Anda di halaman 1dari 23

BAB X

Model-model ekonomi Islam:


Asuransi Syariah
Definisi Asuransi Syari’ah
• Dalam Bahasa Arab, asuransi dikenal dengan
istilah at-ta’min, yang diambil dari “amana” dan
berarti memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman, bebas dari rasa takut.

• Jadi, at-ta’min ialah seseorang membayar /


menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli
warisnya mendapat sejumlah uang sebagaimana
disepakati, atau untuk mendapat ganti terhadap
hartanya yang hilang.
Undang-Undang No 40 tahun 2014
Tentang Usaha Perasuransian
• Bab I Pasal 1 ayat 1 menjelaskan ; Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi
sebagai imbalan untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan
pada hasil pengelolaan dana.
• Bab I Pasal 1 ayat 2 menjelaskan : Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas
perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para
pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling
menolong dan melindungi dengan cara:
a. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang
timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan
pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.
• Bab I Pasal 1 ayat 3 Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.
Asuransi menurut para ahli ...
• Ahmad Azhar Basyir (Ketua Umum PP Muhammadiyah)
menjelaskan yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu
perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi,
untuk memberikan penggantian kepadanya karena
kerugian-kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.
• Syeikh Musthafa az-Zarqa (Guru Besar Univ Al Azhar Mesir)
berarti cara dalam menghindari risiko yang akan
dihadapinya.
Sejarah Asuransi dalam Islam
• Konsep asuransi syariah berasal dari budaya suku Arab dengan sebutan Al-Aqilah hingga
zaman Nabi Muhammad Saw. Konsep tersebut tetap diterima dan menjadi bagian dari
Hukum Islam, hal tersebut tercantum dalam hadist Nabi Muhammad Saw., diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra., dia berkata : Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah
satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian
wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang
meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasullulah Saw., maka Rasulullah
Saw., memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan pembebanan
seorang budak laki – laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita
tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilah-nya (kerabat dari orang tua
laki – laki) . (HR. Bukhari).
• Dalam Piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama di dunia, setelah hijarah ke
Madinah, dalam Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : Orang Quraisy yang melakukan
perpindahan (ke Madinah) melakukan pertanggungan bersama dan akan saling bekerjasama
membayar uang darah diantara mereka. Jika seorang anggota suku melakukan pembunuhan
terhadap anggota suku yang lain, maka ahli waris korban akan memperoleh bayaran sejumlah
uang darah sebagai kompensasi oleh penutupan keluarga pembunuh, yang disebut sebagai
aqilah. Selain itu juga Rasulullah Saw., membuat ketentuan tentang penyelamatan jiwa para
tawanan, yang menyatakan bahwa jika tawanan yang tertahan oleh musuh karena perang,
harus membayar tembusan kepada musuh untuk membebaskan yang ditawan
• Selain tersebut di atas Rasulullah Saw., juga telah menetapkan jumlah kompensasi untuk
berbagai kecelakaan seperti: 5 ekor unta untuk luka tulang dalam ; 10 ekor unta untuk
kehilangan jari tangan atau kaki ; 12.000 dinar (koin emas) untuk kematian.
Sejarah Asuransi Syariah
• Pada dekade 70-an di beberapa negara Islam, atau di negara-negara yang
mayoritas penduduknya muslim bermunculan asuransi yang prinsip
operasionalnya mengacu kepada nilai-nilai Islam dan terhindar dari ketiga unsur
yang diharamkan Islam yakni maisir, gharar dan riba (MAGRIB) yakni pada tahun
1979 Faisal Islamic Bank of Insurance Co. Ltd., di Sudan dan Islamic Insurance Co.
Ltd.,di Arab Saudi.
• Keberhasilan asuransi syariah ini kemudian diikuti oleh berdirinya Dar al-Mal al-
Islami di Geneva, Swiss dan Takaful Islami di Luxemburg, Takaful Islam Bahamas di
Bahamas dan al-Takaful al-Islami di Bahrain pada tahun 1983.
• Di Asia Tenggara, asuransi syariah pertama kali diperkenalkan di Malaysia; Syarikat
Takaful Sendirian Berhad berdiri pada tahun 1984. Kemudian tahun 1985 melalui
sebuah perusahaan asuransi jiwa berdiri Takaful Malaysia, selanjutnya diikuti oleh
negara-negara lain seperti Brunei, Singapura, dan Indonesia.
• Kemudian Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Bhd mendirikan dua anak perusahaan di
Indonesia, yakni perusahaan asuransi jiwa syariah bernama PT Asuransi Takaful
Keluarga (ATK) pada 4 Agustus 1994 dan perusahaan asuransi kerugian syariah
bernama PT Asuransi Takaful Umum (ATU) pada 2 Juni 1995.
Asuransi Syariah di Indonesia

• Di indonesia, asuransi Islam sering dikenal dengan istilah


takaful. Kata takaful berasal dari kata takafala, yatakafalu yang
artinya ialah “menjamin atau saling menanggung”.

• Menurut Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 bagian pertama


mengenai Ketentuan Umum angka 1 disebutkan bahwa
pengertian asuransi syari’ah (ta’min, takaful, atau tadhamun)
ialah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi bentuk asset dan atau
tabarru’ yang memberi pola pengembalian untuk menghadapi
risiko tertentu melalui akad (perikatan) sesuai dengan
Syari’ah.
Sumber erwin-noekman.com
Dasar dan Landasan Hukum
A. Hukum Islam

1. Al Qur’an
Surat Al-Maidah (5) : 2

‫وﺗﻌﺎوﻧواﻋل اﻟﺑرواﻟﺗﻘوى وﻻ ﺗﻌﺎ وﻧوا ﻋﻠﻰ اﻻﺛم واﻟﻌدوان‬


“…dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan takwa,dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran…”

2. Hadis Nabi Muhammad SAW


“Sesungguhnya seseorang yang beriman itu ialah
barang siapa yang memberi keselamatan dan perlindungan
terhadap harta dan jiwa raga manusia” (H.R. Ibnu Majah)
Dasar dan Landasan Hukum
B. Hukum Operasional

1. UU No 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.


2. Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum
Asuransi Syari’ah.

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

5. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep.


4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Asuransi
dan Reasuransi dengan prinsip Syari’ah.
7 Prinsip Hukum Asuransi Syari’ah
1. Insurable Interest (Prinsip Kepentingan yang Dipertanggungkan)
2. Utmost Good Faith (Prinsip Kejujuran Sempurna / iktikad baik)
3. Indemnity :mekanisme penanggung utk mengkompensasi resiko yg
menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial
4. Proximate Cause ; suatu sebab aktif, efisien yg mengakibatkan terjadinya
peristiwa secara berantai atau beruntun tanpa intervensi suatu
ketentuan lain
5. Principle of Subrogation; hak penanggung yang telah memberikan ganti
rugi kepada tertanggung utk menuntut pihak lain yang menyebabkan
kepentingan asuransinya mengalami peristiwa kerugian
6. Contribution ; salah satu akibat wajar dari prinsip indemnity , yaitu
penanggung berhak mengajak yang lain yang memiliki kepentingan yang
sama utk bersama-sama membayar ganti rugi kepada seorang
tertanggung meskipun jumlahnya belum tentu sama
7. Profit sharing (profit bagi hasil)
7 PRINSIP ASURANSI SYARIAH
Insurable
Interest

Utmost
Profit Sharing Goodfaith

Prinsip
Asuransi Indemnity
Contribution

Subrogation Proximate
Cause
Pendapat Para Ulama tentang
Asuransi Syari’ah
• Pendapat pertama : “Mengharamkan”
Dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (Mufti Yordania), Yusuf
Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth’I (Mufti Mesir). Alasannya :

1. Asuransi sama dengan judi


2. Mengandung unsur tidak pasti (gharar) dan riba
3. Termasuk jual beli atau tukar-menukar mata
uang tidak tunai
4. Hidup mati manusia menjadi objek bisnis
(mendahului takdir Allah)
5. Mengandung unsur pemerasan, dimana pemegang polis akan
kehilangan premi yang sudah dibayar, atau dikurangi karena tidak
dapat melanjutkan pembayaran premi.
Pendapat Para Ulama tentang
Asuransi Syari’ah
• Pendapat kedua : “Membolehkan”
Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa
Akhmad Zarqa (Guru Besar Hukum Islam Fakultas Syari’ah Universitas
Syria), Muhammad Yusuf Musa (Guru Besar Hukum Islam Universitas
Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (Pengarang Kitab Al Muamalah al-
Haditsah wa Ahkamuha). Alasannya :

1. Tidak ada nash (Al-Qur’an dan Sunnah) yang melarang asuransi


2. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua pihak
3. Saling menguntungkan kedua pihak
4.Asuransi termasuk akad mudharabah (bagi hasil)
5. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta’awuniyah)
6. Asuransi dianalogikan (diqiyaskan) sistem pensiun seperti taspen
Pendapat Para Ulama tentang
Asuransi Syari’ah
• Pendapat ketiga :
“Asuransi sosial boleh, dan komersial haram”

Pendapat ini dianut oleh Muhammad Abdu


Zahrah (Guru Besar Hukum Islam Univ. Cairo).

Alasan kelompok ini sama dengan kelompok


pertama dalam asuransi yang bersifat komersial
(haram), dan sama pula dengan alasan kelompok
dua dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).
Perbedaan Asuransi Syariah dan
Konvensional
Asuransi Syariah Asuransi Konvensional

Memiliki Dewan Pengawas Syariah Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah

Akad yang dilaksanakan pada asuransi Berdasarkan jual beli


syari'ah berdasarkan tolong menolong
Investasi dana pada asuransi Memakai bunga (riba) sebagai landasan
syari'ah berdasarkan bagi hasil perhitungan investasinya
(mudharabah)
Kepemilikan dana pada asuransi syari'ah Dana yang terkumpul dari nasabah (premi)
merupakan hak peserta menjadi milik perusahaan
Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah Pembayaran klaim diambilkan dari rekening
diambil dari dana tabarru' (dana dana perusahaan
kebajikan) seluruh peserta
Pembagian keuntungan pada asuransi
Seluruh keuntungan menjadi hak milik
syari'ah dibagi antara perusahaan dengan
perusahaan
peserta sesuai prinsip bagi hasil dengan
proporsi yang telah ditentukan
SEJARAH ASURANSI SYARIAH
DI INDONESIA
• Pada tanggal 27 Juli 1993, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muammalat Indonesia (BMI)
dan perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian
Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful
Indonesia (TEPATI).
• Dan akhirnya pada tanggal 24 Februari 1994 berdirilah PT Syarikat Takaful
Indonesia sebagai holding company dengan direktur Utama Rahmat Husen
yang selanjutnya mendirikan dua anak perusahaan yatu PT Asuransi
Takaful Keluarga (berdiri tanggal 25 Agustus 1994, dan diresmikan oleh
Menteri Keuangan Mar`ie Muhammad) dan PT Asuransi Takaful Umum
(berdiri pada tanggal 2 Juni 1995, dan diresmikan oleh Menristek/Ketua
BPPT BJ Habibie
Produk Asuransi Syari’ah
• Produk asuransi syari’ah yang sering dipakai dalam
operasional sebuah perusahaan asuransi syari’ah secara
garis besar antara lain :
1. Produk asuransi syari’ah dengan unsur saving :
Menggunakan 2 buah rekening dalam setiap
pembayaran premi, yaitu rekening untuk dana
Tabarru’ (sosial) dan dana saving (tabungan)

2. Produk asuransi syari’ah nonsaving


Ialah kumpulan dana dari peserta yang setelah
dikurangi biaya pengelolaan dimasukkan ke dalam
rekening khusus (tabarru’ atau rekening dana sosial)
Produk-Produk Asuransi Syariah
Namun secara umum produk asuransi Syariah
adalah jiwa dan kerugian
1. Asuransi kesehatan
2. Asuransi Pendidikan
3. Asuransi Kematian
4. Asuransi kecelakaan
5. Asuransi Kendaraan bermotor
Penerapan Kasus Asuransi Syari’ah
• Harga pasar kendaraan sebesar Rp 100 juta,
mobil Fikri diasuransikan sebesar Rp 100 juta
rupiah. Terjadi kecelakaan sehingga kendaraan
itu rusak, maka Perusahaan Asuransi Syari’ah
akan bertanggung jawab terhadap biaya
perbaikan, penggantian suku cadang, dan
ongkos kerja bengkel seluruhnya maksimal Rp
100 juta rupiah.
Daftar Pustaka
• Musjtari, Dewi Nurul, dkk, 2010, Hukum
Perbankan Syariah dan Takaful (Dalam Teori dan
Praktek), Yogyakarta : Lab hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
• Isnanto, Kuat, 2009, Asuransi Syari’ah : Tinjauan
Asas-Asas Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
• Ali, AM. Hasan, 2004, Asuransi dalam Perspektif
Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis, & Praktis, Jakarta : Prenada Media

Anda mungkin juga menyukai