Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik ,serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Harapan kami bahwa makalah sebagai bahan ajar ini dapat membantu para siswa dan
tim pengajar dalam kegiatan sekolah.Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Tapan, 31 Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah
masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah
dalam hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal
tersebut. Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi
Asuransi yag Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu
dan paham mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini
adalah yang digunakan di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada
beberapa prinsip yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung
jawab, saling bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan
konvensional mempunyai perbedaan. Dan dengan ini kami akan mempersembahkan sebuah
makalah yang akan memaparkan hal-hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah:


Berdasarkan Latar belakang diatas adapaun Rumusan Masalah:
a. Apa Pengertian Asuransi Syariah?
b. Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah?
c. Apa Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah?
d. Bagaiman Sistem-Sistem Asuransi Syariah?
e. Bagaimanan Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)
f. Bagaimana Sistem Pengelolaan dana asuransi syariah ?
g. Apa Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional ?
h. Bagaimana Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan penulisan:


a. Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah
b. Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi konvensional
c. Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi syariah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Menurut Syariah


Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin,
sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min memiliki arti
member perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta’min-kan
sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia
atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau
untuk mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan ‘seseorang
mempertanggungkan atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya’.

Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-kifayah
‘kecukupan’ dan al-amnu ‘keamanan’. Sebagaimana firma Allah swt, “Dialaha Allah yang
mengamankan mereka dari ketakutan’’, sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas
dari lapar merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu al-qidza i
aman konsumnsi. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari
rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai
nasihat Raul kepada Sa’ad bin Abi Waqqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja.
Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.
Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek
ekonomi, hokum, social, bisnis, dan aspek matematika.

Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah
adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta’awun yang
telah diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah
siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut,
maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit
pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma)
tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa
musibah.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang
pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya,
Asuransi Syariah (Ta’min, Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi
syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan ta’awun. Yaitu
prinsip hidup saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah
antara sesame anggota perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).

2.2 Landasan Hukum Asuransi Syariah


Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT dalam Al-Quran
hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi
mujahit untuk mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-
Qur’an dan hadist . Al-Qur’an maupun hadist tidak menyebutkan secara nyata apa dan
bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena
ternyata dalam hokum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami. Hakikat
asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling tolong
menolong, dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi
diperbolehkan secara syaria’h, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap
sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang
meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-
Maidah ayat 2 yang artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan
dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan persiapan


untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat 18: Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah
kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] .
Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam dengan aktivitas menabung atau berasuransi.
Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan
yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika suatu
musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan dan kecermatan.

Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan
legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya
kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai
keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992,
tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan
perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah
yaitu :
a) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang
perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
b) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
c) Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang
Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dengan system Syariah.

2.3 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah


Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta’awanu ‘ala al birr wa al-taqwa
(tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman).
Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi tafakul
ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu :

a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.


Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang
muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya yang akan
menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan
tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al Maidah[5];2)
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan
terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling
membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
kehidupan masyarakat.
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya”’.
(Adh.Duiha [93]9-10)

c. Sesama muslim saling bertanggungjawab


Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim.
Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,
dan ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-
musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat
Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.

2.4 Manfaat Asuransi

Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para
peserta asuransi antara lain sebagai berikut:
1) Rasa aman dan perlindungan.

2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

3) Berfungsi sebagai tabungan.

4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta
sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.

5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan


investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.
2.5 Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah

Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan tingkat
kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban keuangan, hasil operasi dan
untuk memberikan imformasi mengenai posisi keuangan pada waktu tertentu.

Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

 Transaksin tidak mengandung unsur kezaliman


 Transaksi tidak mengandung unsur riba
 Transaksi tidak mengandung unsur judi
 Transaksi tidak mengandung unsur penipuan
 Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan
 Transaksi tkidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain

Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah maupun pada
lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan kewajiban yang
berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai
dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan, kebajikan
dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.
b. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk
mengambil keputusan.
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha.

