Anda di halaman 1dari 40

HUKUM ASURANSI

SYARI’AH

Amin Purnawan

FH UNISSULA
2022/2023
A. PENGERTIAN ASURANSI ISLAM

 Secara Bahasa Arab -> at-ta’min (amana): memberi


perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dr rasa
takut. QS. Quraisy (106):4, yaitu “Dialah Allah yg
mengamankan dari rasa ketakutan.”
 Ensiklopedi Hukum Islam -> at-takaful al-ijtima’i atau solidaritas
yg diartikan sbg sikap anggota masyarakat Islam yg saling
memikirkan, memperhatikan, dan membantu mengatasi
kesulitan; anggota masyarakat Islam yg satu merasakan
penderitaan yg lain sbg penderitaanya sendiri dan
keberuntungannya adl juga keberuntungan org lain.
 Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001: Asuransi Syariah (ta’min,
takaful atau tadhamun) adlh usaha saling melindungi dan
tolong menolong di antara sejumlah org/pihak melalui investasi
dlm bentuk aset dan/atau tabarru yg memberikan pola
pengembalian utk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yg sesuai dgn syariah.
Pengertian Asuransi
Syariah
 Asuransi Syariah adalah asuransi berdasarkan
prinsip syariah dengan usaha tolong-menolong
(ta’awun) dan saling melindungi (takafuli)
diantara para Peserta melalui pembentukan
kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola
sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko
tertentu.
Asuransi Islam menurut para ahli:

1. Mustafa Ahmad az-Zarqa -> suatu cara utk memelihara manusia dlm
menghindari resiko (ancaman) bahaya yg beragam yg akan terjadi dlm
hidupnya, dlm perjalanan kegiatan hidupnya atau dlm aktivitas
ekonominya.
2. Moh. Ma’sum Billah -> “mutual guarantee provided by a group of people
living in the same society against a defained risk or castarophe befalling
one’s life, property or any form of valuable things”.
3. Muhammad Syakir Sula -> saling memikul risiko di antara sesama orang,
sehingga antara satu dgn yg lainnya menjadi penanggung atas risiko yg
lainnya.
4. Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan asuransi dalam dua bentuk:
a. At-ta’min at-ta’awuni (asuransi tolong menolong): “kesepakatan
sejumlah orang utk membayar sejumlah uang sbg ganti rugi ketika
salah seorang di antara mereka mendapat kemudaratan”.
b. At-ta’min bi qist sabit (asuransi dgn pembagian tetap): “akad yg
mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kpd pihak asuransi
yg terdiri atas beberapa pemegang saham dgn perjanjian apabila
peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi ganti rugi”.
B. SEJARAH ASURANSI ISLAM

 Dlm Islam, praktik asuransi dilakukan pd masa Nabi Yusuf


as. Yaitu pada masa kepemimpinan dari Raja Firaun,
tafsiran yg ia sampaikan adl bahwa Mesir akan
mengalami masa 7 tahun panen yg melimpah dan 7
tahun paceklik. Dan utk mengatasi masa paceklik itu
Nabi menyarankan utk menyisihkan sebagian hasil
panen pada masa tahun pertama, dan saran ini diikuti
sehingga masa paceklik dapat ditangani dgn baik.

 Menurut AM. Hasan Ali, Pada masa Arab sendiri tdpt


sistem ‘aqilah yaitu cara penutupan dari kel pembunuh
thdp kelg korban (yg terbunuh). Ketika terdapat
seseorang terbunuh oleh anggota suku lain, maka
keluarga pembunuh harus membayar diyat dlm bentuk
uang darah.
FALSAFAH DASAR ASURANSI ISLAM

Falsafah Asuransi Islam: penghayatan terhadap


semangat saling bertanggungjawab, kerjasama dan
perlindungan dalam kegiatan2 masyarakat, demi
tercapainya kesejahteraan umat dan masyarakat pada
umumnya.

