Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL

MENGENAL HURUF VOKAL DAN HURUF KONSONAN DALAM BAHASA


INDONESIA

Sofia 2040602037
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Bahasa Indonesia
Universitas Borneo Tarakan

Abstrak
Mengenal huruf merupakan kegiatan yang melibatkan unsur auditif (Pendengaran) dan visual
(pengamatan). Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari aspek perkembangan bahasa
anak yang perlu dikembangkan dengan memberi stimulasi secara optimal sejak usia dini. Dalam
bahasa indonesia huruf dapat dikelompokan menjadi dua yaitu huruf vokal dan huru konsonan
yang mana huruf vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan
kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu; tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang
dinaikan, bentuk bibir pada pembentukanya vokal itu. Sedangkan konsonan yaitu bunyi yang
dibuat dengan cara yang berbeda dimana pelafalan konsonan ada tiga faktor yang terlibat yaitu;
keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap, cara alat ucap bersentuhan
dan berdekatan.
Kata Kunci: Mengenal huruf vokal dan konsonan

Pendahuluan
Pada pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terdapat huruf-huruf yang
digunakan untuk penulisan bahasa indonesia. Terdapat bermacam jenis huruf seperti huruf abjad,
huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, huruf gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf,
miring, dan huruf tebal. Huruf vokal dan huruf konsonan merupakan dua jenis huruf yang berbeda
pada susunan alfabet.
Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara, bunyi bahasa
dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi bahasa
yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga factor: tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan dan bentu bibir pada pembentukan vocal itu.
Pada saat vocal diucapkan lidah dapat dinaikkan atau diturunkan bersama rahang.
Bagian lidah yang dinikkan atau diturunkan itu adalah bagian depan, tengah atau belakang.
Disamping tinggi rendah serta depan belakang lidah seperti yang digmbarkan di atas, kualitas
vocal juga dipengaruhi oleh bentuk bibir. Untuk vokal tertentu seperti (a) bentuk bibir adalah
normal sedangkan untuk vocal (u) bibir dimajukan sedikit dan bentuknya ke samping sehingga
bentuknya melebar. Dengan tiga factor itu bunyi vocal dapat berciri tinggi, depan, dan bibir
terentang misalnya bunyi (i) atau tinggi, belakang dan bibir bundar misalnya bunyi (u).

Bunyi konsonan dibuat dengan cara yang berbeda. Pada pelafalan konsonan ada tiga factor yang
terlibat; keadaanpita suara, penyentuhan atau pendekatanberbagai alat ucap dan cara alat ucap itu
bersentuhan atau berdekatan. Untuk kebanyakan bahasa, pita suara selalu merapat dalam pelafalan
vokal, akan tetapi, pada pelafalan konsonan pita suara itu mungkin merapat, tetapi mungkin juga
meren ang, seperti telah dinyatakan terdahulu. Dengan kata lain, suatu konsonan dapat
dikategorikan sebagai konsonan yang bersuara atau yang tali bersuara. Misalnya, (p) dan (t) adalah
konsonan yang tak bersuara, sedangkan (b) dan (d) adalah konsonan yang bersuara. Alat ucap yang
bergerak untuk membentuk bunyi bahasa dinamakan articulator: bibir bawah, gigi bawah dan
lidah. Daerah yang disentuh atau didekati oleh articulator dinamakan daerah artikulasi; bibir atas,
sedangkan bibir bawah bertindak sebagai articulator. Bunyi yang dihasilkan dinamakan bilabial
karena bi berarti dua dan labial berarti 4 berkenaan dengan bibir contohnya p, b, m. jadi bunyi
konsonan dapat diperikan berdasarkan articulator dan daerah artikulasinya. Penanaman bunyi yang
dilakukan dengan menyebutnya articulator yang bekerja seperti labio (bibir bawah), apiko (ujung
lidah) dan lamino (daun lidah), darso (belakang lidah), dan radiko (akar lidah)diikuti oleh daerah
artikulasinya: labial (bibir atas), dental (gigi atas) alveolar (gusi), palatal (langit-langit keras), velar
(langitlangit lunak) dan uvular (anak tekak).

Apabila bibir bawah bersentuhan dengan ujung gigi atas, bunyi yang dihasilkan disebut labiodental
bibir-gigi), contohnya bunyi f. bunyi yang dibentuk dengan ujung lidah menyentuh atau mendekati
gusi misalnya dental; contohnya t, d ubtuk sebagian penutur. Bunyi yang dihasilkan dengan
belakang lidah yang mendekati atau menepel pada langit-langit keras disebut bunyi palatal:
contohnya c, j dan y. berdasarkan cara artikulasinya bunyi bahasa dibagi menjadi beberapa macam.
Bila udara dari paru-paru dihambat secara total maka bunyi yang dihasilkan dengan cara artikulasi
semacam itu dinamakan bunyi hambat. Bunyi p dan b adalah bunyi hambat tetapi m bukan bunyi
hambat karena udara mengalir lewat hidung. Apabila arus udara keluar melalui samping lidah,
maka bunyi yang dihasilkan dengan cara artikulasi seperti itu disebut bunyi lateral, misalnya (l).
kalau ujung lidah menyentuh tempat yag sama berulang-ulang. Bunyi yang dihasilkanitu
dinamakan bunyi getar, misalnya (r). Selain bunyi – bunyi di atas, ada bunyi yang pembetukannya
seperti pembentukan vocal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Yang termasuk
kategori itu adalah (w) dan (y) masing-masing mirip dengan cara pembentukan vocal (u) dan (i).
Dengan mempertimbangkan kedaan pita suara, daerah artikulasi dan cara artikulasi kini kita dapat
memberikan konsonansecara lengkap. Bunyi (p) misalnya bunyi konsonan hambat bilabial yang
tak bersuara.
Simpulan
Adapun kesimpulann dari pembahasan diatas bahwa bunyi juga sabagai getaran udara dapat pula
merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperti pita suara, lidah dan bibir. Bunyi
bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud dalam
nyanyian atau dalam tuturan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua dalam urutan
pemerolehannya di Indonesia sehingga dalam kondisi tidak resmi orang cenderug menggunakan
ragam bahasa yang akhirnya memunculkan diasistem terutama pada fonem.

Daftar Pustaka
Hasan alwi, seonjono dardjowidjojo, dkk. Tata Bahasa Baku, Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.PT
(Persero). Balai Pustaka: Pusat Bahasa Dapertemen Pendidikan Nasiona

Anda mungkin juga menyukai