2.6 Sistem-Sistem Asuransi


Menurut Syahatah (2006: 4) Sistem asuransi yang paling banyak berkembang dan beredar
dewasa ini antara lain sebagai berikut:
1) Perusahaan jasa asuransi niaga
Asuransi niaga terkait erat dengan bahaya-bahaya atau risiko-risiko yang muncul
akibat menjalankan aktivitas perdagangan, terutama angkutan barang dan sejenisnya
dari satu tempat ke tempat lain, meliputi: Asuransi laut, asuransi darat, Asuransi
udara.
2) Sistem asuransi jiwa
Asuransi ini berkaitan dengan marabahaya dan risiko yang dapat menimpa seseorang,
seperti luka-luka akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pension. Dan diantara
model asuransi jiwa yang paling penting adalah sebagai berikut:
 Asuransi hidup

 Asuransi Kecelakaan

 Asuransi Sosial

 Asuransi Sakit

3) Sistem asuransi dari marabahaya yang menimpa harta benda


Model asuransi ini yang paling populer antara lain sebagai berikut.
 Asuransi dari kebakaran, pencurian, dan pengrusakan/ pemusnahan.

 Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan kecelakaan kerja.

 Jaminan asuransi dari kemacetan pembayaran.

4) Sistem asuransi investasi


Asuransi ini berlandaskan pada sistem pemberian sejumlah dana untuk investasi
bersama sejumlah orang atau perusahaaan, kemudian sebagian modal dan labanya
diberikan kepada pihak yang mengalami kerugian, sementara sisanya dikembalikan
pada mereka ketika telah mencapai jangka waktu tertentu. Dengan demikian, ini
menggabungkan antara sistem investasi dan asuransi.

2.7 Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)


Asuransi syari‟ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung jawab, bantu-
membantu dan melindungi para peserta sendiri. Perusahaan asuransi takaful diberi
kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi para peserta,
mengembangkan dengan jalan halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah
sesuai isi akta perjanjian Muhammad dalam Hilaliyah (2008:41).
Takaful keluarga sendiri adalah bentuk takaful yang memberikan perlindungan dalam
menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful dalam musibah
kematian yang akan menerima santunan sesuai perjanjian adalah keluarga/ahli warisnya, atau
orang yang ditunjuk, dalam hal tidak ada ahli waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak
mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah.
Menurut Muhammad dalam Hilaliyah (2008:42), Jenis takaful keluarga meliputi:
1. Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:
a.Takaful berencana/dana investasi

b. Takaful dana haji

c.Takaful pendidikan/dana siswa

d. Takaful dana jabatan

e.Takaful hasanah

2. Produk takaful individu tanpa unsur tabungan, meliputi:


a. Takaful kesehatan individu
b. Takaful kecelakaan diri individu
c. Takaful Al-Khairat individu
3. Produk takaful kumpulan
a. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan
b. Takaful Majelis ta‟lim
c. Takaful Al-Khairat
d. Takaful Al-Khairat+Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji)
e. Takaful Pembiayaan
f. Takaful Kecelakaan Siswa
g. Takaful Wisata dan Perjalanan
h. Takaful Medicare
i. Takaful perjalanan haji dan umrah

2.8 Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Informasi tentang pengelolaan dana asuransi syariah ini juga diberikan oleh perusahaan
asuransi pertama yang memperkenalkan asuransi syariah sebagai sejarah terbentuknya
asuransi syariah di dunia. Dalam hal keuntungan yang di dapat oleh perusahaan
asuransi atas pengembangan dana asuransi syariah dari setiap nasabah asuransi syariah ini di
bagi secara merata dan seimbang. Ini sesuai dengan prinsip asuransi syariah “mudharabah”
atau biasa disebuat dengan prinsip bagi hasil. Dan besarnya pembagian hasil dari keuntungan
tersebut, ini tergantung pada kesepakatan antara peserta asuransi syariah di mana nasabah
asuransi syariah ini menjadi pemilik modal dengan perusahaan asuransi yang berfungsi
sebagai media untuk mengembangakan dan menjalankan modal tersebut pada saat akad
perjanjian dilaksanakan. Dalam pengelolaan dana asuransi syariah dari para nasabah,
perusahaan asuransi dalam hal ini asuransi syariah mempunyai mekanisme atau cara kerja
yang terbagi menjadi 2 cara dalam mengelola dana asuransi syariah, adalah sebagai berikut :