Prinsip-prinsip Asuransi Islam:


1. Saling bertanggung Jawab
2. Saling Bekerja Sama untuk Bantu Membantu
3. Saling Melindungi dari Segala Kesusahan
Ad.1. Saling Bertanggung Jawab
Hadits Nabi Muhammad SAW Diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim, :

 “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan


org2 yg beriman antara satu dgn lainnya spt satu tubuh,
apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh
anggota tubuh lainnya ikut merasakannya”.
 “Seorang Mukmin dgn mukmin lainnya ibarat sebuah
bangunan yg tiap2 bagiannya saling menguatkan
bagian yg lain”.
 “Setiap org dari kamu adlh pemikul tanggung jawab, dan
setiap kamu bertanggung jawab atas org2 yg berada di
bawah tanggung jawabnya”.
ad.2. Saling bekerja sama untuk bantu membantu

a. Al-Qur’an
 Qs. al-Maidah (5):2
 Qs. al-Baqarah (2):177

b. Hadits Nabi Muhammad SAW yg diriwayatkan oleh


al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud:

 “Barang siapa yg memenuhi kebutuhan saudaranya ,


Allah akan memenuhi kebutuhannya”.
 “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
menolong sesamanya”.
ad.3. Saling Melindungi dari Segala Kesusahan
a. Al-Qur’an
 Qs. Quraisy (106) : 4

 Qs. al-Baqarah (2) : 126


b. Hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, dan
Al-Bazzar
 “Sesungguhnya seseorang yg beriman itu ialah barangsiapa yg
memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa raga
manusia”.
 “Demi diriku yg dalam kekuasaan Allah bahwasannya tiada
seorangpun yg masuk surga sebelum mereka memberi perlindungan
kpd tetangganya yg berada dlm kesempitan”.
 “Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur nyenyak dgn
perut kenyang sdgkan tetangganya meratap karena kelaparan.
d. Perbandingan antara asuransi islam
dan asuransi konvesional
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah

1 Konsep Perjanjian antara dua pihak Sekumpulan orang yang saling


atau lebih, dimana pihak membantu, saling menjamin, dan bekerja
penanggung mengikatkan sama, dengan cara masing-masing
diri kepada tertanggung, mengeluarkan dana tabarru’
dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan
pergantian kepada
tertanggung
2 Asal-usul Masyarakat Babilonia 4000- Dari Al Aqilah, kebiasaan suku Arab jauh
3000 SM yang dikenal sebelum Islam datang. Kemudian
dengan perjanjian Hamurabi. disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum
Dan tahun 1668 berdiri Lloyd Islam, bahkan telah tertuang dalam
of London sebagai cikal konstitusi pertama di dunia (konstitusi
bakal asuransi konvensional Madina) yang dibuat langsung Rasulullah
3 Sumber Bersumber dari pikiran Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber
hukum manusia dan kebudayaan. hukum dalam syariah Islam adalah Al
Berdasarkan hukum positif, Qu’ran, Sunnah atau kebiasaan rasul,
hukum alami, dan contoh ijma’, fatwa Sahabat, qiyas, istishan, urf
sebelumnya tradisi, dan marshalih mursalah
4 “Maghrib” Tidak selaras dengan Bersih dari praktek maisir, gharar, dan
(Maisir, Syariah Islam karena riba
gharar, adanya maisir, gharar, riba
riba)
5 Dewan Tidak ada. sehingga Ada, berfungsi mengawasi
Penga banyak prakteknya yang pelaksanaan operasional sehingga
was bertentangan dengan terbebas dari praktek yang
Syariah kaidah syara’ bertentangan dengan syara’
(DPS)
6 Akad Akad jual beli Akad takaful, tabarru’, dan akad ijarah

7 Jaminan/ Transfer of risk (transfer Sharing of risk (saling menanggung


risk resiko dari tertanggung antara satu peserta dengan peserta
(resiko) kepada penanggung) lainnya (ta’awun))

8 Penge- Tidak ada pemisahan dana Pada produk saving (life) terjadi
lolaan yang berakibat terjadinya pemisahan dana, yaitu dana tabarru’,
dana dana hangus (untuk produk derma, dan dana peserta, sehingga
saving life) tidak mengenal istilah dana hangus.
Sedangkan untuk term insurance (life)
dan general insurance semuanya
bersifat tabarru’
9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dapat melakukan investasi sesuai
batas ketentuan perundang- perundang-undangan sepanjang tidak
undangan dan tidak terbatasi pada bertentangan dengan prinsip syariah,
halal dan haramnya objek atau bebas dari riba, dan tempat-tempat
sistem investasi yang digunakan investasi yang terlarang

10 Kepemilika Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul dari peserta dalam
n dana peserta seluruhnya menjadi milik bentuk iuran atau kontribusi merupakan
perusahaan. Perusahaan bebas milik peserta. Asuransi syariah hanya
menggunakan dan sebagai pemegang amanah dalam
menginvestasikan kemana saja mengelola dana tersebut

11 Unsur Unsur premi terdiri dari tabel Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur
premi mortalita, bunga, dan biaya tabarru’ dan tabungan (yang tidak
asuransi mengandung unsur riba). Tabarru’ juga
dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa
perhitungan bunga teknik

12 Loading Loading cukup besar dapat Loading sebagian asuransi syariah tidak
(komisi menyerap premi tahun pertama dan dibebankan pada peserta tapi dari dana
Agen) kedua. Karena itu, nilai tunai tahun pemegang saham. Namun sebagian
pertama dan kedua biasanya belum lainnya mengembalikan 20-30% dari
ada (hangus) premi tahun pertama. Dengan demikian
nilai premi tahun pertama sudah
terbentuk
13 Sumber Dari rekening perusahaan, sebagai Dari rekening tabarru’, yaitu peserta
pemba- konsekuensi penanggung terhadap saling menanggung. Jika salah satu
yaran klaim tertanggung. Bisnis semata peserta mendapat musibah maka
peserta lainnya ikut menanggung
bersama resiko

14 Sistem Akuntansi accrual basis, yaitu proses Akuntansi cash basis, yaitu mengakui
akuntansi akuntansi yang mengakui terjadinya apa yang benar-benar telah ada.
peristiwa/keadaan non kas. Dan Sedangkan accrual basis dianggap
mengakui pendapatan, peningkatan bertentangan dengan syariah karena
aset, expenses, liabilities dalam mengakui adanya pendapatan, harta,
jumlah tertentu yang baru akan beban, atau utang yang akan terjadi di
diterima dalam waktu yang akan kemudian hari
datang

15 Keun- Diperoleh dari surplus underwriting, Diperoleh dari surplus underwriting,


tungan komisi reasuransi, dan hasil investasi komisi reasuransi, dan hasil investasi,
(profit) seluruhnya adalah keuntungan bukan seluruhnya milik perusahaan
perusahaan namun dilakukan dengan bagi hasil
dengan peserta

16 Misi Secara garis besar mempunyai misi Misi aqidah, ibadah (ta’awun), ekonomi,
ekonomi dan sosial dan pemberdayaan umat (sosial)
LANDASAN HUKUM
ASURANSI SYARIAH
LANDASAN HUKUM

LANDASAN HUKUM SYARIAH LANDASAN HUKUM POSITIF

AL QUR’AN KONSTITUSI

HADITS UNDANG-UNDANG

QIYAS PERATURAN PEMERINTAH

IJMA ULAMA PERATURAN MENTERI


LANDASAN HUKUM SYARIAH
Landasan Hukum Asuransi Syariah (1)

1. Al Quran:
 Mempersiapkan masa depan: Al Hasyr:18 dan Yusuf:47-49
 Saling menolong dan bekerja sama: Al Maidah:2 dan Al
Baqarah:185
 Saling melindungi dalam keadaan susah: Al Quraisy:4 dan Al
Baqarah:126
 Bertawakal dan optimis berusaha: Al Taghaabun:11 dan
Luqman:34
 Penghargaan Allah terhadap perbuatan mulia yang dilakukan
manusia: Al Baqarah 261
Landasan Hukum Asuransi Syariah (2)
2. Sunnah Nabi Muhammad SAW
 Hadits tentang aqilah (prinsip saling menanggung)
 Hadits tentang menghilangkan kesulitan seseorang
 Hadits tentang anjuran meninggalkan ahli waris
yang kaya (dengan cara mempersiapkan sejak
dini)
 Hadits tentang mengurus anak yatim
 Hadits tentang menghindari resiko (harus selalu
bersikap waspada terlebih dahulu sebelum pada
akhirnya bersikap tawakal)
 Hadits tentang Piagam Madina (keharusan
membayar tebusan tawanan dan uang darah
pada aqilah)
Hadis-hadis Nabi Shallahu’alaihi wasallam
tentang prinsip bermu’amalah
HR, Muslim dan Abu Hurairah :

“ Barang siapa melepaskan dari seseorang muslim suatu kesulitan di


dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong
saudaranya ”.

HR. Muslim dan Mu’man bin Basyir :

“ Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi


dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian
menderita sakit maka bagian akan turut menderita ”.

HR. Muslim dari Abu Musa al – Asy’ari :

“ Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan,


satu bagian menguatkan bagian yang lain ”.
Landasan Hukum Asuransi Syariah (3)
3. Ijtihad
 Fatwa Sahabat: pada masa Khalifah Umar bin Khattab
dikenal adanya pembayaran diwan untuk
pembayaran hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan
(tidak sengaja) yang dilakukan oleh salah seorang
diantara mereka
 Ijma: ijma tentang ittifaq (kesepakatan) dalam hal
aqilah yang dilakukan Khalifah Umar tidak
dipertentangkan oleh Sahabat lain. Dengan tidak
dipertentangkan maka dianggap telah terjadi ijma
 Qiyas: kesiapan pembayaran kontribusi keuangan
dalam aqilah sama prinsipnya dengan asuransi syariah
 Istihsan: kebiasaan aqilah pada suku Arab kuno
bertentangan dengan hukum namun dilakukan untuk
mencapai keadilan dan kepentingan sosial, yaitu
menghindari balas dendam berdarah yang
berkelanjutan
Pendapat Ulama tentang
Asuransi
 Pendapat yang mengharamkan:
 Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang di dalam
Islam
 Asuransi mengandung unsur ketidakpastian
 Asuransi mengandung unsur riba
 Asuransi termasuk jual beli atau tukar-menukar mata uang tidak
secara tunai
 Asuransi objek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya
seseorang (mendahului takdir Allah)
 Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan
Pendapat Ulama tentang Asuransi
(2)
 Pendapat yang membolehkan:
 Tidak terdapat nash Al Quran atau Hadits yang melarang
asuransi
 Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara
kedua belah pihak
 Asuransi menguntungkan kedua belah pihak
 Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
 Asuransi termasuk akad mudharabah antara pemegang polis
dengan perusahaan asuransi
 Asuransi termasuk syirkah at-ta’awuniyah (usaha bersama yang
didasarkan pada prinsip tolong-menolong
Pendapat Ulama tentang Asuransi
(3)
 Dari kontroversi tersebut dilakukan alternatif, yaitu dengan
membentuk asuransi berdasarkan prinsip syariah, yaitu
asuransi takaful
 Indonesia telah melakukan asuransi takaful sejak tahun 1994
Fatwa DSN-MUI tentang Asuransi

1. Fatwa No 21 tentang Pedoman Umum


Asuransi Syari’ah
2. Fatwa No 39 tentang Asuransi Haji
3. Fatwa No 51 tentang Mudharabah
Musyarakah pada Asuransi Syari’ah
4. Fatwa No 52 tentang Akad Wakalah bil-
Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi
Syari’ah
5. Fatwa No 53 tentang Akad Tabarru’
pada Asuransi dan Reasuransi Syari’ah.
LANDASAN HUKUM POSITIF
Peraturan Perundang-undangan Asuransi
Undang undang No. 40 Tahun 2014 sebagai pengganti UU No.2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perasuransian, sebagaimana telah dirubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1992
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 421/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan
Bagi Direksi dan Komisaris Perusahaan Perasuransian;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003 tanggal 30
September 2003 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi.
Keputusan Menteri Keuangan Tahun 2003
yang berkenaan dengan penyelenggaraan usaha
asuransi dengan prinsip syariah
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 422/KMK.06/2003
tanggal 30 September 2003 tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 424/KMK.06/2003


tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi;

 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 426/KMK.06/2003


tanggal 30 September 2003 tentang Perizinan Usaha
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Peraturan Baru
 Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2008:
 Penyesuaian Permodalan
 Istilah Unit Syariah

 Peraturan Menteri Keuangan No. 124 Tahun 2008:


 Asuransi Kredit dan Suretyship untuk usaha asuransi umum syariah
dilarang, dan akan diatur tersendiri

 Peraturan Menteri Keuangan No. 158 Tahun 2008:


 Penilaian surat utang negara;
 Dana jaminan (minimum jumlah, perluasan jenis dan penempatan di
Kustodian)
 Peraturan Ketua Bapepam LK No.Per-02/BL/2009 Tahun 2009:
 Pemisahan pencatatan kelompok akun Dana Tabarru’, Investasi Peserta
dan Dana Perusahaan;
 Perhitungan Solvabilitas Dana Tabarru’
PELAKSANAAN
ASURANSI SYARIAH
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH

Pertama : Ketentuan Umum


1. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.
2. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk
tujuan komersial.
4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan
tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan
komersial.
5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan
sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh
perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH

Kedua: Akad dalam Asuransi

1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri


atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'.
2. Akad tijarah adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah
hibah.
3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
a. hak & kewajiban peserta dan perusahaan;
b. cara dan waktu pembayaran premi;
c. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan

Ketiga: Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru’

1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai


mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis);
2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola
dana hibah.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH

Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’

1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad


tabarru' bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela
melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban
pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
2. Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah menjadi jenis
akad tijarah.

Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya

1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas


asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut
adalah mudharabah dan hibah.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
Keenam : Premi

1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad
tabarru'.
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa
dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak
memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan
dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan.

Ketujuh : Klaim

1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal


perjanjian.
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
4. Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan
kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH

Kedelapan : Investasi

1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan


investasi dari dana yang terkumpul.
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.

Kesembilan : Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada
perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syari'ah.

Kesepuluh : Pengelolaan

1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh


suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari
pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah
(mudharabah).
3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari
pengelolaan dana akad tabarru’ (hibah).
Prinsip Operasional Asuransi Syariah

1. Menghindari gharar:
• Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis, yaitu dengan
akad takaful. Dalam asuransi konvensional menjadi gharar karena
sudah tahu berapa yang akan diterima tapi tidak tahu berapa yang
akan dibayarkan (premi)
• Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerima
uang klaim itu sendiri. Pembayaran pada takaful dibagi menjadi
dua, masuk ke rekening pemegang polis dan rekening khusus
peserta yang diniatkan dengan tabarru’
Prinsip Operasional Asuransi Syariah (2)
2. Menghindari maisir (gambling)
Jika peserta tidak mengalami musibah maka ia tetap berhak
mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang
dimasukkan ke dalam dana tabarru’

3. Menghindari unsur riba


dana premi yang terkumpul diinvestasikan dengan prinsip
bagi hasil, terutama mudharabah dan musyarakah
JENIS TAKAFUL

1. Takaful keluarga
• Dapat disebut dengan sistem pengelolaan
dana dengan unsur tabungan
• Premi takaful akan dimasukkan ke dalam
rekening tabungan dan rekening
khusus/tabarru’
• Hasil keuntungan akan dibagi menjadi
keuntungan perusahaan serta masuk ke
rekening tabungan dan rekening takaful
• Keuntungan perusahaan akan digunakan
untuk membiayai operasional perusahaan
Jenis Takaful (1)

Keuntungan perusahaan

Biaya operasional

Hubungan Hasil
muamalah Investasi
investasi

Rekening Rekening Rekening


tabungan Bayar kpd peserta
tabungan tabungan
Premi Total
takaful dana

Rekening Rekening Rekening


khusus Bayar kpd peserta
khusus takaful
JENIS TAKAFUL
2. Takaful umum
• Premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam
rekening khusus, yaitu rekening yang diniatkan untuk
tabarru’/derma dan digunakan untuk membayar klaim
kepada peserta apabila terjadi musibah atas harta benda
atau peserta itu sendiri
• Premi peserta akan dikumpulkan dalam kumpulan dana
peserta kemudian diinvestasikan ke dalam pembiayaan.
• Keuntungan investasi dimasukkan ke dalam kumpulan dana
peserta kemudian dikurangi beban asuransi (klaim, premi
asuransi). Jika ada kelebihan sisa akan dibagikan menurut
prinsip mudharabah.
• Bagian keuntungan milik peserta akan dikembalikan kepada
peserta yang tidak mengalami musibah sesuai dengan
penyertaannya. Bagian keuntungan perusahaan akan
digunakan untuk membiayai operasional perusahaan
Jenis Takaful (2)
Keuntungan
perusahaan

Biaya
operasional

Hubung
Hasil
an Investasi
investasi
mudhara
bah

Bagian
perusahaan

Premi Total Total Beban Surplus


takaful dana dana asuransi operasi

Begian
peserta

Anda mungkin juga menyukai