Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Ilmu al-Lughah Muh. Nadir, S.Ag., M.Pd.I., M.Stud.

Prinsip-prinsip Tatabahasa Tradisional

Disusun oleh:

Kelompok 5 :
Efitya Yanuaristiwi 180101021132

Muhammad Hafidzhi 180101020865

Muhammad Roja Al-Wali 180101021125


Khoirurrizki Romadhon 180101021144
Salsabila 180101021128

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi besar Muhammad saw yang telah mengubah peradaban dunia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang berpendidikan yang berasaskan iman,
islam, dan ihsan.

Terimakasih kepada dosen pengampu mata perkuliahan “’Ilm Lughah”


yang telah mempercayakan tugas makalah kepada kami. Terimakasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman semua yang telah ikut dalam penyelesaian makalah
ini. Kami menydari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah yang kami
buat. Maka dari itu, kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan agar
kedepannya nanti lebih baik lagi. Terimakasih atas segala perhatiannya, semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Banjarmasin, 23 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................1


DAFTAR ISI .........................................................................................................2
BAB 1 .....................................................................................................................3
A. Latar Belakang ............................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
BAB 2 .....................................................................................................................3
A. Teori Tradisional(Tata Bahasa tradisional) ............................................... 4
B. Ciri-ciri Aturan Tradisional ........................................................................ 4
C. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa.............................................................. 6
D. Tokoh-tokoh Tata Basaha Tradisional ...................................................... 11
BAB 3 PENUTUP ...............................................................................................14
Simpulan ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik. Salah satunya aliran tradisional yang menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik .untuk memahami lebih jauh bagaimana terbentuknya tata
bahasa tradisional didalam aliran tradisional yang telah melalui masa yang sangat
panjang maka dari itu kita harus mempelajarinya terbentuknya tata bahasa
tradisional ini mulai zaman yunani sampai lahirnya linguistik modern sekitar akhir
abad ke 19.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan tatabahasa tradisional terhadap bahasa?
2. Apa saja prinsip-prinsip bahasa?
3. Siapa saja tokoh tatabahasa tradisional?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pandangan tatabahasa tradisional terhadap bahasa.
2. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip bahasa.
3. Mengetahui siapa saja tokoh tatabahasa tradisional.

3
BAB 2
BAHASA
A. TEORI TRADISIONAL (TATA BAHASA TRADISIONAL)

Penamaan teori tradisional dalarn linguistik dimaksudkan pcriode sebclum


munculnya linguistik modern. yakni scbelum abad ke- 20. Teori tradisional
didasarkan terutama pada analisis makna. Selain analisisnya berdasarkan makna,
tata bahasa tradisional tidak memerhatikan hierarki dalam bahasa sehingga batas
antara satuan-satuan gramatika yang satu dengan yang lain, tidak jelas. Bahkan
kalau dihubungkan dengan pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh para
filsuf, misalnya Aristoteles dan Plato, yaitu analisis bahasa dilihat dari pandangan
filsafat Sebelum munculnya linguistik modern, pandangan itu mengkhususkan diri
dalam bidang rnakna atau arti (Pateda, 1988). Tata bahasa tradisional biasa disebut
sebagai Functional Grammar, yaitu sekumpulan penjelasan-penjelasan atau dalil-
dalil bahasa dengan segala variasinya dan modifikasinya yang telah dipergunakan
kurang lebih sejak 200 tahun yang lampau. Sejarawan bahasa telah menilai, bahwa
tata bahasa tradisional dirumuskan dengan berlandaskan kepada hasil studi bahasa
abad ke-18, yang telah dikenal umum dengan sebutan prescriptive studies dan tata
bahasanya pun disebut dengan prescriptive grammar. Prescriptive adalah bentuk
kata sifat dart prescription yang berarti resep yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,
yaitu resep untuk mengobati kesalahan-kesalahan dalam bahasa. Narnpak dengan
jelas bahwa tata bahasa menempati posisi yang sangat pcnting sebagai sistem yang
mempunyai kewenangan untuk menempatkan kedudukan bahasa dalam
penempatan yang benar1.

B. CIRl-CIRI ATURAN TRADISIONAL


Tata bahasa tradisional menurut Abdul Chaer adalah menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, rnisalnya, tata

1
Ade Nandang dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), hal.105-106.

4
bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian. Soeparno lebih lanjut menjelaskan cirl-ciri aliran tradisional (2002:44)
sebagai berikut2,
a) Bertolak dari pikiran filsafat

Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran tradisional menggunakan
landasan/pola pikir fitsafat, yakni banyaknya pembagian jenis kata yang
bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma·rhema-syndesmos
produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai
saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
b) Bertulak membedakan bahasa dan tulisan

Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa [dalarn arti yang sebenarnya)


dan tulisan [perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara
otomatis juga mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf. Sebagai buku
seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian tersebut dapat dibaca pada
kutipan "Antara vokal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut
yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka,
dan o di belakang sebelah ke dalam"
c) Senang bermain dengan definisi

Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua lstilah
diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang
hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan
bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, hal yang paling utama
adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara
filosofis,
d) Berkiblat pada pola/kaidah dalam pemakaian bahasa

Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional
mcngambil alih pola-pola bahasa lain untuk ditcrapkan pada bahasa mereka
sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata

2
Ibid , hal.106-107.

5
bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran
kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela, Pengajaran bahasa
di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata
bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori
bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan
masyarakat Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa
nomative dan tata bahasa preskriptif
e) Level-level gramatik belum tertata dengan rapi

Level [tataran] yang terendah mcnurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf
adalah kata sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini,
huruf didefinisikan sebagai unsur bahasa yang terkecil, kata didefinisikan
sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sementara kalimat
didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap

C. PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN BAHASA


Prinsip pengajaran bahasa dipetakan menjadi tiga bagian, yaitu: Kognitif,
Afektif, dan Linguistik.
1. Prinsip-Prinsip Kognitif

Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala yang
menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah ini. Menurut pandangan
kognitif proses belajar yang terjadi dalam diri individu adalah suatu proses
penerimaan informasi. Belajar dimulai dari input yang datang dari lingkungan
diterima oleh panca indera, kemudian diproses dan disimpan di dalam memori dan
output dari pembelajaran adalah berbagai kemampuan atau competencies. 3
Prinsip-prinsip kognitif ini terbagi menjadi lima prinsip, yaitu: Otomatisasi,
Pembelajaran Bermakna, Antisipasi Penghargaan, Motivasi Intrinsik, dan Strategi
Investasi.

3
Jamaris, M. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni,
2010.

6
a. Prinsip Otomatisasi

Lingkungan biasanya merupakan tempat dimana anak memperoleh bahasa.


Pada awalnya anak anak mendengarkan dan mengamati orang lain yang
menggunakan suatu bahasa dan tanpa disengaja apa yang didengar dan diamatinya
tersebut akan masuk ke alam bawah sadarnya. Anak sering kali tidak memikirkan
apa yang diucapkannya, dalam artian, mereka menggunakan bahasa secara
otomatis tanpa takut membuat kesalahan.
Pembelajar bahasa, baik anak anak maupun orang dewasa, diharapkan dapat
mengadaptasi cara seorang anak memperoleh bahasa dari lingkungan. Artinya,
mereka harus mampu memproduksi bahasa tanpa memikirkan kata per kata, atau
berfokus pada struktur dan bentuk kalimat. Dimulai dari memproses bahasa yang
sepatah demi sepatah lambat laun menjadi lebih lancar dan otomatis. Dengan
begitu bahasa yang dipelajari tidak hanya berupa pengetahuan tetapi merupakan
kompetensi.
b. Prinsip Pembelajaran Bermakna
 Pembelajar memiliki perangkat pembelajaran bermakna, yaitu sebuah
kecenderungan untuk mengaitkan kegiatan pembelajaran baru dengan apa
yang telah mereka ketahui
 Kegiatan pembelajaran itu sendiri punya kemungkinan bermakna bagi
pembelajar, yaitu bisa dihubungkan dengan struktur pengetahuan
pembelajar. Proses pada pembelajaran bermakna mirip dengan pendekatan
pemrosesan informasi yang menyatakan bahwa murid mengolah informasi,
memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses berpikir.4

Pembelajaran bermakna merupakan tantangan bagi pembelajaran hafalan


yang merupakan proses penguasaan materi secara terpisah-pisah dan acak, yang
tidak memungkinkan pembentukan makna. Pembelajaran bermakna akan bertahan
lebih lama di ingatan siswa.

4
Brown, H. D. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (5th ed.). Jakarta: Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Jakarta, 2007.

7
2. Prinsip-prinsip Afektif

Afeksi mengacu kepada emosi atau perasaan. Ranah afektif adalah sisi
emosional dalam perilaku manusia, dan dapat disandingkan dengan sisi kognitif.
Emosi atau perasaan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor kepribadian,
perasaan tentang diri sendiri maupun tentang orang lain yang berhubungan dengan
dirinya. Banyak variabel yang terlibat dalam mengkaji sisi emosional perilaku
manusia dalam proses pembelajaran bahasa seperti rasa harga diri, rasa percaya
diri, kenal akan diri sendiri, dan percaya akan kemampuan diri sendiri.5
Dalam belajar bahasa, seseorang harus percaya pada dirinya sendiri agar berhasil
dengan baik. Apabila seseorang percaya akan dirinya sendiri maka ia akan lebih
bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang
menjadi tujuannya. Namun sebaliknya, apabila sesorang merasa dirinya tidak bisa,
mereka akan berhenti berusaha karena takut gagal. Siapapun yang belajar bahasa
tidak boleh takut salah. Karena seperti anak-anak yang sedang belajar bahasa
pertama yang mengalami peningkatan kemampuan bahasa atau bahasanya akan
menjadi lebih baik dengan belajar dari kesalahan.
Ada Tiga prinsip yang termasuk ke dalam kelompok prinsip pengajaran bahasa
afektif ini. Keempatnya ditandai dengan adanya keterlibatan emosional, baik
secara pribadi sebagai pelajar atau yang berhubungan dengan orang lain sebagai
makhluk sosial.
a. Prinsip Ego Bahasa (Language Ego)

Menurut prinsip ini, apabila seseorang belajar untuk menggunakan bahasa


kedua, maka ia juga mengembangkan identitas kedua (cara berpikir, merasa, dan
bertindak) terkait dengan bahasa kedua yang dia gunakan. Jika siswa belajar
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, mereka akan mengalami krisis identitas
karena mereka sedang mengembangkan identitas kedua. Kadang kala siswa
merasa bingung karena mereka kurang memahami budaya dan cara hidup penutur
asli bahasa kedua tersebut. Misalnya, siswa merasa dirinya konyol atau

5
Ibid.

8
dipermalukan ketika dia membuat kesalahan dalam pemilihan kata atau tata
bahasa dalam berkomunikasi. Dalam hal ini siswa akan merasa rapuh, defensif
dan menimbulkan berbagai hambatan.
b. Prinsip Percaya Diri (Self Confidence)

Prinsip ini sangat penting dikembangkan dalam diri pembelajar bahasa karena
akhir dari keberhasilan yang dicapai siswa tergantung pada prinsip percaya diri
sehingga siswa bisa memahami pelajaran tersebut. Dengan kata lain, keyakinan
pembelajar akan kemampuannya akan menjadi faktor berhasilnya dalam
mencapai tujuan. Sama halnya dengan prinsip sebelumnya, bahwa percaya diri
siswa sangat penting untuk dikembangkan. Apabila seseorang percaya akan
dirinya sendiri maka ia akan lebih bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin
untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Namun sebaliknya, apabila sesorang
merasa dirinya tidak bisa, mereka akan berhenti berusaha karena takut gagal.
c. Prinsip Pengambilan Resiko (Risk- Taking)

Prinsip ini bermanfaat untuk menumbuhkan keberanian siswa agar tidak takut
menggunakan bahasa target. Prinsip ini menyarankan agar siswa dibiasakan untuk
berani mengambil resiko dalam menggunakan bahasanya dengan tidak takut
berbut salah. Seperti yang dikemukakan oleh Brown (bahwa para pembeljar harus
mampu sedikit berjudi, harus bersedia menguji coba firasat tentang kemampuan
berbahasa dan mengambil resiko salah. Prinsip ini sering digunakan siswa-siswa
yang berhasil dalam belajar Bahasa.6
3. Prinsip-prinsip Linguistik

Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik
memahami sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan,
dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan
berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang
luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif yang sebenarnya,
bukan sekedar menirukan dan menghafalkan, pemilihan materi pelajaran pada

6
Ibid.

9
kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsifungsi bahasa, dan kaidah-kaidah
dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan untuk
dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Ada tiga prinsip pengajaran bahasa yang termasuk ke dalam kelompok linguistik
ini, yaitu prinsip pengaruh bahasa ibu, prinsip antarbahasa, dan prinsip kompetensi
komunikatif.
a. Prinsip Pengaruh Bahasa Ibu

Ada dua bentuk pengaruh bahasa ibu yaitu interfering and facilitating. Dalam
hal ini dimisalkan bahasa ibu yaitu bahasa Indonesia dan bahasa target adalah
bahasa Inggris. kesamaan pola kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
membantu siswa dalam menganalisis kalimat-kalimat pada bahasa target.
Sebaliknya, perbedaan pola frase nomina yang diterangkan oleh adjektiva yang
berlawanan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sering kali menyulitkan
bagi siswa yang berbahasa Indonesia mempelajari bahasa Inggris. Misalnya pada
kata rumah besar dalam bahasa Indonesia dan big house dalam bahasa Inggris.
dengan mengetahui dua bentuk pengaruh ini guru dapat mengidentifikasi kesalah
siswa dalam menggunakan bahasa target yang disebabkan oleh pengaruh bahasa
ibu.
b. Prinsip Antar Bahasa (Interlanguage)

Prinsip antar bahasa ini menekankan adanya pengaruh bentuk- bentuk bahasa
terhadap bahasa yang lain. Pembelajar bahasa kedua cenderung mendapatkan
pengaruh dari bentuk-bentuk bahasa terdahulu saat mereka berusaha untuk
menguasai bahasa kedua. Terkadang bahasa asli ditransfer secara negatif, maka
terjadilah interferensi. Akan tetapi, penting juga untuk diingat bahwa bahasa asli
pembelajar bahasa kedua sering juga ditransfer secara positif sehingga
memudahkan dalam belajar bahasa kedua.
c. Prinsip Kompetensi Komunikatif

Prinsip ini menekankan bahwa kompetensi komunikatif merupakan tujuan


dari kelas bahasa. Mengingat bahwa kompetensi komunikatif adalah tujuan dari
kelas bahasa, pembelajaran perlu menunjuk ke arah semua komponennya:

10
organisasi, pragmatis, strategis. dan psikomotor. Tujuan komunikatif akan
tercapai dengan baik melalui penggunaan bahasa yang tidak hanya untuk tujuan
akurasi tetapi juga untuk kefasihan atau kelancaran dan kegunaannya di dunia
nyata.7

D. TOKOH-TOKOH TATA BAHASA TRADISIONAL

Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai sebelum abad


ke-20 yang berpusat di Yunani. Studi perkembangan bahasa pada masa itu
diawali dari pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles. Di dalam genggaman
guru dan murid ini, bahasa terus menapaki berbagai bidang kajian keilmuan.8

Dalam perkembangannya di dalam aliran linguistik tradisional dikenal


linguistik zaman Yunani. Sejarah studi bahasa pada zaman Yunani ini sangat
panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 S.M sampai lebih kurang abad ke 2 M.
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada linguis pada waktu itu
adalah pertentangan antara bahasa bersifat alami (fisis) dan bersifat konvensi
(nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-
usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu
sendiri. kaum naturalis adalah kelompok yang menganut faham itu, berpendapat
bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya. Atau
dengan kata lain, setiap kata mempunyai makna secara alami, secara fisis.
Sebaliknya kelompok lain yaitu kaum konvensional, berpendapat bahwa bahasa
bersifat konvensi, artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi
dan kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.9

Selanjutnya yang menjadi pertentangan adalah antara analogi dan anomali.


Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu
bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa.

7
Abdul., C. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
8
Insum Malawat, Studi Komparatif: Aliran Linguistik Tradisional dan Linguistik Struktural,
Kibas Cendrawasih, 2015. Hal. 38
9
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Hal. 332

11
Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu.
Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kalau
bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa Inggris child menjadi
children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense bahasa Inggris dari write
menjadi wrote dan bukannya writed.10

Kelompok-kelompok yang termasuk dalam aliriran ini adalah Kaum Sophis


(abad ke-5 S.M), Plato (429-347 S.M), Aristoteles (384-322 S.M), Kaum Stoik
(Abad ke- 4S.M), Kaum Alexandrian.11

Kemudian dikenal lingistik zaman Romawi. Studi bahasa pada zaman


Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya
Yunani dan munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal
antara lain, Varro (116 – 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia
dengan karyanya Institutiones Grammaticae.12

Lalu, linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa pada zaman pertengahan


di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa
Latin menjadi Lingua Franta, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa
diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Berikutnya, linguistik zaman Renaisans.
Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol
yang perlu dicatat, yaitu13 :

1. Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai
bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.

2. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan malah
juga perbandingan.

Dan yang terakhir yang termasuk ke dalam linguistik tradisional adalah

10
Ibid. Hal. 333
11
Ibid. Hal. 333
12
Ibid. Hal. 333
13
Ibid. 334

12
masa menjelang lahirnya linguistik modern. Dalam masa ini ada satu tonggak yang
sangat penting dalam sejarah studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan
kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa- bahasa Yunani, Latin dan
bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional
di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa :

a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa
ujaran dengan bahasa tulisan.

b) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil


patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin.

c) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prekriptif, yakni benar atau salah.

d) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.

e) Penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu


dipertahankan.

13
BAB 4
PENUTUP
Simpulan

Penamaan teori tradisional dalarn linguistik dimaksudkan pcriode sebclum


munculnya linguistik modern. yakni scbelum abad ke- 20. Teori tradisional
didasarkan terutama pada analisis makna. Selain analisisnya berdasarkan makna,
tata bahasa tradisional tidak memerhatikan hierarki dalam bahasa sehingga batas
antara satuan-satuan gramatika yang satu dengan yang lain, tidak jelas.
Tata bahasa tradisional menurut Abdul Chaer adalah menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, rnisalnya, tata
bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian. Soeparno lebih lanjut menjelaskan cirl-ciri aliran tradisional (2002:44)
sebagai berikut.
a) Bertolak dari pikiran filsafat
b) Bertulak membedakan bahasa dan tulisan
c) Senang bermain dengan definisi
d) Berkiblat pada pola/kaidah dalam pemakaian bahasa
e) Level-level gramatik belum tertata dengan rapi

Ada Tiga prinsip yang termasuk ke dalam kelompok prinsip pengajaran bahasa
afektif ini. Keempatnya ditandai dengan adanya keterlibatan emosional, baik
secara pribadi sebagai pelajar atau yang berhubungan dengan orang lain sebagai
makhluk sosial.
d. Prinsip Ego Bahasa (Language Ego)
e. Prinsip Percaya Diri (Self Confidence)
f. Prinsip Pengambilan Resiko (Risk- Taking)
Prinsip-prinsip Linguistik

Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik
memahami sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan,
dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan
berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang

14
luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif yang sebenarnya,
bukan sekedar menirukan dan menghafalkan, pemilihan materi pelajaran pada
kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsifungsi bahasa, dan kaidah-kaidah
dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan untuk
dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Ada tiga prinsip pengajaran bahasa yang termasuk ke dalam kelompok
linguistik ini, yaitu prinsip pengaruh bahasa ibu, prinsip antarbahasa, dan prinsip
kompetensi komunikatif.

Sejarah perkembangan ilmu bahasa di dunia barat dimulai sebelum abad


ke-20 yang berpusat di Yunani. Studi perkembangan bahasa pada masa itu diawali
dari pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles. Studi bahasa pada zaman Romawi
dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, sejalan dengan jatuhnya Yunani dan
munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada zaman romawi yang terkenal antara lain,
Varro (116 – 27 S.M) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan
karyanya Institutiones Grammaticae. linguistik zaman Pertengahan. Studi bahasa
pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para
filsuf skolastik, dan bahasa Latin menjadi Lingua Franta, karena dipakai sebagai
bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Berikutnya,
linguistik zaman Renaisans. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman
renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu:

1. Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai
bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
2. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan
malah juga perbandingan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A.. Linguistik Umum. 2003. Jakarta: Rineka Cipta.

C, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

H. D, Brown. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (5th ed.). 2007.


Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Jamaris, M. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. 2010. Jakarta: Yayasan
Penamas Murni.
Malawat, I. (2015). Studi Komparatif: Aliran Linguistik Tradisional dan Linguistik
Struktural. Kibas Cendrawasih.

Nandang, Ade dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab. 2018. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

16

Anda mungkin juga menyukai