OLEH:
KELOMPOK III
Universitas Hasanuddin
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti
atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Bahasa senantiasa dianalisis
dan dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk mengkajinya antara lain
pendekatan untuk mengkaji bahasa ialah kedekatan makna dan bagaimana bahasa
merupakan satu tataran linguistik. Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang
bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajarai fonem disebut fonologi
atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi.
Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini
disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur
bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.
Tidak ada pedoman khusus untuk mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana
diaturnya sistem tata tulis atau ejan bahasa indonesia (EBI) yang harus dipatuhi setiap
Dalam kenyataannya masih banyak yang belum memahami hakikat dari fonem,
alofon, dan vokal serta diftong dan konsonan. Maka dari itu penulis akan membahas
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN MAKALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah untuk
mengetahui:
PEMBAHASAN
A. FONEM
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf
adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang tergolong pada kelompok fonem ada
dua macam yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem seg mental adalah
fonem yang merupakan bagian-bagian dari urutan tuturan. Misalnya dari tuturan kalimat
“adik makan.” Terdapat bagian-bagian yang merupakan urutan fonem /a/, /d/, /i/, /k/,
/m/, /a/, /k/, /a/, /n/. Fonem-fonem tersebut disebut fonem segmental. Disamping urutan
fonem-fonem segmental dalam tuturan terdapat pula rangkaian bunyi atau fonem yang
lengkap (seperti intonasi) yang dapat menentukan arti dari tuturan itu. Fonem yang
terdiri atas rangkain fonem segmental terdapat pula lagu tuturan atau intonasi, mungkin
Mungkin kita bertanya-tanya, apakah sama antara fonem dengan huruf? Tentu saja
tidak, fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi, fonem
sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang. Jumlah huruf hanya 26. Setelah
kita melafalkan ke 26 huruf itu, berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf (fonem). Akan
tetapi, jumlah fonem dalam bahasa Indonesia ternyata lebih dari 26 karena beberapa huruf
B. ALOFON
Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon
adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi
menjadi dua yakni bersifat komplementer dan bersifat babas. Yang disebut bersifat
komplementer adalah distribusi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan
meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna. Yang dimaksud
bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan
lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari
fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah
abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa
adalah alofon.
C. VOKAL
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah
arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya
diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras
a) Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati
b) Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c) Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga
di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
d) Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin,
4. Bentuk Mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan :
a) Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar.
Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bundar tertutup
b) Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak
membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi
[ɛ]
c) Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan
[i]
Vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.
[I]
<pinggir>;[pIng-gIr], <adik>;[a-dI?]
[u]
<udara>;[u-da-ra], <utara>;[u-ta-ra]
[U]
[e]
<ekor> ; [e-kor]
[ɛ]
[ə]
<elang>;[ə-laŋ], <emas>;[ə-mas]
[o]
<toko>;[to-ko]
[ɔ]
<tokoh>;[to-kɔh]
[a]
<cari> ; [ca-ri]
D. DIFTONG
Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri
diftong ialah waktu diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lain
saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
itulah maka diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun dan diftong
memusat.
1. Diftong Naik
Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari
yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin tertutup.
Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup. Bahasa
pandal dll.
b) Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.
c) Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau,
2. Diftong Turun
Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.
Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun. Dalam bahaa Inggris ada dua jenis
3. Diftong memusat
Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tinggi,
dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat
di dalam bahasa Inggris, seperti [oα]. Contohnya kata [more] yang secara fonetis
E. KONSONAN
Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar
dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut
atau rongga hidung. Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) tempat
1. Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya
artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi.
Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah),
sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator
aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum),
2. Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang
baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p]
dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu
tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau
bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkan di
laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.
3. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut
bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika
pita suara tidak turut brgetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.
Dengan melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar tidaknya pita
suara, maka nama-nama bunyi konsonan itu dapat disebutkan sebagai berikut :
[b]
[p]
[m]
[v]
[f]
[d]
[t]
[n]
[l]
[r]
[z]
[ñ]
[ǰ]
[č]
[š]
[s]
Bunyi laminopalatal, geseran, tak bersuara
[g]
[k]
[ŋ]
[x]
[h]
[Ɂ]
A. Simpulan
2. Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan artikata. Alofon
3. Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus
ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya
diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.
4. Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri
diftong ialah waktu diucapkannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang
5. Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar
dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga
B. Saran
untuk dapat meningkatkan pemahaman mengenai fonem dan pengelompokan fonem serta
alofon dan pengelompokan alofon itu sendiri. Penulis pun menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu, penulis
menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Heryadi, Dedi. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran. Tasikmalaya.