Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FONOLOGI

FONEM-FONEM DALAM BAHASA INDONESIA

OLEH:

KELOMPOK III

SUSI SUSANNA (F032231006)

DENG HANMIN (F032222002)

Pascasarjana Bahasa Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti

atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Bahasa senantiasa dianalisis

dan dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk mengkajinya antara lain

pendekatan untuk mengkaji bahasa ialah kedekatan makna dan bagaimana bahasa

itu dapat di ucapkan dengan sesuai.

Bidang studi Fonologi yang objek penelitiannnya bunyi bahasa

merupakan satu tataran linguistik. Unsur bahasa yang terkecil berupa lambang

bunyi ujaran disebut fonem. Ilmu yang mempelajarai fonem disebut fonologi

atau fonemik. Fonem dihasilkan oleh alat ucap manusia yang dikenal dengan artikulasi.

Dalam bentuk tertulisnya disebut huruf. Cara mengucapkan lambang-lambang bunyi ini

disebut dengan lafal. Jadi lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur

bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya.

Tidak ada pedoman khusus untuk mengatur ucapan atau lafal ini seperti bagaimana

diaturnya sistem tata tulis atau ejan bahasa indonesia (EBI) yang harus dipatuhi setiap

pemakai bahasa tulis bahasa indonesia sebagai ukuran bakunya.

Dalam kenyataannya masih banyak yang belum memahami hakikat dari fonem,

alofon, dan vokal serta diftong dan konsonan. Maka dari itu penulis akan membahas

tentang fonem, alofon, dan vokal serta diftong dan konsonan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan fonem?


2. Apa yang dimaksud dengan alofon?

3. Apa yang dimaksud dengan vokal?

4. Apa yang dimaksud dengan diftong?

5. Apa yang dimaksud dengan konsonan?

C. TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah untuk

mengetahui:

1. Mengetahui apa itu fonem.

2. Mengetahui apa itu alofon

3. Mengetahui apa itu vokal

4. Mengetahui apa itu diftong

5. Mengetahui apa itu konsonan


BAB II

PEMBAHASAN

A. FONEM

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf

adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Yang tergolong pada kelompok fonem ada

dua macam yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Fonem seg mental adalah

fonem yang merupakan bagian-bagian dari urutan tuturan. Misalnya dari tuturan kalimat

“adik makan.” Terdapat bagian-bagian yang merupakan urutan fonem /a/, /d/, /i/, /k/,

/m/, /a/, /k/, /a/, /n/. Fonem-fonem tersebut disebut fonem segmental. Disamping urutan

fonem-fonem segmental dalam tuturan terdapat pula rangkaian bunyi atau fonem yang

lengkap (seperti intonasi) yang dapat menentukan arti dari tuturan itu. Fonem yang

demikian disebut fonem suprasegmental. Misalnya, tuturan “Adik makan.” Di samping

terdiri atas rangkain fonem segmental terdapat pula lagu tuturan atau intonasi, mungkin

intonasi berita, intonasi tanya, atau intonasi perintah.

Mungkin kita bertanya-tanya, apakah sama antara fonem dengan huruf? Tentu saja

tidak, fonem adalah bunyi dari huruf, dan huruf adalah lambang dari bunyi. Jadi, fonem

sama dengan bunyi, sedangkan huruf adalah lambang. Jumlah huruf hanya 26. Setelah

kita melafalkan ke 26 huruf itu, berarti kita mendapatkan 26 bunyi huruf (fonem). Akan

tetapi, jumlah fonem dalam bahasa Indonesia ternyata lebih dari 26 karena beberapa huruf

mempunyai lebih dari satu lafal bunyi.

B. ALOFON

Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan arti kata. Alofon

adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon terbagi

menjadi dua yakni bersifat komplementer dan bersifat babas. Yang disebut bersifat
komplementer adalah distribusi saling melengkapi distribusi yang tidak dapat dipisahkan

meskipun dipisahkan juga tidak akan menimbulkan perubahan makna. Yang dimaksud

bersifat pendistribusian bebas adalah alofon-alofon itu dapat digunakan tanpa persyaratan

lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatkan bahwa alofon merupakan realisasi dari

fonem maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah

abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang nyata dalam bahasa

adalah alofon.

