yang berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk
membantu dan menolong peserta yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, karena
memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat diperhatikan dari hadits-
hadits berikut:
“setiap orang dari kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab
terhadap orang-orang di bawah tanggung jawab kamu” (HR. Bukhari dan Muslim)
“kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain
seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada
seluruh tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim).
“seorang mukmin dengan mukmin lainnya (dalam satu masyarakat) seperti sebuah bangunan
dimana tiap-tiap bagian dalam banguna itu mengukuhkan bagian-bagian yang lain” (HR Bukhari
dan Muslim).
“seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi
dirinya sendiri” (HR. Bukhari).
Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab
ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, saling membantu dan merasa mementingkan
kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang
beriman, taqwa dan harmonis. Dengan prinisp ini, maka asuransi takaful merealisir perintah Allah
SWT dalam al-Quran dan Rasulullah SAW. dalam al-Sunnah tentang kewajiban untuk tidak
memperhatikan kepentingan diri sendiri semata tetapi juga mesti mementingkan orang lain atau
masyarakat.
2. Saling bekerja sama atau saling membantu
yang berarti di antara peserta asuransi takaful yang satu dengan lainnya saling bekerja sama
dan saling tolong-menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena sebab musibah yang
dideritanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 2 dan hadits Nabi yang
mengajarkan bahwa orang yang meringankan kebutuhan hidup saudaranya akan diringankan
kebtuhannya oleh Allah. Allah akan menolong hamba-Nya selagi ia menolong saudaranya.
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain.
yang berarti bahwa para peserta asuransi takaful akan beroeran sebagai pelingdung bagi
peserta lain yang mengalami gangguan keselamatan berupa musibah yang dideritanya. Sebagaimana
firman Allah dalam QS al-Quraisy ayat 4 yang artinya “(Allah) telah menyediakan makanan untuk
menghilangkan bhaya kelaparan dan menyelamatkan/mengamankan mereka dari mara bahaya
ketakutan”, Firman Allah QS. Al- Baqarah ayat 126 yang artinya “ketika Nabi Ibrahim berdoa
ya Tuhanku jadikanlah negeri ini aman dan selamat”.
Di antara sabda Rasulullah yang mengandung maksud perlunya saling melindungi adalah:
Maksud Hadits: “sesungguhnya seseorang yang beriman ialah siapa yang boleh memberi
keselamatan dan perlindungan terhada harta dan jiwa raga manusia”
Maksud hadits: “Rasulullah bersabda: demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa siapa pun tidak
perlu masuk surga kalau tidak memberi perlindungan jirannya yang terhimpit”.
Maksud hadits: “tidaklah sah iman seseorang itu kalau ia tidur nyenyak dengan perut kenyang
sedangkan jirannya menatap kelaparan”.
Dengan begitu maka asuransi takaful (syariah) merealisir perintah Allah SWT dalam al-
Quran dan Rasulullah SAW dala sunnah tentang kewajiban saling melindungi di antara sesama
warga masyarakat.