Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Aisah

NIM : 2013114044

Kelas : D

Tugas resume buku : Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam

Asuransi secara umum sebagai salah satu lembaga keuangan yang bererak
dalam bidang pertanggungan dengan nuansa profit oriented, sedangkan asuransi
syariah menekankan pada nuansa tolong-menolong.

Adapun pengertian asuransi dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(KUHD) pasal 246 bahwa asuransi adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan
mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral).

Sejarah asuransi dimulai dari kajian tentang "pertanggungan " telah dikenal
dikenal sejak zaman dahulu dan dipraktikkan di tengah masyarakat, yang
terwujud dalam bentuk tolong-menolong dilanjutkan dengan kisah pada masa raja
firaun dan nabi Yusuf yang mempersiapkan kebutuhan sebelum paceklik,
kemudian pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia
membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransil. Kemudian
pada zaman Alexander Agung (336-323 sebelum masehi) dibentuk usaha manusia
yang mirip asuransi. Dilanjutkan pada abad pertengahan, di Exeter, Inggris
kagiatan memberi penggantian pada kumpulan pekerja (gilde) jika terjadi
bencana.

Sedangkan dalam literarur Islam dikenal dengan konsep aqilah. Jika salah satu
anggota suku arab pra-islam melakukan pembunuhan maka si pembunuh
dikenakan diyat dalam bentuk blood money (uang darah) . Perkembangan
selanjutnya asuransi masuk ke Indonesia dibawa oleh intelektual Belanda dan
melampaui tiga masa di Indonesia, yaitu masa pendudukan Belanda, Jepang, dan
masa Indonesia merdeka. Pada saat itu sudah banyak perusahaan asuransi di
Indonesia, hingga asuransi syariah mengalami perkembangan pada paruh akhir
tahun 2004, yaitu diresmikannya Asuransi Takaful Indonesia.

Asuransi memiliki prinsip dasar diantaranya : insurable interest (memiliki


kepentingan yang dipertanggungkan), utmost good faith (jujur atas objek yang
diasuransikan), indemnity (adanya penggantian kerugian), subrogation (jika pihak
ketiga sebagai penyebab kerugian dan sudah membayar ganti melalui pihak
asuransi, maka tertanggung tidak bisa meminta ganti lagi terhadap pihak
asuransi), contribution (tertanggung mengasuransikan benda ke beberapa
perusahaan, dan jika terjadi kerugian maka pihak asuransi bisa menuntut
perusahaan lain untuk sama-sama menutup kerugian), proximate cause (pihak
asuransi mencari sebab-sebab aktif yang menjadikan kerugian). Dalam manajen
asuransi berkaitan pula dengan model manajemen risiko, yaitu menghindari
risiko, mengontrol risiko, menerima risiko dan mentransfer risiko.

Asuransi syariah memiliki landasan sebagai legalisasi, yaitu tercantum dalam


Al-qur'an diantaranya pada surat al-maidah ayat 2, al baqarah ayat 185 dan 261,
surat yusuf ayat 46-49, surat at-taghaabun ayat 11, dan masih banyak lagi. Selain
itu terdapat dalam hadits yang menjelaskan tentang aqilah, hadits tentang niat,
hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang, perjanjian,
meninggalkan waris, menhindari risiko, dan lain-lain. Selain itu juga ada piagam
madinah, praktik sahabat, ijma, syar'u man qablanadan istihsan.

Asuransi syariah juga memiliki prinsip sendiri, diantranya tauhid (agar


asuransi sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan), keadilan (abtra pihak asuransi dan
nasabah harus memenuji kewajibannya masing-masing), tolong menolong
(nasabah sejak awal mempunyai niat untuk membantu dan meringankan beban
orang lain), kerja sama (berwujud dalam konsep mudharabah dan musyarakah),
amanah (perusahaan asuransi transparan dalam nilai-nilai akuntabilitas), kerelaan
(tidak ada paksaan antara pihak-pihak yang terlibat), larangan riba, larangan
maysir (judi), dan larangan gharar (ketidakpastian).
Dalam asuransi juga terdapat pendapat ulama yang berbeda-beda mengenai
asuransi, kelompok pertama mengharamkan asuransi, alasannya mengandung
unsur judi, ketidakpastian, riba, termasuk jual beli mata uang tidak tunai, hidup
mati seseorang digantungkan sebagai objek bisnis, dan ada unsur eskploitasi.
Kelompok kedua membolehkan alasannya tidak ada nash yang melarang, adanya
kesepakatan dan kerelaan, menguntungkan kedua pihak, mengandung kepentingan
umum, termasuk akad mudharabah, dan syirkah at-ta'awunniyah. Sedangkan
kelompok terkahir membolehkan jika jenis asuransi sosial tidak mengandung
unsur-unsur yang dilarang dalam Islam, dan mengharamkan asuransi yang
sifatnya komersial karena mengandung unsur yang dilarang dalam islam.

Dalam praktik asuransi terdapat dua akad yang membentuk, yaitu akad tabarru'
dan akad mudharabah. Akad tabarru' terkumpul dalam rwkwning dana sosial
untuk tolong menolong, sedangkan akad mudharabah terwujud dalam
penginvestasian dana dengan prinsip profit and loss sharing. Adapaun landasan
operasional asuransi syariah di Indonesia masih lemah, secara struktural, landasan
operasional asuransi syariah masih menginduk pada peraturan yang mengatur
usaha asuransi secara umum (konvensional). Peraturan asuransi syariah baru
secara tegas dijelaskan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga
Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan pembatasan
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.

Produk-produk asuransi syariah di Indonesia secara umum dibagi menjadi dua,


yaitu produk asuransi syariah dengan unsur saving tmyeitu dengan menggunakan
dua rekening, rekening tabarru' dan rekening untuk dana saving. kumpulan dana
peserta akan dibayarkan jika perjanjian berakhir, peserta mengundurkan diri, dan
peserta meninggak dunia. Sedangkan yang kedua asuransi syariah dengan unsur
non saving hanya mengandung unsur tabarru'. Dana yang terkumpul diniatkan
untuk saling membantu dan akan dibayarkan jika peserta meninggal dunia dan
perjanjian berakhir jika ada surplus dana.

Anda mungkin juga menyukai