Anda di halaman 1dari 14

Kosep Dasar Asuransi

Syari’ah
KELOMPOK 1

Muhammad Humam Mufarrid


Muhammad Nur Mahdi
Ziaul Sarda
Zidane Habiburrahman
Konsep Dasar Asuransi Syari'ah
Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang
pertanggungan merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dunia barat
yang lahir bersamaan dengan adanya semangat pencerahan. Institusi ini semakin
berkembang dalam sebuah lembaga keuangan yang lebih modern dan dapat
menyokong pertumbuhan ekonomi. Dasar yang menjadi semangat operasional
asuransi modern adalah berorientasikan pada sistem kapitalis yang intinya hanya
berorientasi pada pengumpulan modal untuk keperluan pribadi atau golongan
tertentu. Lain halnya dengan asuransi syariah, asuransi dalam liratur keislaman
lebih banyak bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented
(keuntungan bisnis). Hal ini dikarenakan oleh aspek tolong menolong yang
menjadi prinsip dasar asuransi syariah.
Pengertian Asuransi Syariah
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya tentang pedoman
umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi menurutnya, Asuransi Syariah
(ta‟min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di
antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau sejumlah
orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru‟ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.

Menurut Jubran Ma’ud Ar-ra’id yang dikutip oleh Muhammad Syakir Sula bahwa dalam
bahasa Arab asuransi disebut at-ta‟min, penanggung disebut mu‟ammin,, sedangkan
tertanggung disebut mu‟amm lahu atau musta‟min. Sedangkan menurut Salim Segaf
aljufri At-ta‟min ( ) diambil dari kata ( ) memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan,
rasa aman, dan bebas dari rasa takut
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta‟awun yang telah diatur dengan
sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu
peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong
dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh
masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-
krugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.

Lain halnya dengan pengertian asuransi yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor 2
tahun 1992 tentang usaha perasuransian. Dalam undang-undang tersebut didefiisikan bahwa:
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih; pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan
Suhrawardi K.Lubis mengemukakan bahwa pada dasarnya
asuransi atau pertanggungan merupakan suatu ikhtiar dalam
rangka menanggulangi adanya risiko.
Muhammad Iqbal mendefinisikan asuransi syariah adalah suatu
pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah,
tolong-menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam Al-
Qur’an (Firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW) dan AsSunnah (teladan dari kehidupan Nabi Muhammad
SAW).
Landasan Hukum Asuransi Syari’ah
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis
pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam. Yaitu Al-qur’an
dan Al-hadits, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan
metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum islam.

Allah SWT dalam Al-Qur’an memerintahkan kapada hambanya untuk senantiasa melakukan
persiapan untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini
berusaha untuk menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya mengumpulkan dana
untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih besar. Sedangkan berasuransi
untuk berjaga-jaga jika suatu saat musibah itu datang menimpa kita. Di sini diperlukan
perencanaan dan kecermatan menghadapi hari esok.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hasyr ayat 18

‫س َّما قَ َّد َمتْ لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا َ َخبِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُ ْو َن‬ ‫هّٰللا‬
ٌ ‫ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُوا اتَّقُوا َ َو ْلتَ ْنظُ ْر نَ ْف‬
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Konsep Takaful

Takaful yang artinya saling bertanggung jawab, sekarang ini dikenal sebagai sistem
asuransi secara syariah dan masih merupakan hal baru buat masyarakat Islam. Takaful
mempunyai peranan penting karena selain menjamin keselamatan juga memberikan
perlindungan atas pribadi, harta kekayaan dan perusahaan. Aktivitas sistem asuransi
secara Islam ini sejalan dengan hukum syariat dan menjauhkan unsur gharar. riba dan
spekulasi dalam seluruh operasinya, serta lebih mementingkan kebaikan rakyat banyak.

Konsep takaful sebagai sistem asuransi secara Islam sejalan dengan syariat dan
didasarkan atas prinsip ajaran Islam Al Takaful dan Al Mudharabah.
1. Al-Takaful berarti perjanjian antara beberapa kumpulan orang yang berjanji
untuk salingbertanggung jawab dan menanggung satu sama lain.

2. Al-Mudharabah ialah kontrak perjanjian komersial untuk membagi untung dan


rugi antara pemilik modal dan pengusaha dalam bentuk usaha perniagaan bersama
ataupun usaha persendirian.

Konsep al-takaful menggambarkan satu rancangan asuransi berasaskan perpaduan,


rasa tanggung jawab dan hubungan persaudaraan antara peserta. Peserta rancangan ini
bersepakat untuk bersama memberi sumbangan keuangan berdasarkan tabarru'
(derma) dengan niat karena Allah Swt., bagi membantu antara satu sama lain. Dengan
kata lain konsep takaful bertujuan mewujudkan perhubungan yang erat secara
Islam di antara peserta-peserta yang bersetuju menanggung bersama atau sebagainya
antara mereka. Dengan ini, semangat asuransi Islam adalah menekankan
kepada kepentingan persamaan dan persaudaraan antara para peserta.
PRINSIP TA’AWUN DAN IMPLEMENTASINYA DI ASURANSI
SYARIAH
Ta’awun secara bahasa diartikan sebagai tolong-menolong dalam kebajikan. T’aawun
merupakan sikap tolong-menolong untuk membantu sesama.10 Islam mengajarkan Ta’awun
dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya:
“… dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggarandan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah ayat 2)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah
kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul.
Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang
kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (QS Al-Mujadalah ayat 9).
Prinsip ta’awun ini adalah sebuah prinsip yang sangat mulia yang mempunyai esensi tolong
menolong dalam hal kebaikan, prinsip inilah yang akan membedakan antara lembaga
asuransi konvensional dan asuransi syariah. oleh karena itu prinsip ta’awun harus ada dan
melekat pada asuransi syariah. Meskipun apabila tidak ada prinsip ini dalam menjalankan
tata kelola di asuransi syariah tidak mempengaruhi batalnya kontrak yang disepakati oleh
lembaga dan peserta asuransi, namun hal ini memberikan gambaran bahwa asuransi tidak
mencerminkan nilai keislamannya dan tidak membedakan antara asuransi konvensional dan
asuransi syariah.

Berkaitan dengan asuransi syariahada tiga macam bentuk ta’awun yaitu

1. Almu’in wal musta’in (orang yang memberi pertolongan dan meminta pertolongan),
2. Yu’in wa la yasta’in (orang yang selalu menolong orang lain tetapi tidak pernah meminta
bantuan kepada orang lain),
3. Al-Mu’in wa La Yasta’in (orang yang selalu menolong dan tidak penah mengharapkan
imbalan berupa pertolongan balik)
Akad dalam Asuransi Syariah
1. Akad Tabarru’. Akad tabarru’ adalah akad yang harus ada didalam asuransi syariah yang
dilakukan antar pemegang polis dalam bentuk hibah yang bertujuan untuk kebajikan dan
tolong-menolong antar peserta. Penggunaan akad tabarru’ telah ditetapkan oleh fatwa DSN No.
53/DSN-MUI/III/2006. Pada akad ini perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana
hibah berdasarkan akad wakalah dari para peserta. Prinsip ta’awun masuk kedalam aplikasi
dari akad tabarru yang memiliki esensi wujud tolongmenolong diantara para nasabah.

2. Akad Wakalah Bil Ujrah Akad Wakalah bil Ujrah adalah akad pemberian kuasa dari peserta
kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan akan memperoleh imbalan
berupa ujrah (fee).82 Fatwa DSN No. 52/DSN-MUI/III/2006 telah menjelaskan bahwa
kedudukan perusahaan dalam akad wakalah bil ujrah adalah bertindak sebagai wakil untuk
mengelola dana para peserta asuransi.
3. Akad Mudharabah-Musytarakah Salah satu akad yang
digunakan dalam asuransi syariah adalah akad mudharabah-
musyarkah, yaitu perpaduan antara akad mudharabah dengan
akad musyarakah. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak
sebagai mudharib (pengelola) dan Musytarik (investor) maka
perusahaan wajib menginvestasikan dana yang peserta yang telah
terkumpul berdasarakan investasi yang sesuai dengan prinsip
syariah.
Humam Mufarrid

Terima kasih
Mohon maaf atas segala kekurangan, kesalahan datang
dari kami
kebenaran datang dari Allah Swt

Anda mungkin juga menyukai