Anda di halaman 1dari 19

ASURANSI SYARIAH

Tinjauan Aspek Pengertian, Aspek Sejarah dan Dasar Hukum, Aspek Manfaat dan Resiko
Asuransi, Prinsip-prinsip Pengelolaan, Perbedaan Asuransi, Jenis Usaha, Mekanisme
Kerja Asuransi, Strategi Pengembangan
Nurhaya Abdul Gani
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
E-mail: nurhayaag7@gmail.com

Abstrak
Asuransi syariah dalam fatwa DSN-MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Akad
yang dimaksud adalah tidak mengandung gharar (ketidakpastian), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiyaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Manfaat asuransi antara lain:
memberikan rasa aman dan perlindungan, perindustrian biaya dan manfaat yang lebih adil,
berfungsi sewage tabungan, alat penyebaran risiko, membantu meningkatkan kegiatan usaha
risiko asuransi antara lain: risiko investasi, risiko individu berupa risiko pribadi (personal risk),
dan risiko harta (property risk) dan risiko tanggung gugat (liability risk) dalam menangani
risiko terdapat lima hal yang dapat dilakukan yaitu menghindari risiko, mengurangi risiko,
retensi risiko, membagi risiko, dan mentransfer risiko. Pada asuransi konvensional terdapat 5
prinsip asuransi yaitu: kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable risk), itikad baik
(utmost good faith), penggantian kerugian (indemnity), sebab aktif (proximate cause),
pengalihan hak dalam asuransi syariag diperkaya dengan prinsip tambahan yaitu saling
membantu dan bekerja sama, saling melindungi, dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan.
Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional yaitu: adanya DPS, akad dilakukan atas
dasar tolong menolong, akad yang dilakukan berdasarkan akad syariah, kepemilikan dana
merupakan hak peserta, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus.

Kata Kunci : Asuransi Syariah, Aspek Sejarah, Manfaat dan Risiko Asuransi, Prinsip Asuransi

1
LATAR BELAKANG
Menurut ajaran Islam, umat manusia yang ada di dunia ini merupakan satu keluarga.
Oleh karena itu, setiap manusia sama derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang
diwahyukan-Nya. Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh umat
manusia di muka hukum tidaklah mempunyai arti kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi,
yang memungkinkan setiap orang dapat hidup sebagaimana mestinya. Untuk merealisasikan
kekeluargaan dan kebersamaan tersebut dibutuhkan adanya kerja sama, tolong-menolong, dan
saling menjamin di antara umat manusia. Mereka yang kaya hendaknya membantu kepada
mereka yang tidak mampu, dan mereka yang mempunyai kelonggaran membantu orang-orang
yang kesulitan dan sedang tertimpa musibah.Menjalin persaudaraan sesama umat manusia
memang sangat penting karena dalam kenyataannya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan pihak lain. Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan ini diperlukan kerja sama antar-
umat manusia.
Untuk memungkinkan adanya kerja sama tersebut Allah menganugrahkan kelebihan-
kelebihan diantara umat manusia sebagian atas sebagian yang lain. Mengenai masalah ini Allah
berfirman dalam Q.S Al-Zukhruf ayat 32

‫شت َ ُه ۡم فِي ۡٱل َحيَ ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَ َۚا َو َرفَعۡ نَا‬ َ َ‫ت َربِ َۚ َك ن َۡح ُن ق‬
َ ‫سمۡ نَا بَ ۡينَ ُهم َّم ِعي‬ َ ‫أ َ ُه ۡم يَ ۡق ِس ُمونَ َر ۡح َم‬
‫ر ِم َّما‬ٞ ‫س ۡخ ِر ٗي ۗا َو َر ۡح َمتُ َربِ َك خ َۡي‬ ُ ‫ض ُهم بَعۡ ضٗ ا‬ ُ ۡ‫ت ِليَت َّ ِخذَ بَع‬ ٖ ‫ض دَ َر ٰ َج‬ ٖ ۡ‫ض ُه ۡم فَ ۡوقَ بَع‬ َ ۡ‫بَع‬
٣٢ َ‫َي ۡج َمعُون‬
“...Kami- telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain tbeberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. al-Zukhruf: 32).
Kelebihan yang dianugerahkan Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas tidak
selalu berarti bahwa seseorang dianugerahi derajat yang lebih tinggi dari yang lain, tetapi hal ini
dimaksudkan bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihan
yang ada pada seseorang, dia bisa menutupi kekurangan yang ada pada orang lain, dan
sebaliknya. Dengan demikian, setiap orang bisa bekerja sama dengan orang lain sesuai dengan
kelebihan dan kekurangan yang ada pada masing-masing orang. Adanya komitmen Islam yang
khas dan mendalam terhadap persaudaraan, maka saling menjamin, saling tolong-menolong
antar-umat manusia sangat dianjurkan. Pada saat ini ada suatu lembaga keuangan yang dapat
dimanfaatkan untuk saling tolong-menolong dan saling menjamin, yakni asuransi. Sebagaimana
sudah diketahui bahwa asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan yang pada saat ini
sangat diperlukan masyarakat. Hal ini disebabkan karena asuransi merupakan salah satu lembaga
yang diharapkan dapat memberikan ketenangan dan ketenteraman pada diri seseorang yang
merasa adanya kemungkinan yang membahayakan bagi diri atau harta yang dimilikinya.
Asuransi diharapkan mampu mengurangi ketakutan atau kekhawatiran seseorang terhadap diri,