a. Sistem pengelolaan dana yang mengandung unsur tabungan

Menjadi nasabah asuransi, baik produk asuransi konvensional maupun asuransi syariah yang
berbasiskan Islam sebagai landasan hukum semua nasabah asuransi harus memberikan atau
membayar iuran yang jumlah telah ditentukan kepada perusahaan asuransi secara rutin. Atau
dalam dunia asuransi, iuran tersebut disebut dengan premi asuransi. Tetapi khusus untuk
asuransi syariah ini, besar premi asuransi yang akan dibayarkan itu sesuai dengan
kemampuan para masing-masing nasabah asuransi dan sesuai dengan kesepakatan pada saat
akad perjanjian dilakukan.

Untuk pembayaran iuran atau premi asuransi syariah, para nasabah bisa memilih cara
pembayarannya baik dengan transfer atau bayar langsung. Dan waktu pembayaran premi
asuransi ini juga bisa di pilih langsung oleh setiap nasabah asuransi, bisa dengan melakukan
pembayaran setiap bulan, 3 bulan sekali, per 6 bulan, bahkan sampai 1 tahun sekali
pembayarannya. Untuk setiap dana premi asuransi syariah yang dikeluarkan oleh tiap
nasabah asuransi syariah yang berhubungan dengan tabungan, ini akan langsung dipisahkan
oleh perusahaan asuransi ke dalam dua rekening yang berbeda.

Rekening Tabungan, yaitu kumpulan premi dana asuransi syariah dari setiap peserta
asuransi syariah yang merupakan milik peserta sekaligus sebagai simpanan. Dana premi
asuransi tersebut secara otomatis menjadi hak dari nasabah asuransi syariah dan akan
dikembalikan bila :

 Perjanjian asuransi syariah ini telah berakhir


 Nasabah asuransi syariah tersebut mengundurkan diri
 Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi syariah tersebut
diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.
b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan.

Khusus untuk produk asuransi syariah, premi asuransi syariah akan harus dibayarkan oleh
setiap nasabah asuransi syariah ini akan dipisahkan langsung oleh perusahaan asuransi.
Pemisahan dana asuransi syariah tersebut, salah satunya untuk sumbangan yang digunakan
untuk membantu sesama nasabah asuransi syariah dan juga untuk sesama umat muslim.

Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana premi asuransi yang diberikan oleh setiap nasabah
asuransi syariah sebagai iuran atau sumbangan untuk kebaikan dengan tujuannya untuk saling
tolong-menolong dan saling membantu sesama umat muslim dan nasabah asuransi syariah.
Untuk dana yang berupa premi asuransi syariah tersebut akan dibayarkan apabila :

 Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi syariah
tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.
 Perjanjian asuransi syariah telah berakhir. Untuk dana premi asuransi syariah ini akan
di berikan jika ada surplus dana yang diterima oleh perusahaan asuransi.

Semua sistem dan cara pengelolaan dana asuransi syariah yang telah dihimpun dan
dikelola oleh perusahaan asuransi ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam demi
untuk mendapatkan keuntungan. Nah, setiap keuntungan yang didapat dari hasil investasi
tersebut, akan dibagikan secara merata dengan jumlah yang adil antara nasabah asuransi
syariah dengan perusahaan asuransi. Pembagian keuntungan dari investasi ini, tentunya
setelah dikurangi beban asuransi, yaitu klaim dan premi asuransi. Pembagian keuntungan ini
juga akan dilakukan dengan mengedepankan atau menggunakan prinsip Al-Mudharabah dan
sesuai dengan perjanjian atau pada saat akad asuransi syariah dilakukan.

2.9 Sumber Biaya Operasional

Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti Perseroan


Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat menentukan dalam perkembangan
dan percepatan pertumbuhan industri. Lain halnya dengan asuransi syariah yang berbentuk
sosial, mutual atau koperasi, disini peran pemerintah harus dominan terutama dalam
memberikan subsidi ditahap awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat
sosial tentu tidak terlampau mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi lebih
mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya sebagaimana fungsi utama
asuransi syariah, yaitu wataawanu alal birri wattaqwa’ saling menolong dalam kebajikan dan
taqwa‟.

a. Bagi Hasil Surplus Underwriting


Menurut Sula (2004:180) bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang
diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional antara peserta (shohibul
mal) dan pengelola (mudhorib) dengan nisbah yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan,
untuk produk-produk non saving dalam asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan
sumber biaya operasional. Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta yang
diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti reasuransi dan klaim.
Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara peserta dan perusahaan. Bagian perusahaan
inilah yang diambil sebagai biaya operasional sebelum menjadi profit perusahaan.
Menurut Richard Bailey dalam Sula (183:2004), Tujuan underwriting membuat taksiran
risiko dan penetapan calon tertanggung kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran
underwriting perusahaan adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang:
1. Adil Bagi Nasabah (Equitable to The Client) :
Salah satu prinsip dasar asuransi ialah bahwa masing-masing tertanggung membayar
premi yang proporsional terhadap risiko yang ditaksir perusahaan terhadap tertanggung
tersebut. Dengan diterimanya aplikasi asuransi jiwa, perusahaan harus menetapkan
tingkat risiko dan harus membebani premi secara adil atas risiko tersebut.
2. Dapat Dijual oleh Agen (deliverable by the agent) :
Pembeli membuat keputusan terakhir apakah polis asuransi tertentu dapat diterima. Jika
pembeli memutuskan tidak membeli polis jika agen berusaha menjual polis tersebut,
dikatakan bahwa polis tidak dapat dijual (undeliverable) atau tidak dibeli (not taken).
Satu di antara alasan-alasan sebuah polis tidak dibeli ialah karena keputusan
underwriting yang tidak menguntungkan dengan hasil pembebanan premi antisipasi
yang lebih tinggi. Misalnya, jika underwriter telah memutuskan beban premi lebih
tinggi dari premi normal untuk satu penutupan atau membatasi uang pertanggungan
atau jenis benefit tambahan atau rider yang dikehendaki, maka calon tertanggung
mungkin menolak polis.
Adapun syarat diterimanya suatu polis adalah:
 Polis harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan pembeli.
 Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan keuangan
pembeli.

 Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar.

3. Menguntungkan Perusahaan (profitable to the company)


Underwriter harus membuat keputusan yang menguntungkan perusahaan. Semua
perusahaan asuransi, apakah itu perseroan terbatas, asuransi jiwa bersama, atau
fraternal, meminta underwriting yang sehat untuk meyakinkan hasil keuangan yang
menguntungkan. Perseroan terbatas membayar deviden kepada pemegang saham. Dan
dalam beberpa kasus, asuradur (penanggung) perusahaan mutual maupun fraternal
membayar deviden kepada pemegang polis (peserta).

b. Bagi Hasi Investasi


Menurut Sula (2004:180) bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara
proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dan
rekening tabungan peserta maupun dari dana rekening tabarru’. Setelah dana peserta
dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang
diperoleh dari investasi kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau
perusahaan asuransi.

c. Dana Pemegang Saham


Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para pemegang saham
sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdirinya perusahaan maupun
penambahan dana setelah perusahaan berjalan, beserta hasil investasi atas dana tersebut atau
dengan kata lain, akumulasi laba ditambah modal yang disetor oleh pemegang saham.

d. Loading (Kontribusi Biaya)


Menurut Sula (2004:181) loading adalah kontribusi biaya yang dibebankan kepada
peserta, yang biasanya pada asuransi konvensional diambil dari premi tahun pertama dan
kedua. Pada beberapa asuransi syariah di Indonesia, loading dikenakan sebesar kurang lebih
25 persen dari premi tahun pertama atas sepengetahuan peserta dan terutama diperuntukkan
untuk biaya komisi agen. Adapun jumlah kontribusi yang diambil berpulang kepada
kebijakan perusahaan masing-masing dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan aspek
market.
Perusahaan asuransi syariah seperti Syarikat Takaful di Malaysia, dan sebagian
asuransi syariah di Indonesia seperti Asuransi Syariah Mubarokah tidak membebankan
loading kepada peserta dengan alasan bertentangan dengan kaidah syara‟. Sementara
sebagian yang lain seperti Takaful Keluarga, MAA syariah dan asuransi syariah lainnya,
Dewan Pengawas Syariah (DPS) membolehkan loading (misalnya sebesar 3 persen) dari
premi tahun pertama, sepanjang dilakukan secara transparan dan sepengetahuan peserta
takaful diawal akad. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syara‟.

Menurut Sula (2004:181) pengertian biaya loading pada asuransi syariah adalah kontribusi
biaya yang diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta (premi) tahun pertama, misalnya
20%-30% dari premi tahun pertama. Biaya tersebut terutama diperuntukkan untuk komisi
agen dan biaya penagihan (incasso).

2.10 Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional


Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan karakteristik
yang berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam adalah syariat Islam yang
diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani oleh para
akuntan yang mengombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran kerja.
Berdasarkan pengertian, landasan syar’i dan prinsip-prinsip akuntansi syariah serta
keterangan-keterangan diatas, dapat kita simpulkan sifat-sifat spesifik akuntansi syariah
diantaranya sebagai berikut. :
 Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah nabawiyah
serta fiqih para ulama
 Akuntansi Islam dilandasi oleh kaidah yang kuat, iman, serta pengakuan bahwa Allah itu
adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Rasul, dan juga percaya pada
hari akhir.
 Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang akuntansi
yang melaksanakan proses akuntansi harus mampu mempunyai sifat amanah, jujur,
netral, adil, dan professional.
 Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di depan masyarakat dan
umat Islam tentang berapa jauh kesatuan ekonomi yang dipengaruhi oleh hokum syariat
Islam, terutama yang berkaitan dengan muamalah.
 Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat kaidah dan akhlak, akuntansi
dalam Islam juga berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah.
 Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur
dan juga berperan dalam kesatuan ekonomi.

Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system akuntansi dengan
akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid, CEO PT. Syarikat Takaful
Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful Busines menjelaskan beberapa perbedaan
tersebut sebagai berikut:
a) Cash Bases
Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai pendapatan,
walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Sedangkan dalam praktik akuntansi
takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi dan laba dari investasi benar-benar
diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah menerimanya secara tunai. Praktik
akuntansi ini memiliki arti yang penting yang berkaitan dengan system bisnis yang
berperinsip pada mudharabah dimana akad mengikat antara peserta dengan
perusahaan dalam kesepakatan bagi hasil.
b) Technical Reserve
Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan atau
dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam system akuntansi
takaful, cadangan teknik dihitung dengan menggunakan metode 1/365. Premi akan
diakui sebagai pendapatan serta ditentukan menurut jumlah hari yang sebenarnya
selama periode akuntansi dan masa perjanjian/kontrak Tafakul. Premi yang tidak
digunakan selama masa perjanjian dianggap cadangan.
c) Beban Retakaful
Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa perjanjian, diakui
sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini sesuai dengan standar yang
diterima, yaitu perbandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode
berjalan. Dalam system akuntansi Takaful, beban retakaful selama masa perjanjian
diakui sebagai utang sampai angsuran atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan
tetapi, beban retakaful ini akan diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi dibayar
lebih awal oleh peserta.
d) Surplus (Pada Asuransi Jiwa)
Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang saham
sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan tidak berhak
mengakui surplus ini sebagai pendapatan. Pada Takaful keluarga hanya laba dari dana
investasi dibagikan antara peserta dan perusahaan sesuai yang diperjanjikan (misalnya
70:30 atau 60:40). Setelah dikurangi bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari
keuntungan ini merupakan pendapatan bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening
peserta.
e) Surplus (Pada Asuransi Kerugian)
Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian
keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful. Keuntungan
dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau kontrak. Aspek teknis
akuntansi, asuransi Tafakul menggambarkan nilai tambah atau keuntungan yang
diungkapkan secara adil dan transparan. Sehingga, baik perusahaan maupun peserta
asuransi tafakul tidak merasa dirugikan. Keuntungan lain yang bersifat jangka
panjang bahwa adanya nilai kebersamaan, tolong-menolong, dan saling menaggung
jika di antara peserta terjadi klaim kerugian. Inilah sisi kemungkinan yang didapatkan
dari asuransi Takaful. Secara ringkas perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial
dengan akuntansi asuransi syariah dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Akuntansi Asuransi Konvensional Akuntansi Asuransi Syariah


1. Premi Asuransi diakui sebagai Premi Asuransi benar-benar diakui
pendapatan meskipun premi sebagai pendapatan jika diterima
asuransi belum dibayarkan secara tunai.
2. Beban retafakul selama perjanjian Beban retakaful diakui sebagai utang
diakui sebagai asuransi awal yang sampai angsuran atau premi takaful
dikover. dibayarkan. Dan beban retakaful
diakui sebagai pendapatan jika
dibayar lebih awal.
3. Dana asuransi yang terhimpun Dana asuransi tafakul yang
dikelola untuk kepentingan bisnis terhimpun dikelola dengan konsep
perusahaan dengan keuntungan mudharabah
yang dinikmati oleh perusahaan dan
pemegang saham.
4. Laba atau surplus investasi ditrasfer Laba investasi dari dana Takaful
ke pemegang saham. keluarga yang terhimpun dibagikan
kepada peserta takaful keluarga dan
perusahaan tidak berhak mengakui
surplus ini sebagai pendapatan.
5. Keuntungan yang didapatkan oleh Ada pembagian
perusahaan asuransi merupakan keuntungan/berdasarkan rasio yang
laba perusahaan disepakati dalam perjanjian

2.11 Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah


a) Akuntansi syariah dengan akad mudharabah.
Dalam akad ini terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana pemegang
saham(DPS) dengan dana peserta asuransi (DPA). Perusahaan bertindak sebagai pemegang
amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari peserta yang digunakan apabila di
antara para peserta terjadi musibah. Di lain pihak ,peserta menyetujui Bahwa dana ynag
disetor akan dikelola secara professional oleh operator. Jika pada akhir periode, peserta yang
tidak mendapatkan musibah akan memperoleh bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad ini
dana yang disetorkan partisipan merupakan milik peserta, dan tidak dapat dipergunakan
untuk kepentingan pemegang saham. Konsikuensinya, system akuntansi yang diterapkan
harus dipisahkan antara akuntansi Dana Pemegang Saham (DPS) dengan akuntansi Dana
Peserta Asuransi (DPA).

b) Akuntansi syariah dengan akad wakalah.


Dalam akad ini tidak terdapat pemisahan penegelolaan dana antara pemegang saham
dengan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru’ dari peserta dan berhak
digunakan untuk seluruh kegiatan perusahaan. Dana yang berasal dari pemegang saham
dengan dana peserta dicampurkan. Sehingga, konsekuensinya, akuntansi tidak harus
dipisahkan antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi dana peserta asuransi.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
 Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk
memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh
peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
 Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta menginfaqkan atau
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar
klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan
disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
 Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan
kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi
dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan
menghindari unsur-unsur yang mengandung gharar, maysir dan riba.
 Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi kovensional
adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad, Investasi dana,
kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.

3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
 Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat muslim yang
ingin membantu sesamanya
 Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi syariah ini
kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi mengenai produk-
produk yang ditawarkan.
 Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu sendiri
guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama masyarakat yang muslim
untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar dapat menolong sesame.
 Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang dilakukan
oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan perekonomian Negara ini
dapat tercapai dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-syariah.html

https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-asuransi-syariah/

Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada Asuransi
Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar). 2014 : Andi
Sriwahyuni.
MAKALAH

TENTANG

ASURANSI SYARIAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. IDFAN USWATUL
2. PIOGA ALTA PUTRA
3. NABILA
4. NAISYA APRILLA KHAIRA
5. NIHA MAIKLA FIKRI
6. FLORA DESISKA

KELAS :

GURU PEMBIMBING :
YENI HARTATI S.Pd.I

SMA N 1 BASA AMPEK BALAI


KABUPATEN PESISIR SELATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai