Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERUBAHAN BUNYI DALAM BAHASA INDONESIA

DI SUSUN
OLEH:
1. Elis susalawati sudrajat
2. Rismon waemes
3. Indi takimpo
4. Lutfiah Dwi Khairunnisa
5. Wita waemese

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS IQRA BURU
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam premis telah disebutkan bahwa bunyi-bunyi lingual
condong berubahkarena lingkungannya. Dengan demikian, perubahan bunyi
tersebut bisa berdampakpada dua kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak
sampai membedakan makna ataumengubah identitas fonem, maka bunyi-
bunyi tersebut masih merupakan alofon atauvarian bunyi dari fonem yang
sama. Dengan kata lain, perubahan itu masih dalamlingkup perubahan
fonetis. Tetapi, apabila perubahan bunyi itu sudah sampaiberdampak
pada pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-
bunyi tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda.
Dengan kata lain,perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Apa saja perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan Silabel?
C. Tujuan PenulisanAdapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah
ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui silabel1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perubahan Bunyi
dalam Bahasa IndonesiaDalam premis telah disebutkan bahwa
bunyi-bunyi lingual condong berubahkarena lingkungannya. Dengan
demikian, perubahan bunyi tersebut bisa berdampakpada dua
kemungkinan. Apabila perubahan itu tidak sampai membedakan makna
ataumengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi tersebut masih
merupakan alofon atauvarian bunyi dari fonem yang sama. Dengan kata
lain, perubahan itu masih dalamlingkup perubahan fonetis. Tetapi,
apabila perubahan bunyi itu sudah sampaiberdampak pada
pembedaan makna atau mengubah identitas fonem, maka bunyi-bunyi
tersebut merupakan alofon dari fonem yang berbeda. Dengan
kata lain,perubahan itu disebut sebagai perubahan fonemis.Jenis-jenis
perubahan bunyi tersebut berupa asimilasi, disimilasi, modifikasivokal,
netralisasi, zeroisasi, metatesis, diftongisasi, monoftongisasi, dan
anaptiksis,sebagaimana uraian berikut.1. Asimilasi
1. Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua hal bunyi yang tidak
sama menjadibunyi yang sama atau hampir sama. Hal ini terjadi karena
bunyi-bunyi bahasa itudiucapkan secara berurutan sehingga
berpotensi untuk saling mempengaruhi ataudipengaruhi.Dalam
bahasa Indonesia, asimilasi fonetis terjadi pada bunyi nasal pada
katatentang dan tendang. Bunyi nasal pada tentangdiucapkan apiko-
dental karena bunyiyang mengikutinya, yaitu [t], juga apiko-dental.
Bunyi nasal pada tendang diucapkan apiko-alveolar karena bunyi
yang mengikutinya, yaitu [d], juga apiko-alveolar.Perubahan bunyi
nasal tersebut masih dalam lingkup alofon dari fonem yang sama fenomis

2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemi
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemi
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemi
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemi
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemi
2. Disimilasi
Disimilasi adalah perubahan
bunyi dari dua bunyi yang
sama atau mirip
menjadi bunyi yang tidak sama
atau berbeda.
Contoh :
Kata bahasa Indonesia belajar
[b lajar] berasal dari
penggabungan prefix
ǝ
ber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar].
Mestinya, kalau tidak ada
perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua
bunyi [r], maka [r] yang
pertama diperbedakan atauǝ
didisimilasikan menjadi [l]
sehingga menjadi [b lajar].
Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem,
yaitu [r] merupakan alofon
dari fonem /r/ dan [l]
merupakan alofon dari
fonem /l/, maka disebut
disimilasi fonemis
2. Disimilasi

Disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau
mirip
menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.

Contoh :
bahasa Indonesia belajar [be lajar] berasal dari penggabungan prefix ǝber [b r]ǝ
dan bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi berajar
[b rajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan
atauǝ
didisimilasikan menjadi [l] sehingga menjadi [b lajar]. Karena perubahan tersebutǝ
sudah menembus batas fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari fonem /r/ dan
[l]
merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut disimilasi fonemis.

3. Modifikasi vokal

Modifikasi vokal adalah perubahan bunyi vokal sebagai akibat dari pengaruh
bunyi lain yang mengikutinya. Perubahan ini sebenarnya bisa dimasukkan kedalam
peristiwa asimilasi, tetapi karena kasus ini tergolong khas, maka perlu
disendirikan.

4. Netralisasi

Netralisasi adalah perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh


lingkungan. Untk mejelaskann kasus ini bisa dicermati ilustrasi berikut. Dengan
cara
pasangan minimal [bara ] ‘barang’−[parang] ‘para ’ bisa disimpulkan bahwa dalam
bahasa Indonesia ada fonem /b/ dan /p/.Tetapi dalam kondisi tertentu, fungsi
pembeda antara /b/ dan /p/ bisa batal setidak-tidaknya bermasalah karena dijumpai
yang sama. Minsalnya, fonem /b/ pada silaba akhir pada kata adab dan sebab
diucapkan [p’]:[adap] dan [s bab’], yang persis sama dengan pengucapan fonem /p/
pada tǝtap dan usap: [atap’] dan [usap’]. Mengapa terjadi demikian? Karena
konsonan hambatan
letup bersuara [b] tidak mungkin terjadi pada posisi koda. Ketika dinetralisasikan
menjadi hambatan tidak bersuara, yaitu [p’], sama dengan realisasi yang
biasa
terdapat dalam fonem /p/
5. Zeroisasi

Zeroisasi adalah penghilangan bunyi fonemis sebagai akibat upaya


penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Peristiwa ini biasa terjadi
pada

penuturan bahasa-bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia, asal saja


tidak menggangu proses dan tujuan komunikasi. Peristiwa ini terus dikembangkan
karena secara diam-diam telah didukung dan disepakti oleh komunitas penuturnya.
Dalam bahasa Indonesia sering dijumpai pemakaian kata tak atau ndak untuk
tidak, tiada untuk tidak ada, gimana untuk bagaimana, tapi untuk tetapi.
Padahal,penghilangan beberapa fonem tersebut dianggap tidak baku oleh tata
bahasa baku bahasa Indonesia. Tetapi, karena demi kemudahan dan kehematan,
gejala itu terus berlangsung.

Zeroisasi dengan model penyingkatan ini biasa disebut kontraksi.


Apabila diklasifikasikan, zeroisasi ini paling tidak ada tiga jenis, yaitu : aferesis,
apokop, dan sinkop

6. Metatesis

Metatesis adalah perubahan urutan bunyi fonemis pada suatu kata sehingga
menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata
yangmengalami metatesis ini tidak banyak

7. Diftongisasi

Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong) menjadi dua


bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) secara berurutan. Perubahan dari
vocal tunggal ke vokal rangkap ini masih diucapkan dalam satu
puncak kenyaringan sehingga tetap dalam satu silaba.

8. Monoftongisasi
Monoftongisasi yaitu perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong)
menjadi vokal (monoftong) . (Muslich 2012 : 126). Peristiwa penunggalan vokal
ini
banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan
pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong. Monoftongisasi adalah proses
perubahan dua buah vokal atau gugus vocal menjadi sebuah vokal. Poses ini
banyak terjadi dalam bahasa Indonesia akibat dari ingin memudahkan ucapan.
(Chaer 2009 : 104) monoftongisasi adalah proses perubahan bentuk kata yang
berujud sebuah diftong berubah menjadi sebuah monoftong.
Jadi, monoftongisasi adalah proses perubahan dua bunyi vokal menjadi sebuah
vokal.
Contoh:
Ramai menjadi (rame)
Kalao menjadi (kalo)
Danau menjadi (danau)
Satai menjadi (sate)
Damai menjadi (dame)
Sungai menjadi (sunge)

9. Anaptiksis

Anaptiksis atau suara bakti adalah perubahan bunyi dengan jalan


menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk
memperlancar ucapan. Bunyi yang biasa ditambahkan adalah bunyi vokal
lemah. Dalam Bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal lemah ini biasa terdapat
dalam kluster. (Muslich2012 : 126).
Anaptiksis adalah proses penambahan bunyi vokal di antara dua konsoan
dalam sebuah kata; atau penambahan sebuah konsonan pada sebuah kata tertentu.
(Chaer 2009 : 105). Anaptiksis (suara bakti) adalah proses perubahan bentuk kata
yang berujud penambahan satu bunyi antara dua fonem dalam sebuah
kata guna melancarkan ucapan
Jadi, anaptikis adalah perubahan bentuk kata dengan menambahkan bunyi
vocal tertentu di antara dua konsonan.
Contoh:
Putra menjadi putera
Putri menjadi puteri
Bahtra menjadi bahtera
Srigala menjadi serigala
Sloka menjadi seloka
Anaptikis ada tiga yaitu
:Protesis adalah proses penambhan bunyi ada awal kata. Misalnya:
Mas menjadi emas
Mpu menjadi empu
Tik menjadi ketik
Lang menjadi elang
Epentesis adalah proses penambahan bunyi pada tengah kata. Misalnya:
Kapak menjadi kampak
Sajak menjadi sanjak
Upama menjadi umpama
Beteng menjadi benteng
Paragog adalah proses penambahan bunyi pada posisi akhir kata. Misalnya:
Huubala menjadi hulubalang

B. Silabel atau suku kata

Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran.
Satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vokal ,atau satu konsonan atau lebih.
Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan
(sonoritas) yang bisanya jatuh pada sebuah bunyi vokal.kenyaringan dan
sonoritas, yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang (resonansi)
berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga rongga lain di dalam kepala atau
dada Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi itu adalah bunyi
vokal, dan bukan bunyi konsonan kerena itu yang dapat disebut bunyi silabis atau
puncak silabis adalah bunyi vokal. Umpamanya kata Indonesia [dan].kata itu
terjadi dari bunyi [d], bunyi [a],dan bunyi [n].bunyi [d] dan bunyi [n]
adalah bunyi konsonan, sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vocal. Bunyi [a] pada
kata [dan] itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan sebab bunyi vocal
ketika di produksi mempunyai ruang resonansi yang lebih besar. Secara
relatif ketiga bunyi yang
membentuk kata [dan]. Kemungkinan urutan bunyi konsonan-vokal dalam silabel
disebut fonotaktik.
Bunyi konsonan yang berada sebelum vocal (yang menjadi puncak
kenyaringan disebut onset (O) dan konsonan yang hadir sesudah vocal disebut
koda, sedangkan vokalnya sendiri disebut nuklus.sejauh ini urutan vocal (v) dan
konsonan (K) yang ada dalam bahasa indonesia adalah :
1. V, seperti [i] pada kata [i+ni]
2. KV, seperti [la] pada kata [la+ut]
3. VK, seperti [am] pada kata [am+bil]
4. KVK seperti [but] pada kata [se+but]
5. KKV seperti [kla] pada kata [kla+sik]
6. KKVK seperti [trak] pada kata [trak+tor]
7. KVKK seperti [teks] pada kata [kon+teks]
8. KKKV seperti [stra] pada kata [stra+te+gi]
9. KKVKK seperti [pleks] pada kata [kom+pleks]
10. KKKVK seperti [struk] pada kata [struk+tur]
11. VKK seperti [eks] pada kata [eks+por]

Banyak kata yang berasal dari bahasa asing , dan memiliki pola silabel yaitu dua
buah konsonan beruntun, maka di antara kedua konsonan itu diselipkan bunyi [ә].
Misalnya, kata [klas] menjadi [kәlas], kata [praktek] menjadi [pe + rak tek], dan
kata [administrasi] menjadi [ad + mi + nis + te + ra + si]. Dengan penyisipan bunyi
[ә] itu, maka polanya menjadi pola silabel asli bahasa Indonesia
Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang memiliki pola silabel KV dimana V
diisi oleh bunyi [ә], seringkali bunyi [ә] itu ditanggalkan. Kata
[kәlapa] yang silabelnya [kә], [la], dan [pa] sering dilafalkan menjadi [klapa].
Menentukan batas silabel sebuah kata kadang-kadang agak sukar, misalnya
kata [makan]. Silabelnya ialah [ma], [kan], kata [makanan] silabelnya adalah [ma],
[ka], dan [nan]. Bunyi [n] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata
[makanan]. Secara ortografi, menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia silabelnya
adalah [ma +kan + an]. Contoh lain kata [bundar] dan [k prok] secara fonetis
bersilabel [bu + ndar] dan [kә + prok], tetapi secara ortografis bersilabel < bun +
dar > dan < kep + rok>.
Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel
yang beruntunan disebut interlude.
Bunyi diftong sudah diperhitungkan sebagai sebuah bunyi, karena
cirinya lebih dekat kepada vokal, maka harus dianggap sebagai sebuah vokal (V)
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penulisan makalah ini dapat diambil kesimpulan jenis perubahan


bunyi yaitu, meluah, meneympit, perubahan total, penghalusan, dan pengasaran.
Perubahan dalam bunyi bahasa Indonesia berupa asimilasi, disimilasi,
modifikasi vokal, netralisasi, zeroisasi, metatesis, diftongisasi, monoftongisasi,
dan anaptiksis.
DAFTAR ISI
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN……………………………………………………………
A. Latar belakang …………………………………………………………
B. Rumusan masalah ……………………………………………………….
C. Tujuan
BAB ⅠⅠ
PEMBAHASA……………………………………………………………………
A. Pengertian perubahan bunyi …………………………………………

B. Silebel atau suku kata………………………………………………..

BAB ⅠⅠⅠ
PENUTUP…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…………………………………………………………..

B. Saran …………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah. Bahwasanya saya telah
dapat membuat makalah Sejarah sastra Indonesia walaupun tidak sedikit hambatan dan
kesulitan yang saya hadapi, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT
Walaupun demikian, sudah barang tentu makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum
dikatakan sempurna karena keterbatasan kemampuan saya. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak saya harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu
yang akan datang bisa lebih baik lagi. Harapan saya semoga makalah ini berguna bagi siapa saja
yang membacanya. Wabilahi Taufik walhidayah Wasalamualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai