Anda di halaman 1dari 4

B.

IDENTIFIKASI FONEM

Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari
satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu
membandingkannnya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa
yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan itu berbeda maknannya, maka berarti
bunyi tersebut adalah sebuah fonem, karena dia bisa atau berfungsi membedakan
makna kedua satuan bahasa itu. Misalnya, kata Indonesia laba dan raba. Keduakata
itu mirip benar. Masing-masing terdiri dari empat buah bunyi. Yang pertama
mempunyai bunyi [I] [a] [b] dan [a] ; dan yang kedua mempunyai bunyi [r], [a],
[b], dan [a]. Jika berbandingan [I], [a] , [b], [a]

[r], [a], [b], [a]

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunyi [I] dan bunyi [r]
adalah dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa indonesia yaitu fonem [I], dan
[r]. Jadi, untuk membuktikan sebuah bunyi fonem atau bukan. Jadi untuk
membuktikan sebuah bunyi fonem atau bukan haruslah dicari pasangan minimalnya.
Misalnya kata muda dan mudah juga merupakan pasangan minimal, sebab tiadanya
bunyi [h] pada kata pertama, dan adanya bunyi [h] pada kata kedua menyebabkan
kedua kata itu berbeda maknannya. Jadi bunyi [h] adalah fonem.

C. ALOFON

Diatas sudah di bicarakan bahwa bunyi [t] dan [th] dalam bahasa inggris
bukanlah dua buah fonem yang berbeda, melainkan dua buah bunyi dari sebuah
fonem yang sama, yaitu fonem [t]. Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah
fonem, seperti bunyi [t] dan [th] untuk fonen /t/ bahasa inggris di atas disebut alofon.
Seperti juga dengan identitas fonem, identitas alofon juga hanya berlaku pada satu
bahasa tertentu, sebab seperti juga sudah di bicarakan di atas, bunyi [t] dan bunyi [th]
dalam bahasa mandarin bukan merupakan dua alofon dari sebuah fonem, melainkan
masing-masing merupakan fonem yang berbeda, yaitu fonem /t/ dan fonem [th].

Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, banyak


mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Atau kalau kita melihatnya dalam peta
fonem, letaknya masih berdekatan atau saling berdekatan. Tentang distribusinya,
mungkin berifat komplementer, mungkin juga bersifat bebas.
Yang dimaksud dengan distribusi komplementer, atau biasa juga disebut
distribusi saling melengkapi, adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa di
pertukarkan, meskipun dipertukarkannya juga tidak akan menimbulkan perbedaan
makna. Distribusi komplementer ini bersifat tetap pada lingkungan tertentu.
Umpamanya, fonem /p/ dalam bahasa inggris mempunyai tiga buah alofon, yaitu yang
beraspirasi seperti dapat pada kata pace [pheis] ; yang tidak beraspirasi seperti
terdapat pada kata space atau [speis]; dan yang tidak diletukan seperti terdapat pada
kata [maep]. Yang beraspirasi adalah kalau terletak pada awal kata: yang tidak
beraspirasi adalah kalau terletak ditengah kata; dan yang tidak diletukan adalah kalau
fonem itu terletak pada akhir kata.

Kalau diperhatikan bahwa alofon adalah realisasi dari fonem, maka dapat
dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari
alofon – alofon itu. Dengan kata lain, yang konkre, atau nyata ada dalam bahasa
adalah alofon itu, sebab alofon atau alofon-alofon itulah yang diucapkan.

D. Klasifikasi Fonem
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sebenarnya sama dengan cara klasifikasi
bunyi dan unsur suprasegmental. Kalau pada klasifikasi bunyi ada bunyi vokal dan
konsonan, maka juga ada fonem vokal dan fonem konsonan. Bedanya kalau bunyi-
bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vokal dan fonem konsonan
ini agak terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan makna saja yang
dapat menjadi fonem. Itu pun hanya dalam bahasa tertentu saja. Misalnya, bunyi [t]
dan [th] dalam bahasa Mandarin merupakan dua buah fonem yang berbeda, yaitu
fonem /t/ dan fonem /th/. Sedangkan dalam bahasa Inggris kedua bunyi itu hanya
merupakan alofon dari fonem yang sama, yaitu fonem /t/.
Fonem-fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap
arus ujaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur
suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental. Jadi, pada
tingkat fonemik, ciri-ciri prosodi itu, seperti, tekanan, durasi, dan nada bersifat
fungsional, alias dapat membedakan makna. Umpamanya, dalam bahasa Batak Toba
kata tutu (dengan tekanan pada suku pertama) bermakna ‘batu gilas’, sedangkan pada
kata tutu (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ‘betul’. Dengan berbedanya letak
tekanan pada kedua kata itu, yang merupakan unsur segmentalnya, menyebabkan
kedua kata itu berbeda maknanya. Dengan kata lain, tekanan dalam Batak Toba
bersifat fungsional atau bersifat fonemis. Di dalam bahasa Inggris letak tekanan dapat
pula membedakan makna. Salah satu diantaranya, yang membedakan suatu konstruksi
itu adalah kata majemuk atau bukan kata majemuk. Kalau tekanan dijatuhkan pada
unsur pertama, maka konstruksi itu adalah kata majemuk; kalau tekanan dijatuhkan
pada unsur kedua, maka konstruksi itu bukan kata majemuk. Misalnya, kata
greenhouse bila tekanan dijatuhkan pada unsur green maka berarti ‘rumah kaca’,
tetapi bila dijatuhkan pada unsur house berarti ‘rumah hijau’; pada kata blackboard
bila tekanan dijatuhkan pada unsur black berarti ‘papan tulis’, tetapi bila tekanan
dijatuhkan pada unsur board bermakna papan hitam.
Dalam bahasa-bahasa tonal (bahasa bernada) seperti bahasa Thai, bahasa Burma,
dan bahasa Mandarin, nada dapat membedakan makna.
Dalam bahasa Indonesia unsur suprasegmental tampaknya tidak bersifat fonemis
maupun morfemis; namun, intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis.
Umpamanya, kalimat “Dia membaca komik”, dengan tekanan pada kata dia berarti
‘yang membaca bukan orang lain’; dengan tekanan pada kata membaca berarti ‘dia
bukan menulis atau menjual komik’; dan dengan tekanan pada kata komik berarti
‘yang dibaca bukan koran’. Begitu juga tanpa perubahan struktur, hanya dengan
memberi intonasi tanya, maka kalimat itu menjadi kalimat tanya; dan dengan
memberi intonasi seruan, maka kalimat itu menjadi kalimat seru. Dalam bahasa
Melayu dialek Jakarta kata tau yang diucapkan dengan intonasi biasa berarti ‘saya
mengetahui’; tetapi bila diucapkan dengan pemanjangan pada bunyi [ta], maka berarti
‘saya tidak mengetahui’. Kalau kriteria klasifikasi bunyi (fon), maka penamaan fonem
pun sama dengan penamaan bunyi. Jadi, kalau ada bunyi vokal depan tinggi bundar,
maka juga ada atau akan ada fonem vokal depan tinggi bundar, kalau ada bunyi
konsonan hambat bilabial bersuara, maka juga ada atau akan ada fonem konsonan
hambat bilabial bersuara.
E. Khazanah Fonem
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.
Beberapa jumlah fonem yang dimiliki satu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang
dimiliki bahasa lain. Menurut catatan para pakar, yang tersedikit jumlah fonemnya
adalah bahasa penduduk asli di Pulai Hawaii, yaitu hanya 13 buah; dan yang jumlah
fonemnya terbanyak, yaitu 75 buah, adalah sebuah bahasa di Kaukaus Utara. Begitu
juga dengan perimbangan jumlah fonem vokal dan fonem konsonannya. Bahasa Arab
hanya memiliki 3 buah fonem vokal, sedangkan bahasa Indonesia mempunyai 6 buah
fonem vokal; bahasa Inggris dan bahasa Prancis mempunyai lebih dari 10 buah fonem
vokal.
Ada kemungkinan juga, karena perbedaan tafsiran, maka jumlah fonem dalam
suatu bahasa menjadi tidak sama banyaknya menurut pakar yang satu dengan pakar
yang lain. Misalnya, fonem vokal bahasa Arab di atas disebutkan ada tiga buah, tetapi
ada yang menghitung fonem vokal dalam bahasa Arab ada enam buah, yakni tiga
fonem vokal biasa ditambah tiga buah fonem vokal panjang.
Jumlah fonem bahasa Indonesia, dalam hal ini, ada yang menghitng hanya 24
buah, yaitu terdiri dari 6 buah fonem vokal dan 18 buah fonem konsonan. Ada juga
yang menghitung ada 28 buah, yakni dengan menambahkan 4 buah fonem yang
berasal dari bahasa asing. Selain itu, ada juga yang menghitung ada 31 buah, yaitu
dengan menambahkan 3 buah fonem diftong, yakni [aw], [ay], dan [oy]. Akhirnya,
ada juga yang mendaftarkan adanya fonem glotal stop /?/; tetapi ada pula yang tidak,
karena hanya menganggapnya sebagai alofon dari fonem lain, yaitu fonem /k/.

Anda mungkin juga menyukai