Disusun oleh:
Kelompok 5 :
Efitya Yanuaristiwi 180101021132
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi besar Muhammad saw yang telah mengubah peradaban dunia dari
zaman kebodohan menuju zaman yang berpendidikan yang berasaskan iman,
islam, dan ihsan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran
linguistik. Salah satunya aliran tradisional yang menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik .untuk memahami lebih jauh bagaimana terbentuknya tata
bahasa tradisional didalam aliran tradisional yang telah melalui masa yang sangat
panjang maka dari itu kita harus mempelajarinya terbentuknya tata bahasa
tradisional ini mulai zaman yunani sampai lahirnya linguistik modern sekitar akhir
abad ke 19.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan tatabahasa tradisional terhadap bahasa?
2. Apa saja prinsip-prinsip bahasa?
3. Siapa saja tokoh tatabahasa tradisional?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pandangan tatabahasa tradisional terhadap bahasa.
2. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip bahasa.
3. Mengetahui siapa saja tokoh tatabahasa tradisional.
3
BAB 2
BAHASA
A. TEORI TRADISIONAL (TATA BAHASA TRADISIONAL)
1
Ade Nandang dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), hal.105-106.
4
bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau
kejadian. Soeparno lebih lanjut menjelaskan cirl-ciri aliran tradisional (2002:44)
sebagai berikut2,
a) Bertolak dari pikiran filsafat
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran tradisional menggunakan
landasan/pola pikir fitsafat, yakni banyaknya pembagian jenis kata yang
bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma·rhema-syndesmos
produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai
saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
b) Bertulak membedakan bahasa dan tulisan
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua lstilah
diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang
hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan
bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, hal yang paling utama
adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara
filosofis,
d) Berkiblat pada pola/kaidah dalam pemakaian bahasa
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional
mcngambil alih pola-pola bahasa lain untuk ditcrapkan pada bahasa mereka
sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata
2
Ibid , hal.106-107.
5
bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran
kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela, Pengajaran bahasa
di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata
bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori
bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan
masyarakat Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa
nomative dan tata bahasa preskriptif
e) Level-level gramatik belum tertata dengan rapi
Level [tataran] yang terendah mcnurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf
adalah kata sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini,
huruf didefinisikan sebagai unsur bahasa yang terkecil, kata didefinisikan
sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sementara kalimat
didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala yang
menyangkut aktivitas otak termasuk kedalam ranah ini. Menurut pandangan
kognitif proses belajar yang terjadi dalam diri individu adalah suatu proses
penerimaan informasi. Belajar dimulai dari input yang datang dari lingkungan
diterima oleh panca indera, kemudian diproses dan disimpan di dalam memori dan
output dari pembelajaran adalah berbagai kemampuan atau competencies. 3
Prinsip-prinsip kognitif ini terbagi menjadi lima prinsip, yaitu: Otomatisasi,
Pembelajaran Bermakna, Antisipasi Penghargaan, Motivasi Intrinsik, dan Strategi
Investasi.
3
Jamaris, M. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni,
2010.
6
a. Prinsip Otomatisasi
4
Brown, H. D. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (5th ed.). Jakarta: Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Jakarta, 2007.
7
2. Prinsip-prinsip Afektif
Afeksi mengacu kepada emosi atau perasaan. Ranah afektif adalah sisi
emosional dalam perilaku manusia, dan dapat disandingkan dengan sisi kognitif.
Emosi atau perasaan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor kepribadian,
perasaan tentang diri sendiri maupun tentang orang lain yang berhubungan dengan
dirinya. Banyak variabel yang terlibat dalam mengkaji sisi emosional perilaku
manusia dalam proses pembelajaran bahasa seperti rasa harga diri, rasa percaya
diri, kenal akan diri sendiri, dan percaya akan kemampuan diri sendiri.5
Dalam belajar bahasa, seseorang harus percaya pada dirinya sendiri agar berhasil
dengan baik. Apabila seseorang percaya akan dirinya sendiri maka ia akan lebih
bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang
menjadi tujuannya. Namun sebaliknya, apabila sesorang merasa dirinya tidak bisa,
mereka akan berhenti berusaha karena takut gagal. Siapapun yang belajar bahasa
tidak boleh takut salah. Karena seperti anak-anak yang sedang belajar bahasa
pertama yang mengalami peningkatan kemampuan bahasa atau bahasanya akan
menjadi lebih baik dengan belajar dari kesalahan.
Ada Tiga prinsip yang termasuk ke dalam kelompok prinsip pengajaran bahasa
afektif ini. Keempatnya ditandai dengan adanya keterlibatan emosional, baik
secara pribadi sebagai pelajar atau yang berhubungan dengan orang lain sebagai
makhluk sosial.
a. Prinsip Ego Bahasa (Language Ego)
5
Ibid.
8
dipermalukan ketika dia membuat kesalahan dalam pemilihan kata atau tata
bahasa dalam berkomunikasi. Dalam hal ini siswa akan merasa rapuh, defensif
dan menimbulkan berbagai hambatan.
b. Prinsip Percaya Diri (Self Confidence)
Prinsip ini sangat penting dikembangkan dalam diri pembelajar bahasa karena
akhir dari keberhasilan yang dicapai siswa tergantung pada prinsip percaya diri
sehingga siswa bisa memahami pelajaran tersebut. Dengan kata lain, keyakinan
pembelajar akan kemampuannya akan menjadi faktor berhasilnya dalam
mencapai tujuan. Sama halnya dengan prinsip sebelumnya, bahwa percaya diri
siswa sangat penting untuk dikembangkan. Apabila seseorang percaya akan
dirinya sendiri maka ia akan lebih bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin
untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Namun sebaliknya, apabila sesorang
merasa dirinya tidak bisa, mereka akan berhenti berusaha karena takut gagal.
c. Prinsip Pengambilan Resiko (Risk- Taking)
Prinsip ini bermanfaat untuk menumbuhkan keberanian siswa agar tidak takut
menggunakan bahasa target. Prinsip ini menyarankan agar siswa dibiasakan untuk
berani mengambil resiko dalam menggunakan bahasanya dengan tidak takut
berbut salah. Seperti yang dikemukakan oleh Brown (bahwa para pembeljar harus
mampu sedikit berjudi, harus bersedia menguji coba firasat tentang kemampuan
berbahasa dan mengambil resiko salah. Prinsip ini sering digunakan siswa-siswa
yang berhasil dalam belajar Bahasa.6
3. Prinsip-prinsip Linguistik
Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik
memahami sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan,
dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan
berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang
luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif yang sebenarnya,
bukan sekedar menirukan dan menghafalkan, pemilihan materi pelajaran pada
6
Ibid.
9
kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsifungsi bahasa, dan kaidah-kaidah
dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan untuk
dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Ada tiga prinsip pengajaran bahasa yang termasuk ke dalam kelompok linguistik
ini, yaitu prinsip pengaruh bahasa ibu, prinsip antarbahasa, dan prinsip kompetensi
komunikatif.
a. Prinsip Pengaruh Bahasa Ibu
Ada dua bentuk pengaruh bahasa ibu yaitu interfering and facilitating. Dalam
hal ini dimisalkan bahasa ibu yaitu bahasa Indonesia dan bahasa target adalah
bahasa Inggris. kesamaan pola kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
membantu siswa dalam menganalisis kalimat-kalimat pada bahasa target.
Sebaliknya, perbedaan pola frase nomina yang diterangkan oleh adjektiva yang
berlawanan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sering kali menyulitkan
bagi siswa yang berbahasa Indonesia mempelajari bahasa Inggris. Misalnya pada
kata rumah besar dalam bahasa Indonesia dan big house dalam bahasa Inggris.
dengan mengetahui dua bentuk pengaruh ini guru dapat mengidentifikasi kesalah
siswa dalam menggunakan bahasa target yang disebabkan oleh pengaruh bahasa
ibu.
b. Prinsip Antar Bahasa (Interlanguage)
Prinsip antar bahasa ini menekankan adanya pengaruh bentuk- bentuk bahasa
terhadap bahasa yang lain. Pembelajar bahasa kedua cenderung mendapatkan
pengaruh dari bentuk-bentuk bahasa terdahulu saat mereka berusaha untuk
menguasai bahasa kedua. Terkadang bahasa asli ditransfer secara negatif, maka
terjadilah interferensi. Akan tetapi, penting juga untuk diingat bahwa bahasa asli
pembelajar bahasa kedua sering juga ditransfer secara positif sehingga
memudahkan dalam belajar bahasa kedua.
c. Prinsip Kompetensi Komunikatif
10
organisasi, pragmatis, strategis. dan psikomotor. Tujuan komunikatif akan
tercapai dengan baik melalui penggunaan bahasa yang tidak hanya untuk tujuan
akurasi tetapi juga untuk kefasihan atau kelancaran dan kegunaannya di dunia
nyata.7
7
Abdul., C. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
8
Insum Malawat, Studi Komparatif: Aliran Linguistik Tradisional dan Linguistik Struktural,
Kibas Cendrawasih, 2015. Hal. 38
9
Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Hal. 332
11
Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu.
Sebaliknya, kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kalau
bahasa itu tidak teratur mengapa bentuk jamak bahasa Inggris child menjadi
children, bukannya childs; mengapa bentuk past tense bahasa Inggris dari write
menjadi wrote dan bukannya writed.10
1. Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai
bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
2. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan malah
juga perbandingan.
10
Ibid. Hal. 333
11
Ibid. Hal. 333
12
Ibid. Hal. 333
13
Ibid. 334
12
masa menjelang lahirnya linguistik modern. Dalam masa ini ada satu tonggak yang
sangat penting dalam sejarah studi bahasa, yaitu dinyatakan adanya hubungan
kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa- bahasa Yunani, Latin dan
bahasa-bahasa Jerman lainnya. Dalam pembicaraan mengenai linguistik tradisional
di atas, maka secara singkat dapat dikatakan, bahwa :
a) Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa
ujaran dengan bahasa tulisan.
13
BAB 4
PENUTUP
Simpulan
Ada Tiga prinsip yang termasuk ke dalam kelompok prinsip pengajaran bahasa
afektif ini. Keempatnya ditandai dengan adanya keterlibatan emosional, baik
secara pribadi sebagai pelajar atau yang berhubungan dengan orang lain sebagai
makhluk sosial.
d. Prinsip Ego Bahasa (Language Ego)
e. Prinsip Percaya Diri (Self Confidence)
f. Prinsip Pengambilan Resiko (Risk- Taking)
Prinsip-prinsip Linguistik
Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik
memahami sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan,
dirumuskan prinsip-prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan
berbahasa adalah sebuah proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang
14
luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran dalam situasi komunikatif yang sebenarnya,
bukan sekedar menirukan dan menghafalkan, pemilihan materi pelajaran pada
kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsifungsi bahasa, dan kaidah-kaidah
dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan untuk
dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Ada tiga prinsip pengajaran bahasa yang termasuk ke dalam kelompok
linguistik ini, yaitu prinsip pengaruh bahasa ibu, prinsip antarbahasa, dan prinsip
kompetensi komunikatif.
1. Selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai
bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab.
2. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga
mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa dan
malah juga perbandingan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nandang, Ade dan Abdul Kosim, Pengantar Linguistik Arab. 2018. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
16