1. ARIFAH KURNIAWATI
2. ANGGUN RISMAWATI
SEMESTER EMPAT
STAI AR-RIDHA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bahasa asing di negeri penuturnya mempunyai kelebihan, antara lain
kesempatan untuk mengalami interaksi dengan lingkungan masyarakat dan budayanya.
Kita tahu bahwa belajar bahasa asing berjalan sejajar dengan belajar kebudayaan asing,
baik budaya kebahasaan itu sendiri maupun aspek budaya yang lain, seperti budaya
materiil, lingkungan, dan religi. Namun, yang sering terjadi, pemelajar merekam
kebudayaan asing dalam bentuk stereotipe masyarakat pendukungnya. Dalam
pembelajaran bahasa asing di negeri penuturnya, pemelajar akan memahami, bahkan
menghayati, kebudayaan masyarakat penutur asli itu.
Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan ada
yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui
bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pemelajar bahasa, tetapi pengajarannya
sering terpisah dari pengajaran bahasa. Joan Kelly Hall (2002) menyebutkan bahwa
ancangan kemampuan komunikatif (communicative competence), misalnya, memang
mempertimbangkan aspek budaya dalam pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan
pada penggunaan bahasa, tetapi dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai
satu sistem homogen yang terpisah dari interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan secara singkat masalah
Bahasa dan Keudayaan, dimana suatu negara memiliki ragam bahasa yang sangat
berbeda. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan secara singkat pada bab pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia.
kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam
masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu. Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti
anak kembar siam, du buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi
yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya
Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan
kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah
lingkup kebudayaan.10 Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan
kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat,
yang kedudukannya sama tinggi.
DAFTAR PUSTAKA