Anda di halaman 1dari 10

Nama : Friska Natalia Samosir

Nim : 1193311141

Kelas : PGSD J Ekstensi 2019

Mata Kuliah : PKN

Resume Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar

A. Model Pembelajaran Berbasis Web (e-learning) Dalam Pembelajaran PKN SD

Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran
elektronik (e-learning). e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran
berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan kelas digital. Materi-materi
dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media
internet, tape vidio atau audio, penyiaran melalui satelit televisi interaktif serta CD ROM.
Definisi ini juga menyatakan bahwa definisi dari e-learning itu bisa bervariasi tergantung dari
penyelenggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk
juga apa tujuan penggunaannya. Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan
bahwa e-learning pada dasarnya adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi, pendidikan dan
pelatihan secara elektronik.

E-learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Interactivity (interaktivitas) : tersedia jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara
langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger, tidak langsung (asynchronous),
seperti forum, mailing list, atau buku tamu.

2. Independency (kemandirian) : flexibilitas dalam aspek penyediaan waktu,

tempat, pengajaran, dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi lebih
terpusat terhadap siswa (student-centered learning).
3. Accessibility (aksesibilitas) : Sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah di akses
melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada
pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Web

1. Interaksi

Interaksi berarti kapasitas komunikasi dengan orang lain yang tertarik pada topik yang sama
atau menggunakan pembelajaran berbasis web yang sama. Dalam lingkungan belajar,
interaksi berarti kapasistas berbicara baik antar peserta, maupun antara peserta dengan
instruktur. Interaksi membedakan antara pembelajaran berbasis web dengan pembelajaran
berbasis komputer (Computer-Based Instruction).

2. Ketergunaan

Ketergantungan yang dimaksud disini adalah bagaimana siswa mudah menggunakan web.
Terdapat dua element penting dalam prinsip ketergunaan ini, yaitu konsistensi dan
keserhanaan.

3. Relevansi

Relevansi diperoleh melalui ketepatan dan kemudahan. Setiap informasi dalam web
hendaknya dibuat sangat spesifik untuk meningkatkan pemahaman pebelajar dan
menghindari bias. Menempatkan konten yang relevan dalam konteks yang tepat pada waktu
yang tepat adalah bentuk seni tersendiri dan sedikit mengembangkan e-learning yang berhasil
melalukan kombinasi ini.

B. Model Pembelajaran Social Inquiry Dalam Pembelajaran PKN SD


Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered approach). Ciri utama yang dimiliki
oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan (menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) serta
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya,
2009: 196-197).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran inkuiri adalah
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.

Jenis Model / Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sund dan Trowbridge dalam E. Mulyasa (2007:109) ada tiga macam model atau
pendekatan pembelajaran inkuiri yaitu :

1) Inkuiri terpimpin (guide inquiry)

Inkuiri terpimpin merupakan pendekatan inkuiri yang menggunakan pedoman berupa


pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk membimbing siswa. Jadi tugas guru dalam
pendekatan ini adalah membimbing dan mengarahkan siswa secara luas serta menyusun
perencanaan pembelajaran. Pemberian bimbingan oleh guru disesuaikan dengan tingkat
perkembangan pengalaman siswa. Pendekatan ini digunakan terutama bagi siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
2) Inkuiri bebas (free inquiry)

Inkuiri bebas merupakan pendekatan yang inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan penelitian sendiri seperti seorang ilmuwan. Pendekatan ini mengharuskan
siswa untuk dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai macam persoalan yang
hendak diselidiki secara berkelompok.

3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)

Inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan pendekatan inkuiri dimana guru memberikan
permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

Peranan Guru dalam Penarapan Model Pembelajaran Inkuiri Karakteristik dari Model
pembelajaran Inkuiri :

1) Menekankan kepada proses mencari dan menemukan.

2) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian.

3) Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar.

4) Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan.
Untuk menciptakan karakteristik seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru
tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi,
sekalipun hal ini sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri
adalah sebagai berikut.

1) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.

2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir
siswa.

3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.

4) Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

C. Model Pembelajaran Service Learning Dalam Pembelajaran Pkn

Service learning merupakan suatu kegiatan melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jenis service learning yang dibahas lebih lanjut dalam kajian ini yaitu service learning yang
disederhanakan, sehingga dapat diterapkan dengan mudah dalam kegiatan pembelajaran.
Penyederhanaan dilakukan dalam lingkup masyarakat yang menjadi target service learning
dan pada tahap-tahap service learning itu sendiri. Untuk dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran, pertama, masyarakat yang dijadikan target audience untuk melakukan kegiatan
melayani ada beberapa pilihan, yaitu: keluarga, tetangga dekat, teman-teman peserta didik
yang tidak satu kelas, teman- teman dalam sa tu perkumpulan tertentu. Penekanan pada
service learning yang disederhanakan adalah melakukan kegiatan melayani orang yang
terdekat dengan peserta didik itu sendiri, misalnya keluarga peserta didik. Jika keluarga jauh,
peserta didik dapat memilih di antara yang disebutkan di atas.
Dalam mempraktekkan entertaining event and your feeling with what you do to others,
peserta didik dapat melakukan tugas service learning

dengan cara mempraktekkannya untuk salah satu anggota keluarga, atau teman kampus tetapi
yang tidak satu kelas. Hal ini juga dimaksudkan untuk membiasakan peserta didik agar tidak
hanya melayani yang di luar rumah, sementara yang di dalam rumah tidak dipedulikan.
Selanjutnya, hal kedua yang disederhanakan adalah pada tahaptahap service learning itu
sendiri. Pada tahap persiapan, peserta didik tidak diminta untuk membuat rencana sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Sebagai gantinya pendidik memberikan tugas kepada peserta
didik sesuai dengan materi dan nilai-nilai yang diajarkan . Dari tugas ini peserta didik
mendiskusikan dalam kelompok, kemudian membuat rencana yang berisi: 1) Langkah-
langkah bagaimana materi dan nilai-nilai dalam materi tersebut dapat digunakan untuk
memberikan pelayanan kepada orang lain, dan 2) Siapa yang akan menjadi target audience
serta alasan pemilihan audience. Untuk melakukan kegiatan melayani, tugas dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu: membantu orang lain secara fisik, menghibur orang lain, atau
hal-hal lain terkait dengan materi dan nilai-nilai yang dipelajari di dalam kelas. Tugas dibuat
sedemikian rupa, sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghadapi
audience sendiri agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

Di samping itu, ada juga yang memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan
pekerjaan melayani secara bersamasama untuk menanamkan bahwa kerja sama akan
menghasilkan lebih banyak hasil daripada kerja sendiri. Peserta didik yang memiliki talenta
sama bisa membuat rencana service learning untuk dipraktekkan di masyarakat secara
bersamasama, misalnya di dalam kelas terdapat empat pe serta didik dengan talenta
menggambar. Keempat peserta didik ini dapat menghibur orangorang yang kurang bisa
menggambar dengan memberikan pelatihan informal selama empat hari, masing-masing
peserta didik melatih satu jam dalam sehari. Di samping dalam bentuk-bentuk kegiatan di
atas, melayani dapat juga berupa memberi nilai tambah. Pertama nilai tambah dapat
dilakukan dengan kegiatan sharing pengetahuan misalnya setelah peserta didik mendapatkan
input dari pendidik berupa bahan bacaan tentang positive
thinking, mereka dapat membagikan input tersebut pada masyarakat , terutama kepada
mereka yang selalu mengeluarkan kata-kata negatif. Kedua, nilai tambah dapat juga
dilakukan dengan mendiskusikan sebuah topik yang sudah dipelajari di kelas bersama warga
masyarakat, misalnya topik tentang positive thinking yang disebutkan di atas.

Dengan sharing dan diskusi, masyarakat menjadi tahu tentang nilai-nilai positive thinking
yang dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, jika mereka benar-benar mau
menerapkan. Dengan demikian, dalam service learning yang disederhanakan ini, pendidik
tetap mengajar seperti biasanya, yaitu memberikan input dengan menjelaskan materi yang
diajarkan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, memberi contoh penerapan nilai- nilai
dalam kehidupan nyata, serta simulasi di dalam kelas. Pada akhir pertemuan, pendidik
memberikan tugas kepada peserta didik berupa kegiatan melayani sebagaimana dijelaskan di
atas. Pada tahap pelaksanaan kegiatan melayani, peserta didik benar-benar melakukan tugas
yang diberikan oleh pendidik dalam bentuk melayani orang lain sesuai dengan rencana yang
sudah didiskusikan dalam kelompok. Dalam melaksanakan kegiatan ini, peserta didik
membuat catatan tentang bagaimana tanggapan orang yang menjadi target audience terhadap
materi dan nilai-nilai yang dijadikan dasar untuk melakukan kegiatan melayani. Tanggapan
dari target audience bisa positif (misalnya senang karena tadinya tidak tahu bagaimana
menggambar binatang yang mudah sekarang menjadi tahu), bisa juga negatif (tidak mau
menerima konsep positive thinking karena sudah terbiasa dengan cara berpikir negatif).

Peserta didik juga mencatat bagaimana perasaan dia sendiri setelah melakukan kegiatan
melayani. Berikan mengapa timbul alasan tersebut. Sebagai catatan, karena tugas melayani
harus dilakukan untuk orang lain yang tidak ada di dalam kelas, maka kegiatan melayani
dilakukan di luar jam pelajaran. Setelah tugas melayani selesai dilaksanakan, peserta didik
diminta untuk membuat catatan yang dapat digunakan sebagai sarana melakukan

refleksi. Meskipun demikian, jika diinginkan, kegiatan refleksi dapat dilakukan secara
tersendiri setelah diskusi selesai dilakukan. Dengan demikian, dari uraian di atas dapat
dirangkum sebagai berikut: 1) Dalam kegiatan pembelajaran, penanaman jiwa melayani
terjadi pada saat pendidik menjelaskan materi dan juga nilai-nilai yang ada pada materi
tersebut , pemberian contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari (misalnya menerapkan
cara berpikir positif) serta simulasi, 2) Praktik melayani, terjadi ketika peserta didik
melakukan tugas kegiatan melayani untuk orang yang sudah direncanakan sebelumnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi service learning
merupakan pembelajaran yang nyata, karena ada kegiatan belajar dan bertindak. Dengan
demikian, konsep pembelajaran yang pada umumnya terjadi di dalam kelas, diperluas
cakupannya menjadi pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas
dalam konteks service learning, bukan sekedar mengacu pada tempat belajarnya yang
dilakukan di tempat berbeda supaya tidak jenuh atau supaya lebih menarik, namun ada
filosofi di balik pembelajaran di luar kelas yang harus dipahami terlebih dahulu. Filosofi
belajar di luar, lebih kepada melakukan kegiatan melayani orang lain pada masyarakat
dengan menggunakan materi atau nilai-nilai yang ada pada materi yang dipelajari di dalam
kelas. Dengan filosofi ini, peserta didik tidak hanya memahami materi dan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, tetapi peserta didik juga berlatih untuk mengaplikasikan materi
tersebut dalam kehidupan nyata untuk membantu orang lain. Dengan demikian, ketika
membicarakan kegiatan pembelajaran, maka sekecil apapun harus ada upaya untuk
bagaimana materi yang diajarkan di dalam kelas dapat membuat peserta didik mampu
menerapkannya untuk memberikan nilai tambah pada orang lain

D. Model Pembelajaran Portopolio/Projec Citizen Dalam Pembelajaran Pkn

Model ini pertama kali digunakan di California pada tahun 1992 dan kemudian
dikembangkan menjadi satu program nasional oleh Center For Civic Educatioan (CCE) dan
Konferensi Nasional Badan Pembuat Undang- Undang Negara pada tahun 1995. Menurut
Budimansyah (2009 : 1) Project Citizen adalah satu intructioanal treatment yang berbasis
masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan watak kewarganegaraan
demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan
masyarakat sipil (civil society).

Program tersebut mendorong para siswa untuk terlibat secara aktif denganorganisasi-
organisai pemerintah dan masyarakat sipil untuk memecahkan satu persoalan di sekolah atau
di masyarakat dan untuk mengasah kecerdasan sosial dan intelektual yang penting bagi
kewarganegaraan demokratis yang bertanggung jawab. Jadi tujuan Project Citizen adalah
memotifasi dan memberdayakan para siswa dalam menggunakan hak dan tanggung jawab
kewarganegaraan yang demokratis melalui penelitian yang intensif mengenai masalah
kebijakan publik di sekolah atau di masyarakat tempat mereka berinteraksi.

Bahan-bahan pelajarannya pun disusun untuk membantu para siswa belajar mengawasi dan
mempengaruhi kebijakan publik, meningkatkan kecakapan yang diperlukan untuk menjadi
warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta memiliki rasa percaya diri dalam
menggunakan hak dan tanggug jawabnya sebagai warga negara. Project
Citizenmemberikan kesempatan pada para siswa untuk ambil bagian dalam pemerintah dan
masyarakat sipil sambil mempraktikkan berfikir kritis, dialog, debat, negosiasi, kerja sama,
kesantunan, toleransi, membuat keputusan, dan aksi warga negara (civicaction) yakni
melaksanakan kewajibannya sebgai warga negara untuk kepentingan bersama
(Budimansyah, 2009: 2)

Dasar Pemikiran dan Tujuan ProjectCitizen

Dasar pemikiran ProjectCitizenterletak pada satu kerangka yang terdiri

atas lima bagian tentang gagasan pendidikan dan politik.

1. Demokrasi memerlukan pemerintahan sendiri dan karenanya memerlukan keterlibatan


aktif dan berpengetahuan warga negara dalam kehidupan berwarga negara (Branson,1999:2-
3).

2. Para siswa harus belajar bagaimana menjadi terlibat dalam kehidupan berwarga
negara dengan terlibat di dalamnya, yaitu dengan menyandang kewarganegaraan yang
bertanggung jawab dan efektif (Branson,1999:8-11).

3. Karena para siswa tersebut menggali masalah-masalah yang ada di komunitas mereka
sendiri, maka mereka banyak mendapat kesempatan untuk mempertimbangkan tentang hal-
hal yang mendasar dalam inti demokrasi, seperti hal-hal yang meliputi hak individu dan
kepentingan bersama, peraturan yang disepakati kelompok mayoritas dan hak kaum
minoritas, dan kebebasan serta persamaan (Branson,1999:6).
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran projectcitizen

Adapun kelebihan model pembelajaran projectcitizen,antara lain:

1. Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu
ke waktu berdasarkan feed-backdan refleksi diri.

2. Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang mereka
telah kerjakan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam rangka implementasi program
pembelajaran.

3. Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Membantu guru mengklasifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran Adapun


kekurangan projectcitizenanatara lain:

1. Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.

2. Analisis terhadap pembelajaran projectcitizenmasih relatif baru sehingga


masih banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahami.

Anda mungkin juga menyukai