C. VOKAL

Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah

arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya

diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.

1. Tinggi rendahnya posisi lidah

Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:

a) Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]

b) Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]

c) Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]

d) Vokal sedang bawah, seperti bunyi dan [ɛ] [ɔ]

e) Vokal sedang tengah, seperti bunyi [ə]

f) Vokal rendah, seperti bunyi [a]

2. Maju mundurnya lidah

Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :

a) Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]

b) Vokal tengah, seperti bunyi [ə]

c) Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]


3. Struktur

Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras

(palatum). Maka, berdasarkan strukturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi :

a) Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati

langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u]

b) Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga

di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].

c) Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga

di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]

d) Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin,

seperti bunyi [a]

4. Bentuk Mulut

Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan :

a) Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar.

Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bundar tertutup

seperti bunyi [o] dan bunyi [u]

b) Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak

membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi

[ɛ]

c) Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan

tidak melebar, seperti bunyi [a]

Berdasarkan keempat kriteria yang dibicarakan tersebut, maka nama-nama vokal

dapat disebutkan sebagai berikut :

[i]
Vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup.

<ini>;[i-ni], <ibu>;[i-bu], <cari>;[ca-ri], <lari>;[la-ri]

[I]

Vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup.

<pinggir>;[pIng-gIr], <adik>;[a-dI?]

[u]

Vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup.

<udara>;[u-da-ra], <utara>;[u-ta-ra]

[U]

Vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup.

<ukur>;[u-kUr], <urus>;[u-rUs], <turun>;[tu-rUn]

[e]

Vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup

<ekor> ; [e-kor]

[ɛ]

Vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka.

<nenek>;[ne-n ?], <dendeng> ; [d n-d ŋ]ɛ ɛ ɛ

[ə]

Vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup.

<elang>;[ə-laŋ], <emas>;[ə-mas]
[o]

Vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup.

<toko>;[to-ko]

[ɔ]

Vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.

<tokoh>;[to-kɔh]

[a]

Vokal belakang, rendah, netral, terbuka

<cari> ; [ca-ri]

D. DIFTONG

Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri

diftong ialah waktu diucakannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang lain

saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang

bergerak, serta strikturya (jarak lidah dengan langit-langit). Berdasarkan perbedaanya

itulah maka diftong diklasifikasikan menjadi diftong naik dan diftong turun dan diftong

memusat.

1. Diftong Naik

Diftong naik adalah vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi dari

yang pertama. Posisi lidah semakin menaik sehingga strikturnya semakin tertutup.

Berdasarkan posisi di atas diftong naik disebut juga sebagai diftong tertutup. Bahasa

Indonesia mempunyai tiga jenis diftong naik:


a) Diftong naik menutup maju (al) misalnya dalam kata : pakai, lalai, nilai, sampai,

pandal dll.

b) Diftong naik menutup maju (oi) misalnya pada kata : amboi, angin sepoi-sepoi dll.

c) Diftong naik menutup mundur (au) misalnya pada kata : saudara, saudagar, pulau,

kacau, surau, dll.

2. Diftong Turun

Disebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari bunyi kedua.

Dalam bahasa Indonesia tidak ada diftong turun. Dalam bahaa Inggris ada dua jenis

diftong turun, yaitu:

a) Diftong turun membuka-memusat (uə), misalnya dalam kata poor.

b) Diftong turun membuka-memusat (iə), misalnya dalam kata ear.

3. Diftong memusat

Yaitu terjadi jika vocal kedua diacu oleh sebuah atau lebih volak yang lebih tinggi,

dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vocal yang lebih rendah. Diftong jenis ini terdapat

di dalam bahasa Inggris, seperti [oα]. Contohnya kata [more] yang secara fonetis

diucapkan dengan [moα]

E. KONSONAN

Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar

dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut

atau rongga hidung. Bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan (1) tempat

artikulasi, (2) cara artikulasi, (3)bergetar tidaknya pita suara.

1. Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan, atau tempat bertemunya

artikulator aktif dan artikulator pasif. Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi.

Sebagai contoh bunyi [p] terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah),

sehingga tempat artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator
aktifnya adalah ujung lidah (apeks) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum),

sehingga tempat artikulasinya disebut apikodental.

2. Cara artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang

baru ke luar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi [p]

dihasilkan dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu

tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau

bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkan di

laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau frikatif.

3. Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut

bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi bersuara. Jika

pita suara tidak turut brgetar, maka bunyi itu disebut bunyi tak bersuara.

Dengan melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar tidaknya pita

suara, maka nama-nama bunyi konsonan itu dapat disebutkan sebagai berikut :

[b]

Bunyi bilabial, hambat, bersuara

< baru, abu >

[p]

Bunyi bilabial, hambat, tak bersuara

< pita, apa, tetap >

[m]

Bunyi bilabial, nasal, bersuara

< mana, lama, malam >


[w]

Bunyi bilabial, semi vokal, bersuara

< warna, waktu, awan >

[v]

Bunyi labiodental, geseran, bersuara

< veteran, devisa >

[f]

Bunyi labiodental, geseran, tak bersuara

< fajar, nafas, taraf >

[d]

Bunyi apikoalveolar, hambat, bersuara

< datang > ; [da-taŋ]

[t]

Bunyi apikoalveolar, hambat, tak bersuara

< peta > ; [pə-ta]

[n]

Bunyi apikoalveolar, nasal, bersuara

< nama, ini, saran >

[l]

Bunyi apikoalveolar, sampingan, bersuara


< lama, pula, asal >

[r]

Bunyi apikoalveolar, getar, bersuara

< segar > ; [sə-gar]

[z]

Bunyi laminoalveolar, geseran, bersuara

< lezat > ; [lə-zat]

[ñ]

Bunyi laminopalatal, nasal, bersuara

< nyaring > ; [ña-rIŋ]

[ǰ]

Bunyi laminopalatal, paduan, bersuara

< jurang > ; [ju-raŋ]

[č]

Bunyi laminopalatal, paduan, tak bersuara

< cara, baca >

[š]

Bunyi laminopalatal, geseran, bersuara

< syarat >

[s]
Bunyi laminopalatal, geseran, tak bersuara

< sama, nasi >

[g]

Bunyi dorsovelar, hambat, bersuara

< gaya, tiga >

[k]

Bunyi dorsovelar, hambat, tak bersuara

< kaca, saku >

[ŋ]

Bunyi dorsovelar, nasal, bersuara

< langit > ; [la-ŋIt]

[x]

Bunyi dorsovelar, geseran, bersuara

< khidmat, akhirat >

[h]

Bunyi laringal, geseran, bersuara

< hemat, bahan, indah >

[Ɂ]

Bunyi hambat, glotal, bersuara

< bak, pak, rakyat >


[ ba , pa , ra -yat ]
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan

huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem.

2. Alofon adalah variasi fonem yang tidak membedakan bentuk dan artikata. Alofon

adalah bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem. Pendistribusian alofon

terbagi menjadi duayakni bersifat komplementer dan bersifat babas.

3. Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus

ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya

diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.

4. Diftong adalah bunyi vokal rangkap yang tergolong menjadi satu suku kata. Ciri

diftong ialah waktu diucapkannya bunyi bahasa posisi lidah yang satu dengan yang

lain saling berbeda.

5. Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar

dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga

mulut atau rongga hidung.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas penulis menyarankan kepada pembaca untuk

untuk dapat meningkatkan pemahaman mengenai fonem dan pengelompokan fonem serta

alofon dan pengelompokan alofon itu sendiri. Penulis pun menyadari bahwa

makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu, penulis

menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang

menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 2015. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Heryadi, Dedi. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia dalam Nuansa Pembelajaran. Tasikmalaya.

Muslich, Masnur. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai