Anda di halaman 1dari 12

Fonologi

Deniks Gery Antou - 20091101024


Tugas
Membuat review dari video pembelajaran :
1.) https://youtu.be/tndcb9vq9Jc : Perubahan Bunyi
bahasa ( Asimilasi, Disimilasi dan Modifikasi vokal )
Bagian 1
2.) https://youtu.be/1vRmjh-Hgos : Perubahan Bunyi
Bahasa ( Netralisasi dan Zeroisasi ) Bagian 2
3.) https://youtu.be/meg9e7-CL9A : Perubahan Bunyi
Bahasa ( Metatesis, Adisi, & Anaptiksis ) Bagian 3
4.) https://youtu.be/-K310Ggt1_0 : Perubahan Bunyi
( Monoftongisasi dan Diftongisasi ) Bagian 4
5.) https://youtu.be/gGfsR2kImlw : Perbedaan Grafem
(Huruf) dan Fonem

Jawaban
1.) Perubahan Bunyi bahasa ( Asimilasi, Disimilasi dan
Modifikasi vokal ) Bagian 1 .
- Dalam Bahasa Indonesia, perubahan bunyi bahasa
dapat dikelompokan menjadi 10 bagian yaitu :
1. Asimilasi
2. Disimilasi
3. Modifikasi vokal
4. Netralisasi
5. Epetensis
6. Metatesi
7. Diftongisasi
8. Monoftongisasi
9. Zeroisasi
10. Anaptiksis
Dan tiga perubahan bunyi yang menjadi pokok
pembahasan.
a. Asimilasi : Merupakan perubahan bunyi yang tidak
sama menjadi sama, atau hampir sama. Misalnya fonem
nasal apiko-palatal /n/ pada kata [tendang] dapat
direalisasikan dengan cara yang berbeda ketika
lingkungannya pun berbeda. Kata tendang terdiri dari 2
silabel yaitu [ten.dang] bunyi /n/ direalisasikan sebagai
bunyi nasal apiko-palatal, ketika /n/ berada dilingkungan
yang berbeda maka bunyi itu akan berubah.
b. Desimilasi : Perubahan bunyi desimilasi kebalikan dari
asimilasi. Desimilasi adalah dua bunyi yang sama menjadi
berbeda atau tidak sama.
c. Modifikasi Vocal : Terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
- Umlaud : Perubahan bunyi vokal yang direalisasikan
dengan cara mengubah vokal yang lebih menjadi vokal
lebih tinggi.
- Aplaud : Merupakan perubahan bunyi vokal sebagai
pemarkah fungsi-fungsi gramatikal. Misalnya sebagai
penanda jamak atau aspek waktu.
- Harmoni Vokal : Merupakan perubahan bunyi vokal
akibat pengaruh bunyi vokal yang lain.

2.) Perubahan Bunyi Bahasa ( Netralisasi dan Zeroisasi )


Bagian 2 .
a. Netralisasi.
Netralisa merupakan perubahan bunyi yang terjadi
akibat pengaruh lingkungan. Contoh : Kata ABAD yang
cara pelafalan tidak diucapkan sebagai huruf [b], tetapi
diucapkan seperti bunyi [p]. Netralisasi terjadi
sebagaimana yang terlihat pada kata tersebut, fonem /b/
berubah menjadi fonem /p/ ketika berada pada akhir
kata atau bersatu sebagai koda pada silabe. Baik fonem
/b/ maupun /p/, keduanya merupakan konsonan
hambat bilabial. Bedanya, yang satu bersuara dan yang
satu tak bersuara.
b. Zeroisasi
Zeroisasi merupakan penanggalan atau penghilangan
sebuah bunyi atau beberapa bunyi dalam kata dengan
tujuan untuk mempersingkat pengucapan. Zeroisasi
terbagi atas 3 jenis :
1. Ateresis : Penanggalan bunyi yang terdapat pada awal
kata. Contoh kata : tetapi - tapi. Konsonan apiko-dental
[t] dan fonem vokal tengah /e/ dihilangkan, silabel
pertama pada kata tapi. Dan itu mempersingkat cara
pengucapan.
2. Sinkop : Penanggalan sebuah fonem atau beberapa
fonem yang terdapat pada tengah kata. Contoh kata :
Sahaya dari bahasa sansekerta yang diadopsi dalam
bahasa Indonesia disingkat menjadi saya. Bunyi glotal -
frikatif /h/ dan vokal /a/ dihilangkan kemudian menjadi
Saya.
3. Apokop : Penanggalan bunyi yang terdapat di akhir
kata. Contoh kata : IMPORT dalam bahasa inggris,
menjadi IMPOR dalam bahasa Indonesia dan kata
EXPORT dalam bahasa inggris menjadi EKSPOR dalam
bahasa Indonesia. Bunyi apiko-dental [t] pada kedua
kata tersebut dihilangkan jika diadaptasi dalam bahasa
Indonesia.

3.) Perubahan Bunyi Bahasa ( Metatesis, Adisi, dan


Anaptiksis ) Bagian 3
a. Metatesis : Merupakan perubahan bunyi bahasa yang
direalisasikan dengan cara mengubah atau menukar
posisi fonem-fonem tertentu didalam sebuah kata.
Misalnya kata Kelikir dan kerikil, kata lebat dan tebal,
dan kata apus, usap, dan sapu.
b. Adisi : Merupakan perubahan bunyi bahasa yang
dilakukan dengan cara menambahkan fonem-fonem
tertentu kedalam sebuah kata. Adisi dapat dibagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Protesis : merupakan penambahan bunyi yang
terdapat pada awal kata.
2. Epetensis : Merupakan penambahan bunyi yang
terdapat pada tengah kata.
3. Paralog : Merupakan penambahan bunyi yang
terdapat pada akhir kata.
c. Anaptiksis : merupakan penambahan bunyi pada
sebuah kata tetapi bedanya dengan adisi, anaptiksis
adalah kata yang sudah terdapat dalam bahasa Indonesia
dan mendapatkan fonem-fonem tertentu untuk
memperjelas serta memperlancar, mempertegas cara
pengucapannya. Contohnya kata : /pu.tra/ kemudian
mendapat fonem /∂/ ditengah-tengahnya menjadi
/pu.te.ra/ begitu juga dengan /pu.tri/ menjadi
/pu.te.ri/.
4.) Perubahan Bunyi ( Monoftongisasi dan Diftongisasi )
Bagian 4
- Proses fonasi bahasa atau proses terjadinya bunyi
bahasa dengan cara memompa udara yang ada di paru-
paru menuju batang tenggorokan dan pangkal tenggorok
yang terdapat pita suara, kemudian dikeluarkan melalui
rongga hidung, rongga mulut atau keduanya. Dan ketika
udara keluar dari rongga mulut atau rongga hidung kita
terhambat oleh adanya pergerakan-pergerakan tertentu
yang menghambat alat ucap kita maka terciptalah bunyi
konsonan atau bunyi kontoid. Ketika udara keluar dari
rongga hidung atau mulut dan tidak mendapat hambatan
dari titik - titik artikulasi tersebut maka terjadilah bunyi
vokal, bunyi vokal disebut juga bunyi monoftong.
Bunyi diftong disebut juga bunyi gugus vokal atau vokal
rangkap bunyi. Vokal rangkap terjadi jika awal bunyi dan
ketika akhir bunyi, posis lidah itu berbeda. Berbeda
ketika mengucapkan bunyi vokal atau monoftong
contoh : a,i,u,e,o dan ∂ posisi lidah tidak bergerak. Lain
hal dengan bunyi diftong, posisi lidah saat bunyi akan
dihasilkan, dan posisi lidah setelah bunyi dihasilkan akan
berubah misalnya : ai, ei, au, dan oi.
Contoh :
- Harimau, gugus terakhir ada kata mau berdiri dari
onset m dan nukleus au.
-Bakau pada silabel- silabel terakhir ada kata au yang
terdiri dari onset K dan diftong au
- Sungai pada silabel terakhir ada silabel ngai yang terdiri
dari onset ng dan diftong ai.
Ketika mendapat proses monoftongisasi bunyi-bunyi
diftong akan berubah menjadi bunyi monoftong atau
bunyi yang dihasilkan dengan tidak adanya pergerakan
lidah.
Contoh :
* Harimau - harumo = bunyi au berubah menjadi bunyi o
* Sungai-sungae = diftong ai berubah menjadi
monoftong atau vokal e.
Itu yang disebut perubahan bunyi monoftongisasi atau
diftong yang diubah menjadi monoftong, diftong diubah
menjadi vokal atau gugus vokal/vokal rangkap menjadi
vokal saja, itu yang disebut monoftongisasi. Diftongisasi
atau bunyi vokal atau bunyi yang diubah menjadi bunyi
diftong.
Contoh :
* Sodara - Saudara = nukles o diubah menjadi diftong au
* Gule - gulau = silabel terakhir e diubah menjadi diftong
ai
* Pete - Petai = silabel terakhir e, monoftong e di
diftongisasi menjadi diftong ai.

5.) Perbedaan Grafem (Huruf) dan Fonem


- Linguistik merupakan salah satu cabang ilmu yang
menjadikan bahasa sebagai bahasa kajian, yang
didalamnya terdapat ilmu yang mempelajari bahasa dari
unsur terkecil hingga yang terbesar.
° Fonem merupakan satuan bunyi terkecil unit bahasa
yang memiliki makna atau dapat membedakan makna.
Setiap fonem memiliki lambangnya masing-masing.
° Grafem merupakan sistem aksara/huruf yang dibentuk
berdasarkan ejaan. Yang membedakan grafem dan
fonem ialah jumlah grafem dan fonem itu sendiri. Jumlah
fonem dalam suatu bahasa lebih banyak dari jumlah
grafem itu sendiri karena, jumlah fonem mengikuti bunyi
bahasa sedangkan jumlah grafem mengikuti ejaan itu
tersebut.
Jumlah fonem dalam suatu bahasa tidak dapat dipastikan
karena itu dinamis, fonem dapat bertambah bahkan
sebaliknya dapat berkurang seiring dengan perubahan
bahasa itu sendiri. Sementara grafem khususnya dalam
bahasa Indonesia terdiri 5 buah vokal dan 21 konsonan,
artinya bahasa Indonesia mempunyai 26 grafem atau 26
huruf.
Cara Penulisannya :
- Fonem ditulis dengan di apit dua garis miring //
- Grafem ditulis dengan tanda kurung sudut []
Contoh :
/ru.mah/
[rumah]

Anda mungkin juga menyukai