2
keluarga, dan hartanya1. Dalam Jurnal “ Sejarah Perkembangan Asuransi Islam serta
Perbedaannya dengan Asuransi Konvensional” bahwa Asuransi Islam tumbuh dan berkembang
seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perbankan syariah. Walaupun demikian, banyak
masyarakat yang belum memahami apa dan bagaimana asuransi Islam tersebut. Hal ini
membutuhkan suatu informasi yang komprehensif untuk memberikan pemahaman kepada
khalayak umum agar tidak terdapat pemahaman yang keliru atas asuransi Islam. 2 Berdasarkan
penjelasan di atas, makalah ini akan menjawab beberapa permasalahan, yaitu pertama,
bagaimana sejarah munculnya Asuransi Syariah? Kedua, apa saja manfaat dan resiko Asuransi
Syariah? Ketiga, bagaimana perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional?
Keempat, apa saja jenis-jenis usaha Asuransi Syariah?.

LITERATURE RIVIEW
Penulisan makalah tentang Asuransi Syariah. Beberapa karya yang terkait dengan
permasalahan yang akan di kaji mengenai Asuransi Syariah yang di tinjau dari aspek sejarah,
resiko dan manfaat Asuransi Syariah, perbedaan Asuransi, dan jenis-jenis usaha Asuransi
Syariah yaitu pertama, Sri Dewi Anggadini3 dalam buku “Akuntansi Syariah“ menyatakan
Asuransi Syariah terbangun atas sepuluh macam prinsip yaitu : tauhid (unity), keadilan (justice),
tolong-menolong (ta’awun), kerja sama (cooperation), amanah (trustwoethy), kerelaan (al-ridha),
kebenaran (al-shidq), larangan riba, larangan judi, (maisyir), dan larangan penipuan (gharar).
Inilah formulasi prinsip yang membatasi gerak lingkup perusahaan perasuransian syariah pada
umumnya, yang secara konsep prinsipnya sangat konfrontatif dengan prinsip dasar yang
digunakan oleh peransurasian konvensional. Dikarenakan pada asuransi syariah secara
komprehensif menggabungkan dua dimensi nilai secara equilibrium “al-habl minallah wa al-habl
minannas” sebagai koridor untuk mencari keselamatan dunia dan akhirat.
Kedua, Asy’ari Suparmin4 dalam buku “Asuransi Syariah” menyatakan Islam sebagai
ajaran yang lengkap dan terpadu telah ada pembahasan tentang muamalah dalam hal ini asuransi
dalam literature islam memang tidak di temukan secara spesifik yang memiliki makna asuransi
hanya secara bahasa dalam bahasa arab asuransi di sebut at-ta’min (penanggung).
Sebagai acuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam
fatwanya tentang pedoman umum Asuransi Syariah, member definisi bahwa Asuransi Syariah
adalah sebuah usaha untuk saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau
pihak melalui investasi dalam bentuk aset yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan Syariah. Secara

1
Uswatun Hasanah, “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ilmu Syaria’ah dan Hukum, Vol. 47, No. 1,
(2013): 24+1
2
Novi Puspitasari, “Sejarah perkembangan Asuransi Islam serta perbedaannya dengan Asuransi
Konvensional”,Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol. 10, No. 2, (2011): 35
3
Sri Dewi Anggadini, Akuntansi Syariah (Bandung : PT Rekayasa Sains, 2017), 315
4
Asy’ari Suparmin, Asuransi Syariah (Ponorogo : PT Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), 22

3
operasional berdasarkan PSAK 108, paragraf 7 definisi Asuransi Syariah adalah sistem
menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang di gunakan
untuk membayar klaim atas kerugian akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami
oleh sebagian peserta yang lainnya. Donasi tersebut merupakan donasi bersyarat yang harus di
pertanggungjawabkan oleh entitas Asuransi Syariah. Peranan entitas Asuransi Syariah dibatasi
hanya mengelola operasi Asuransi dan menginvestasikan dana peserta.
Ketiga, Djoko Kristianto5 dalam jurnal “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah
dalam lembaga keuangan Syariah” menyatakan Asuransi Syariah menurut undang-undang
nomor 2 tahun 1992 adalah perjanjian dua orang pihak atau lebih, dengan mana pihak
tertanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan pengatian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
Dari beberapa topik pembahasan yang telah dipaparkan di atas, ternyata belum ada tinjauan
secara komprehensif, spesifik dan komparatif tentang Asuransi Syariah Tinjauan Aspek Sejarah,
Sistem Kinerja dan risiko atau manfaatnya. Disinilah letak perbedaan studi ini dengan sumber-
sumber yang telah dipaparkan sebelumnya.

METODE PENELITIAN
Metode dalam penulisan ini menggunakan jenis penulisan kepustakaan (penelitian
perpustakaan), dengan meninjau beberapa referensi sebagai data sumbernya adalah buku-buku
dan jurnal-jurnal yang membahas tentang “Asuransi Syariah” Pemikiran penting dalam penulisan
ini yakni untuk mengetahui bagaimana sejarah Asuransi Syariah, apa saja risiko dan manfaat
Asuransi Syariah, dan jenis usaha Asuransi Syariah.
Metode yang dipakai oleh penulis dalam menyusun karya ilmiah ini adalah kualitatif yang
bertujuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan Asuransi Syariah dengan
memanfaatkan rujukan-rujukan yang ada.

5
Djoko Kristianto, “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah dalam lembaga keuangan Syariah”,
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknokogi Informasi, Vol. 7, No 1, (2009): 61

4
KONSEP DASAR
Pengertian Asuransi
Asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pih]ak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai
dengan perjanjian yang dibuat.6
Asuransi Syariah (ta’min, takful, atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
erikatan) yang sesuai dengan syariah.7
Asuransi Syariah berdasarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) adalah sebuah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui Akad yang sesuai dengan syariah.8

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Sejarah Asuransi Syariah
Asal-usul asuransi syariah berbeda dengan kemunculan asuransi konvensional. Praktik
bernuansa asuransi tumbuh dari budaya suku Arab pada zaman Nabi Muhammad saw yang
disebut aqilah. Al-Aqilah mengandung pengertian saling memikul dan bertanggung jawab bagi
keluarga. Dalam kasus terbunuhnya seorang anggota keluarga, ahli waris korban akan
mendapatkan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh angota keluarga terdekat dari si
pembunuh yang disebut aqilah. Aqilah mengumpulkan dana secara bergotong royong untuk
membantu keluarga yang terlibat dalam perkara pembunuhan yang tidak sengaja itu Dalam satu
kasus tentang aqilah ini, Nabi Muhammad saw pernah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra, yang artinya adalah Dari Abu Hurairah ra: “Berselisih dua orang wanita dari
suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu kepada wanita yang lain
sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Ahli waris
dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah saw
maka Rasulullah memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin adalah dengan
membebaskan seorang budak laki-laki atau wanita. Dan kompensasi atas kematian wanita
tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
7
Sri Dewi Anggadini, Akuntansi Syariah, 317
8
Herry Ramadhani, “prospek dan tantangan perkembangan asuransi syariah di indonesia”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 1, No. 1, (2015), 59

5
laki).’ (HR Bukhari) Praktik aqilah ini pada zaman Rasulullah saw tetap diterima oleh
masyarakat Islam dan menjadi bagian dari hukum Islam.
Terdapat kemungkinan seseorang secara tidak sengaja mencelakai orang lain hingga
meninggal dunia. Kemudian, keluarga orang tersebut mengumpulkan dana untuk digunakan
sebagai kompensasi finansial kepada ahli waris korban sehingga masalah kecelakaan ini
dianggap selesai antar keluarga. Prinsip aqilah memang didasarkan kepada kejadian tidak
disengaja atau kekeliruan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang sehingga yang lain
(aqilah) menanggung beban kompensasi terhadap ahli waris korban. Beban kompensasi tidak
ditanggung oleh si pembuat kekeliruan. Menurut Buku Dictionary of Islam yang ditulis oleh
Thomas Patrick jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lain, maka
pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah atau yang dikenal sebagai diyat. Diyat ini
digunakan sebagai kompensasi dari keluarga terdekat si pembunuh. Beberapa ketentuan sistem
aqilah yang merupakan bagian dari asuransi sosial dituangkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama di dunia setelah hijrah ke Madinah.
Pasal 3 Konstitusi Madinah menyebutkan bahwa orang Quraisy yang melakukan perpindahan
(ke Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerja sama membayar uang
darah di antara mereka. Jika seorang anggota suku melakukan pembunuhan terhadap anggota
suku yang lain, maka ahli waris korban akan memperoleh bayaran sejumlah uang darah sebagai
kompensasi oleh penutupan keluarga pembunuh, yang disebut sebagai aqilah.
Praktik aqilah tersebut memiliki kemiripan konsep dengan praktik asuransi Islam yang
pertama kali dibentuk. Praktik asuransi Islami berawal pada pendapat Dewan Yurisprudensi
Islam Liga Dunia Muslim, Mekkah, Arab Saudi, yang menyetujui adanya “asuransi koperatif”.
Organisasi asuransi atas dasar koperatif dimotivasi oleh sebab yang sama dan pada hakikatnya
mengikuti perkembangan yang sama baik di zaman modern, maupun di zaman kuno. Suatu
Negara Islam seharusnya menganjurkan pembentukan suatu industri asuransi yang dimotivasi
oleh jiwa koperatif karena gagasan koperatif diakui dalam Islam. Dalam sistem asuransi
koperatif, para penyumbang dana asuransi adalah para dermawan, dan sumbangan mereka adalah
donasi, dengan tujuan menanggung kerugian yang menimpa siapa saja dari para penyumbang itu
secara bersama-sama. Kompensasi yang diberikan bertalian dengan kerugian yang diderita dan
bukan suatu jumlah tertentu yang disetujui antara pengasuransi dan yang diasuransikan pada
waktu perjanjian dibuat. Pada dekade 70-an di beberapa Negara Islam atau di Negara-negara
yang mayoritas penduduk muslim bermunculan asuransi yang prinsip operasionalnya mengacu
kepada nilai-nilai Islam.9

9
Novi Puspitasari, “Sejarah perkembangan Asuransi Syariah serta perbedaannya dengan Asuransi Syariah”
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknokogi Informasi, Vol. 7, No 1, (2009): 36-38

6
Dasar Hukum Asuransi Syariah
a. Q.S Al-baqarah : 188

ِ َّ‫َو ََل ت َ ۡأ ُكلُ ٓواْ أ َ ۡم ٰ َولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِ ۡٱل ٰبَ ِط ِل َوت ُ ۡدلُواْ بِ َها ٓ إِلَى ۡٱل ُح َّك ِام ِلت َ ۡأ ُكلُواْ فَ ِر ٗيقا ِم ۡن أَمۡ ٰ َوِلِلن‬
‫اس‬
١٨٨ َ‫ٱۡل ۡث ِم َوأَنت ُ ۡم ت َعۡ لَ ُمون‬
ِ ۡ ‫ِب‬
Artinya : “… dan janganlah kalian memakan harta diantara kamu sekalian dengan jalan yang
bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian
hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu”.
b. Undang-undang hukum dagang (KUHD) , UU No 2 Tahun 1992 tenta
c. ng usaha peransurasian, PP No. 81 Tahun 2008 tentang perubahan ketiga atas PP No. 73
Tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha peransurasian serta aturan-aturan lain yang
mengatur asuransi sosial yang diselemggarakan BUMN, Jasa raharja, Astek (Asuransi sosial
kecelekaan penumpang), Astek (Asuransi sosial pemeliharaan kesehatan).10
d. Peraturan menteri keuangan No. 18/PMK.010L2010 tentang penerapan prinsip dasar
penyelenggaraan usaha asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah.
e. Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah.
f. Fatwa DSN MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang akad mudharabah, musyarakah pada
asuransi syariah.11
g. Tahun 1965 Majma’ al Buhuts al Islamiah pada mu’tamar kedua di Kairo memutuskan
bahwasanya hukum asuransi islam (syariah) yang berlandaskan ta’awun adalah boleh.
Manfaat dan Risiko Asuransi Syariah
Manfaat Asuransi Syariah
Asuransi pada dasarnya dapat memberikan manfaat pada para peserta asuransi antara lain
sebagai berikut:
1. Rasa aman dan perlindungan
Peserta asuransi berhak memperoleh klaim (hak peserta asuransi) yang wajib di berikan
oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Klaim tersebut akan
menghindarkan peserta asuransi dari kerugian yang mungkin terjadi.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Semakin besar kemungkinan terjadinya kerugian maka semangkin besar pula premi
pertanggungannya. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi
kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
3. Sebagai Tabungan
10
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta, PT Kencana 2016), 256
11
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta, PT Kencana 2016), 255

7
kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta. Perusahaan hanya sebagai
pemegang amanat untuk mengelolanya secara syariah, jika pada masa kontrak peserta tidak
dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing
perlod, maka dana yang dimasukkan bisa diambil kembali kecuali sebagian dana kecil yang
sudah diniatkan untuk tabarru' (dihibahkan).
4. Alat penyebaran risiko
Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai bentuk saling tolong
menolong dan membantu diantara diantara mereka.
5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaana asuransi akan melakukan
investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang tertentu.12
6. Ikut serta dalam membangun perekonomian dengan cara mengelola dan menginvestasikan
dana nasabah asuransi.13
Risiko Asuransi Syariah
Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian
finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Risiko selalu melibatkan dua istilah yaitu
ketidakpastian dan peluang kerugian finansial jenis-jenis risiko perasuransian:
1. Risiko Murni
Risiko yang berarti bahwa ada ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau dalam kata
lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keunrungan. Risiko murni adalah risiko
yang apabila terjadi maka akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi tidak
menimbulkan kerugian akan tetapi tidak menimbulkan keuntungan contoh suatu mobil yang
dikendarai mungkin saja tertabrak, jika mobil tersebut telah di asuransikan dan kemudian
tertabrak maka bagi pemilik akan mengalami kerugian namun jika mobil tersebut tidak tertabrak
pemilik mobil tidak akan rugi dan tidak pula mendapat keuntungan. Dalam operasinya
perusahaan asuransi selalu berhadapan dengan jenis risiko murni ini.
2. Risiko Investasi
Risiko yang berarti risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu
peluang mengalami kerugian finansial atau peluang memperoleh keuntungan. Perbedaan risiko
murni dan risiko investasi adalah dalam risiko murni hanya ada kemungkinan kerugian saja
tetapi dalam risiko investasi kemungkinan terjadi kerugian atau keuntungan contohnya investasi
saham di bursa efek.
3. Risiko Individu
a. Risiko pribadi (personal risk)

12
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 260-261
13
M. Nadratuzzaman Hosen, “Mendudukan Status Hukum Asuransi Syariah dalam tinjauan Fuqaha
Kontemprer”, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 13, No. 2 (2013): 219

8
adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang memperoleh keuntungan asuransi
cacat fisik, uzur, mati muda.
b. Risiko harta (property risk)
adalah risiko terjadinya kerugian keuangan apabila kita memiliki harta maka adanya
peluang harta tersebut bisa hilang, dicuri, atau rusak.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
adalah risiko yang dialami sebagi tanggung jawab akibat merugikan pihak lain.14
Prinsip-prinsip pengelolaan Asuransi Syariah
Prinsip-prinsip asuransi merupakan dasar pijakan setiap ada masalah yang timbul dalam
kontrak asuransi. Pada asuransi konvensional terdapat lima prinsip asuransi yang di sebut juga
dokrin asuransi.
1. kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Risk)
Adalah hubungan kepentingan antara peserta/tertanggung dengan pihak yang
dipertanggungkan.
Kepentingan dapat timbul karena :
a. hubungan keluarga (ahli waris sesuai dengan hukum faraidh)
b. hubungan bisnis: perusahaan dengan karyawan, kreditor dan debitor
c. kepemilikan: pemilik kendaraan dengan kendaraannya
d. kuasa orang lain: bengkel dengan kendaraan yang diperbaikinya
e. karena undang-undang: tanggung jawab hotel terhadap tamunya
jika ternyata tertanggung tidak mempunyai kepentingan maka ia tidak berhak memperoleh
santunan (ganti rugi).
2. Iktikad Baik (Utmost Good Faith)
Adalah para pihak yang melakukan kontrak asuransi baik penanggung maupun tertanggung
harus beritikad baik yang diwujudkan dengan kejujuran dan mengemukakan keterbukaan. Jika
prinsip utmost good faith dilanggar terutama oleh pihak tertanggung maka akan menyebabkan
tertanggungan batal.
3. Penggantian Kerugian (Indemnity)
Adalah mekanisme ganti rugi atau santunan bila terjadi musibah yang dijamin, yaitu
penanggung yang akan mengembalikan posisi keuangan tertanggung dalam keadaan semula
seperti sebelum terjadi musibah.

14
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 256-258

9
4. Sebab Aktif (Proximate Cause)
Adalah suatu sebab aktif efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa secara
berantai tanpa intervensi kekuatan lain. Contoh kasusnya klaim kecelakaan diri seseorang
mengendarai mobil dijalan tol dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan
terbalik korban luka parh dan dibawa ke rumah sakit, tidak lama kemudian korban meninggal
dunia. Dari peristiwa tersebut proximate cause nya adalah korban mengendarai kendaraan
dengan kecepatan tinggi sehingga mobil mengalami kecelakaan. Melalui penyebab ini diketahui
apakah kecelakaan tersebut dijamin dalam polis asuransi atau tidak.
5. Subrogasi-Pengalihan Hak
Adalah apabila penanggung telah membayar santunan ganti rugi kepada tertanggung
padahal dalam peristiwa yang mengakibatkan kerugian tersebut tertanggung tidak bersalah maka
hak menuntut kepada pihak yang bersalah (pihak ketiga) beralih ke pihak penanggung.
Pada prinsipnya kelima prinsip asuransi konvensional diatas bisa diterima dan di
berlakukan pada asuransi syariah, namun dalam asuransi syariah diperkaya dengan prinsip-
prinsip tambahan yaitu:
a. Prinsip Ikhtiar dan Berserah Diri
Allah menghendaki manusia memiliki kewajiban untuk berusaha (ikhtiar) semaksimal
kemampuannya dan diwaktu yang sama diwajibkan berserah diri (tawakal) hanya kepada Allah.
b. Prinsip Saling Membantu dan Bekerjasama
asuransi syariah mengubah kontrak dimana seluruh peserta adalah pihak yang menanggung
risiko bersamabukan perusahaan.
c. Prinsip Saling Melindungi dari berbagai kesusahan dan kesulitan dan tidak membiarkan uang
menganggur tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
d. Akad yang digunakan
adalah akad yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap).
Akad tersebut harus memenuhi ketentuan :
- Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
- Cara dan waktu pembayaran premi
- Jenis apakah akad tijarah atau akad tabarru’
 akad tabarru’ (hibah) digunakan antara sesama pemegang polis dimana peserta
memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah.

10
 Hubungan pemegang polis dengan perusahaan dengan pemegang polis menggunakan akad
tijarah (mudharabah/musyarakah) dimana perusahaan bertindak sewage mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sewage shahibul mal (pemegang polis).15
Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

No Uraian Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Akad yang Berdasarkan akad jual beli Berdasarkan akad tolong-


digunakan menolong
2 Operasional a. Dana yang terkumpul dari a. Dana yang terkumpul dari
peserta menjadi milik perusahaan nasabah merupakan milik
asuransi. nasabah.
b. Perusahaan asuransi berhak b. Perusahaan asuransi hanya
menentukan investasi yang telah sebagai pengelola
diterima (mudharib), bukan pemilik
c. Ada dana yang hangus (dimana dana.
peserta yang tidak dapat c. Tidak ada dana yang
melanjutkan pembayaran premi hangus (peserta yang
dan ingin mengundurkan diri mengundurkan diri dapat
sebelum masa reversing period, mengambil kembali premi
maka dana peserta itu hangus) yang telah dimasukkan
kecuali sebagian kecil yang
telah diniatkan untuk dana
tabarru).
d. Pembayaran klaim
menggunakan dana kebijakan
(tabrru) seluruh nasabah yang
sejak awal sudah diniatkan
untuk keperluan ini.
3 Sistem Tidak ada dewan pengawas Ada dewan pengawas
Pengawasan syariah syariah, sehingga operasional
asuransi syariah tidak
menyimpang dari syariah.16

Penggolongan Jenis Usaha Asuransi Syariah

15
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 261-265
16
Sri Dewi Anggadini, Akuntansi Syariah (Bandung : PT Rekayasa Sains, 2017), 314-315

11
1. Asuransi di tinjau dari fungsinya

Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha peransurasian, jenis usaha
peransurasian meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi.

a. Asuransi Kerugian (Non Life Insurance/General Insurance)

Yaitu jasa-jasa yang memberikan penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat
dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
Jenis-jenis usaha asuransi kerugian adalah:

- Asuransi kebakaran
- Asuransi pengangkutan
- Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian berupa asuransi kecelakaan bemotor,
asuransi kecelakaan diri dan pencurian.

b. Asuransi kerugian (Life insurance)

Yaitu jasa yang diberikan perusahaan kepada risiko yang dikaitkan pada jiwa atau
meninggalnya seseorang yang di asuransikan. Asuransi jiwa terbagi menjadi :

- Asuransi jiwa biasa yaitu asuransi yang di peruntukan bagi perorangan yang umum
dipasarkan perusahaan asuransi jiwa
- Asuransi rakyat yaitu asuransi yang di peruntukan bagi masyarakat yang berpenghasilan
kecil.
- Asuransi kumpulan yaitu asuransi yang di peruntukan bagi pegawai pemerintah/swasta,
para buruh yang jumlahnya lebih dari 3 orang.
- Asuransi dunia usaha yaitu asuransi yang di peruntukan bagi pejabat dan karyawan
perusahaan Negara maupun swasta dan pemilik perusahaan.
- Asuransi orang muda yaitu asuransi yang di peruntukan bagi orang-orang muda yang
berpenghasilan.
- Asuransi keluarga yaitu asuransi yang di peruntukan bagi ketentraman kehidupan
ekonomi keluarga.
- Asuransi kecelakaan yaitu asuransi yang di peruntukan melindungi diri dari kecelakaan,
melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja.
c. Reasuransi (reisurance)

Yaitu pertanggungan ulang atau pertanggungan yang di asuransikan atau serimg disebut
asuransi dari asuransi.17

2. Asuransi ditinjau dari Polis Dasar

17
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 268-270

12
a. Asuransi berjangka (term life insurance)

yaitu asuransi yang menyediakan jasa asuransi jiwa untuk periode tertentu sesuai dengan
kesepakatan. Polis ini nilainya paling kecil dengan jenis polis asuransi lainnya.

b. Asuransi seumur hidup (whole life insurance)

yaitu asuransi yang menyediakan jasa asuransi jiwa untuk seumur hidup pemegang polis
yang mengharuskannya membayar premi setiap tahun.

c. Asuransi dua manfaat (endowment)

yaitu kontrak asuransi jiwa yang masa berlakunya dibatasi misalnya 5 tahun, 10 tahun.

d. Asuransii unit investasi (unit linked)

yaitu bentuk investasi kolektif yang di tawarkan melalui polis asuransi.

Mekanisme Kerja Asuransi Syariah


Didalam operasional asuransi syariah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung
jawab, bantu membantu, saling melindungi. Perusahaan asuransi diberikan kepercayaan (amanat)
oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan
santunan kepada yang mengalami musibah sesuai akta perjanjian.
Hal-hal yang dilakukan dalam mekanisme kerja asuransi syariah
a. Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta yang dikaitkan
dengan besarnya risiko untuk menentukan besarnya premi. atau dengan kata lain merupakan
proses seleksi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa untuk menentukan tingkat resiko
yang akan di terima dan menentkan besarnya premi yang akan dibayar.
Pada asuransi syariah underwriting berperan:
 mempertimbangkan risiko yang diajukan
 memutuskan menerima atau tidak risiko-risiko tersebut
 menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan peserta
membayar premi sesuai dengan tingkat risiko
 mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta
 mengamankan profit margin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi
 menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang
 menghindari antiseleksi
 underwriter harus memperhatikan pasar kompetitif yang ada dalam penentuan tarif,
penyebaran risiko dan hasil survei

13
 melakukan reasuransi setelah mengkaji jumlah risiko yang dapat ditahan
b. Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta asuransi dengan
perusahaan asuransi. Unsur- unsur yang harus ada dalam polis adalah :
1. Deklarasi memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti alamat, nama, jenis dan lokasi
objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan.
2. Perjanjian asuransi memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan kesanggupannya
mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi kerusakan.
3. Persyaratan Polis memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi, permintaan
pembatalan polis.
4. Pengecualian memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak ditutup atau diluar
penutupan asuransi
5. Kondisi Pertanggungan memuat kondisi objek yang diasuransikan.
6. polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.
c. Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan besar tabungan
peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim terhadap suatu kejadian yang
mengakibatkan terjadinya klaim. Sedangkan bagi perusahaan premi berguna untuk menambah
investasi pada suatu usaha untuk dikelola.
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi menjadi beberapa bagian :
1. Premi tabungan yaitu premi pemegang polis yang dikelola perusahaan.
2. Premi tabarru’ yaitu dana yang dihibahkan oleh pemegang polis untuk tolong menolong.
3. Premi biaya yaitu sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan.
d. Pengelolaan dana asuransi (premi)
pengelolaan dana asuransi dapat dilakukan dengan akad mudharabah, musyarakah, atau
wakalah bil ujrah.
e. Jenis Investasi Usaha Asuransi Syariah
Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana
yang menghasilkan pendapatan maupun melalui kerja sama yang lebih berorientasi risiko yang
dirancang untuk mendapatkan perolehan modal.

f. Klaim

14
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
Ketentuan-ketentuan klaim dalam asuransi syariah adalah:
1. klaim di bayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
2. klaim dapat berbeda dalam jumlah sesuai dengan premi yang dibayarkan
3. klaim atas akad tijarah
4. klaim atas akad tabarru’
g. Penutupan Asuransi
penutupan asuransi adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebab berakhirnya
perjanjian asuransi bisa disebabkan oleh dua hal yaitu:
- perjanjian berakhir secara wajar karena masa berlakunya sudah berakhir sebagaimana
perjanjian semula.
- Perjanjian berakhir secara tidak wajar karena dibatalkan oleh salah satu pihak walau masa
berlaku perjanjian belum berakhir.
Strategi Pengembangan Asuransi Syariah
Perkembangan asuransi syariah belakangan ini diburu banyak orang dan menenangkan.
Kini, nyaris semua perusahaan asuransi mebentuk unit syariah. Bahkan asuransi asing juga ikut
membuka unit syariah.
Perolehan premi industri asuransi syariah tanah air pada tahun 2007 tumbuh sebesar
60%-70%. Pada 2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73%
dengan nilai total Rp. 475 miliar. Pada tahun 2003 hanya ada 11 pemain dalam indutri syariah.
Jumlah itu meningkat menjadi 30 pemain pada 2006, pada tahun 2007 terdapat 38 pemain
asuransi syariah dengan rincian 2 perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum, 12 asuransi
jiwa syariah, 20 asuransi syariah dan 3 asuransi syariah.
Walaupun secara kuantitas, perkembangan asuransi syariah di indonesia relatif pesat, tetapi
dalam kenyataannya asuransi syariah masih menghadapi beberapa kendala yaitu:
 Kurang sosialisasi
Media komunikasi yang dignakan masih sangat tradisional yaitu dengan cara presentasi,
seminar, ceramah. Sementara sosialisasi melalui koran, televisi, dan radio masih sangat
terbatas.
 Keterbatasan tenaga ahli asuransi syariah yang profesional.
 Dukungan umat islam yang masih rendah
Mereka belum menjadikan asuransi syariah sebagai kewajiban dalam praktik muamalat,
sehingga motif finansial masih dominan menjadi pertimbangan dibandingkan dengan
kebutuhan kesesuaian dengan hukum islam.

15
 Dukungan pemerintah belum optimal terutama dalam hal perundang-undangan.

Contoh bentuk formulir pendaftara asuransi

16
KESIMPULAN
Asuransi syariah dalam fatwa DSN-MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Akad yang dimaksud adalah tidak mengandung gharar (ketidakpastian), maysir (perjudian), riba,
zhulm (penganiyaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. Manfaat asuransi antara lain:
memberikan rasa aman dan perlindungan, perindustrian biaya dan manfaat yang lebih adil,
berfungsi sewage tabungan, alat penyebaran risiko, membantu meningkatkan kegiatan usaha
risiko asuransi antara lain: risiko investasi, risiko individu berupa risiko pribadi (personal risk),
dan risiko harta (property risk) dan risiko tanggung gugat (liability risk) dalam menangani risiko
terdapat lima hal yang dapat dilakukan yaitu menghindari risiko, mengurangi risiko, retensi
risiko, membagi risiko, dan mentransfer risiko.
Pada asuransi konvensional terdapat 5 prinsip asuransi yaitu: kepentingan yang dapat
diasuransikan (insurable risk), itikad baik (utmost good faith), penggantian kerugian (indemnity),
sebab aktif (proximate cause), pengalihan hak dalam asuransi syariag diperkaya dengan prinsip
tambahan yaitu saling membantu dan bekerja sama, saling melindungi, dari berbagai macam
kesusahan dan kesulitan. Perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional yaitu: adanya

17
DPS, akad dilakukan atas dasar tolong menolong, akad yang dilakukan berdasarkan akad
syariah, kepemilikan dana merupakan hak peserta, asuransi syariah tidak mengenal dana hangus.
Asuransi syariah dibedakan berdasarkan beberapa tinjauan ditinjau dari fungsinya
meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi ditinjau dari polis meliputi asuransi
berjangka, asuransi seumur hidup, asuransi dua manfaat, dan asuransi unit investasi ditinjau dari
segi pemilikannya meliputi asuransi milik swasta nasional, asuransi milik campuran. Di tinjau
dari sifat pelaksanaannya meliputi asuransi sukarela, asuransi wajib. Mekanisme asuransi syariah
mencakup undewriting, polis asuransi, premi (kontribusi), yang terdiri dari premi tabungan,
premi tabarru’, dan premi biaya. Kendala utama pengembangan asuransi syariah antara lain:
kurangnya sosialisasi, keterbatasan tenaga ahli asuransi syariah yang profesional, dukungan umat
islam yang masih rendah, dukungan pemerintah yang belum optimal, terutama dalam hal
perundang-undangan yang hingga kini belum terakomodasi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suparmin, Asy’ari. Asuransi Syariah. Ponorogo : PT Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.


2. Hasanah, Uswatun. “Asuransi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum,
Vol. 47, No. 1 (2013)
3. Puspitasari, Novi. “Sejarah perkembangan Asuransi Islam serta perbedaannya dengan
Asuransi Konvensional”, Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol. 10, No. 2,
(2011)
4. Anggadini, Sri Dewi. Akuntansi Syariah. Bandung : PT Rekayasa Sains, 2017.
5. Kristianto, Djoko. “Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah dalam lembaga
keuangan Syariah”, Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknokogi Informasi, Vol. 7, No. 1,
2009
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

18
7. Ramadhani, Herry. “prospek dan tantangan perkembangan asuransi syariah di indonesia”,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 1, No. 1, (2015)
8. Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: PT Kencana, 2016.
9. Hosen, M. Nadratuzzaman. “mendudukan status hukum asuransi syariah dalam tinjauan
fuqaha kontemporer”, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 13, No. 2
(2013)
10. Iswadi, Muhammad.”Asuransi Islami dan Pembangunan Ekonomi Umat”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 01, No. 01, (2015).

19

Anda mungkin juga menyukai