Oleh :
Kelompok II
Nama : Muhammad Irfan Anshhori
Philips P.G. Siagian
Fristita Desania
Riski Sahrida Nasution
Yulia Siska Siahaan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang telah
memberikan petunjuk dalam pembuatan makalah filsafat ilmu ini, terlebih lagi pemakalah
berharap dengan adanya makalah ini dapat mendatangkan manfaat yang baik bagi
pembaca.
Demikianlah makalah ini diperbuat, pemakalah mengharapkan pembaca dapat
mengambil manfaat dan tujuan dibuatnya makalah ini. Pemakalah juga mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca, apabila terdapat sesuatu yang kurang berkenan dihati
pembaca. Pemakalah merasa masih memiliki banyak kekurangan. Mudah-mudahan
pembaca dapat memakluminya.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantari.......................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II Pembahasan .................................................................................................. 2
A. Pengertian bahasa ......................................................................................... 2
B. Pengertian Logika .......................................................................................... 4
C. Kaitan Antara Bahasa dan Logika ................................................................. 6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keseharian, berbahasa tentunya bukan hal yang yang asing di telinga. Seluruh
aktifitas yang dilalui tidak lepas dari berbahasa. Dalam pelaksanaanya, berbahasa bukan
hanya sekedar mengemukakakn informasi atau hanya sekedar berkomunikasi. Bahasa
cakupannya sangat luas. Bahasa juga merupakan sarana berfikir ilmiah, yakni digunakan
dalam penemuan kebenaran ilmiah.
Seiring dalam perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan logika dalam
berfikir dan membuat aturan. Kebanyakan orang-orang tersebut menganggap remeh
tentang logika dan berfikir seenaknya saja, mereka menginginkan hal yang mudah dan
praktis. Sehingga yang terjadi adalah kejanggalan-kejanggalan dalam komunitas
masyarakat banyak. Dibalik itu semua, diantara hubungan logika dengan ilmu-ilmu lain,
terutama hubungan logika dengan bahasa sangat berpengaruh dalam kehidupan.
Sekaligus untuk eksistensi masa depan yang lebih terpapar dan terencana. Yang
prosesnya memang tidak mudah sebagaimana keinginan masyarakat saat ini yang
berbeda jauh. Logika dan bahasa adalah dua kesatuan yang saling berhubungan erat dan
berpengaruh pada kebahasaanya dalam kehhidupan sehari hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari bahasa ?
2. Apa yang dimaksud dengan Logika berfikir ?
3. Apa kaitan bahasa dengan logika ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa
2
untuk menentukan sifat-sifat mana yang harus dimiliki oleh bahasa leluhurnya supaya
perubahan nantinya dapat terjadi. Sekelompok bahasa yang diturunkan dari leluhur
yang sama dikenal sebagai rumpun bahasa. Bahasa yang digunakan dunia sekarang
tergolong pada keluarga Indo-Eropa. Termasuk di dalamnya adalah bahasa seperti
Inggris, Spanyol, Portugis, Rusia, dan Hindi; Bahasa Sino Tibet, yang melingkupi
Bahasa Mandarin, Cantonese, dan banyak lainnya; Rumpun bahasa Afro-Asiatik yang
melingkupi Arab, Amhar, Somali, dan Hebrew; dan bahasa Bantu, yang melingkupi
Swahili, Zulu, Shona, dan ratusan bahasa lain yang digunakan di Afrika.
Konsensusnya adalah antara 5090% bahasa yang digunakan sejak awal abad ke-21
kemungkinan akan punah pada tahun 2100
Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu sistem symbol yang tidak hanya
merupakan urutan bunyi-bunyi empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya
nonempiris. Dengan demikian bahasa adalah merupakan sistem symbol yang
memiliki makna, merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia,
serta merupakan sarana pengejawantahan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-
hari, terutama dalam mencari hakikat kebenaran dalam hidupnya.
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusi, tanpa bahasa tidak ada
komunikasi. Joseph Broam mengatakn bahwa a language is a structured system of
arbitary vocal symbol by means of wich members of social group interact( bahasa
adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol simbol bunyi arbiter yang
dipergunakan oleh para angggota suatu kelompok sosial sebagai alat begaul satu sama
lain).
1. Fungsi bahasa
3
Fungsi instrumental yakni penggunaan bahasa untuk mencapaii suatu hal
yang bersifat materi,
Fungsi regulatoris yakni penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan
tingkah laku,
Fungsi interaksional yakni penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan pemikiran antara seseoang dan orang lain,
Fungsi personal yakni seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan
perasaan dan pikiran
Fungsi heuristik yakni penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir
fenomena dan keingiinan untuk mempelajarinya,
Fungsi iamjinatif yakni penggunaan untuk mengungkapkan imajinasi
seseorang dan gambaran gambaran tentang discovery seseorang dan tidak
sesuai dengan realita.
Fungsi representasional yakni penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang lain.
B. Pengertian Logika
Secara Etimologis, Logika berasal dari kata Yunani logike (kata sifat) dan kata
bendanya adalah (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. atau yang lebih sederhana
perkataan sebagai manifestasi pikiran manusia. Luce mengatakan bahwa Logos berarti
wacana (discourse), maka dengan demikian pikiran dengan kata mempunyai
hubungan erat, artinya bahwa bahasa mempunyai kaitan erat dengan pikiran(Rakhmat
2013).
Logika adalah sarana berfikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan
karena itu berfikir logis adalah berfikir ssuai dengang aturan aturan berfikir , seperti
setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu. tidak hanya de facto, pada
kenyataannya juga sering de jure. Berfikir tidak dapat dijalankan semau maunya.
Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka berfikir membutuhkan jenis jenis
pemikiran yang sesuai . pikiran didikat oleh haikat dan struktur tertentu, meskipun
4
kini belum sepenuhnya terungkap , pemikiran kita tunduk pada hukum hukum
tertentu. Penalaran dalam fungsinya sebagai kegiatan berfikir tentunya memiliki
karakteristik atau ciri-ciri tertentu. Pertama, adanya pola berfikir yang secara luas
(logis), hal inilah yang sering disebut sebagai logika. Selanjutnya dapat dikatakan
bahwa setiap usaha penalaran mempunyai logikanya tersendiri karena ia merupakan
sebuah proses berfikir. Sehingga Berfikir secara logis dapat dimaknai sebagai suatu
pola, dan ketentuan tertentu yang digunakan dalam proses berfikir. Maka dari itu
sebuah kerangka logika dalam satu hal tertentu sangat mungkin dianggap tidak logis
jika ditinjau dari kerangka lainnya. Hal inilah yang menimbulkan adanya
ketidakkonsistenan dalam menggunakan pola pikir, yang akhirnya melahirkan
beberapa motode pendekatan yang bermacam-macam. Kedua, penalaran harus
bersifat analistik, dengan maksud ia merupakan pencerminan dari suatu proses
berfikir yang bersandar pada suatu analisa dan kerangka berfikir tertentu, dengan
logika sebagai pijakannya. Secara sederhananya poin kedua ini merupakan sebuah
proses menganalisa denga n logika ilmiah sebagai pijakannya. Yang mana analisa
sendiri adalah suatu kegiatan berfikir dengan langkah-langkah yang tertentu. Sehingga
kegiatan berfikir tidak semuanya berlandaskan pada penalaran. Maka dari itu berfikir
dapat dibedakan mana yang menggunakan dasar logika dan analisa, serta mana yang
tanpa menggunakan penalaran seperti menggunakan perasaan, intuisi, ataupun hal
lainnya. Karena hal-hal tersebut bersifat non-analistik, yang tidak mendasarkan diri
pada suatu pola berfikir tertentu.
Kondisi adalah hal hal yag harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Untuk berfikir dengan baik , yakni berfikir benar, logis-dialektis, juga
dibutuhkan kondisi kondisi tertentu.
Mencintai kebenaran
Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang dikerjakan,
Katahuilah (dengan sadar) apa yang sedang dikatakan,
Buat distingsi (pembedaan) dan pembagian(klasifikasi) yang semestinya,
Cintailah defenisi yang tepat,
Ketahuilah (dengan sadar) mengapa menyimpulkan begini dan begitu,
Hindarilah kealahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga, serta
sangguplah mengenali jenis macam dan nama kesalahan , demikian juga
mengenali sebab kesalahan pemikiran (penalaran).
2. Klasifikasi
3. Aturan Defenisi
Defenisi secara etimologi berarti suatu usaha untuk memberi batasan terhadap
sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkan kepada orang lain.
5
Defenisi yang baik adalah Jmi wal mani( menyeluruh dan membatasi)
(Bachtiar:2013).
Logika sendiri menurut Aristoteles tidak lepas dari istilah silogistik. Ia merupakan
sebuah penjelasan yang dalam prosesnya mengandung unsur abstraksi/premis
mayor dan difinisi/premis minor keduanya diperlukan untuk membangun sebuah
konsep yang benar sebelum melangkah menjadi proposisi, proposisi inilah yang
akhirnya akan bermuara pada kesimpulan. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang
dikumpulkan oleh manusia bukan hanya sebuah kumpulan koleksi semata, namun ia
merupakan kompilasi dari berbagai macam esensi dari fakta-fakta tersebut.
Penarikan kesimpulan dalam berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan logika deduktif dan logika induktif. Selain itu bahasa sebagai sarana
berpikir ilmiah juga sangat berperan penting dalam melakukan kegiatan berpikir
ilmiah. Karena bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah serta media untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan
abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah.
Bahasa merupakan alat berpikir, apabila dikuasai dan digunakan dengan tepat
maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan
tepat. Logis atau masuk akal, merupakan ukuran yang hampir selalu dipakai dalam
kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam kegiatan berilmu. Dalam pembicaraan yang
tidak penting pun lawan bicara kita selalu menuntut penjelasan yang logis. Dalam
berilmu, yaitu mengembangkan, memahami dan mengkomunikasikan ilmu, logis atau
tidak merupakan ukuran mutlak. Inilah alat ukurnya, sebagaimana termometer
digunakan untuk mengukur suhu.
Logika sebagai cara menarik kesimpulan, berkerja dalam bentuk kata, istilah dan
kalimat. Kata-kata dipilih dan disusun secara tepat. Pemilihan dan penempatanya akan
menentukan makna yang dikandungnya. Semua ini termasuk dalam lingkup
berbahasa. Menurut Irving Copi, bukan berarti seseorang dengan sendirinya mampu
menalar atau berpikir secara tepat hanya dengan mempelajari logika, meskipun ia
sudah memiliki pengetahuan metode dan prinsip berpikir. Dalam logika dibutuhkan
pengetahuan serta keterampilan. Pengetahuan mengenai metode-metode dan prinsip-
prinsip berpikir harus dimiliki bila seseorang ingin melatih kemampuanya dalam
berpikir. Sebaliknya pula, seseorang hanya bisa mengembangkan keterampilan
berpikirnya bila sudah menguasai metode-metode dan prinsip-prinsip berfikir.
Keterampilan beragumen, terutama argumen deduktif, merupakan syarat pokok dalam
berilmu. Melalui nalar deduktif diperoleh kesimpulan (conclusion) sehingga dapat
menyimpulkan apakah sesuatu yang disampaikan dapat dinilai kebenaranya (benar
atau salah) dan kevalidanya (valid atau tidak valid).
6
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik
berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis, Kempen mengemukakan bahwa
Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi
mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara
manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat
mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun
secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai
oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga
dengan bahasa orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang
disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat, tertulis ataupun lisan. Jadi bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi. Ilmu bahasa menyajikan kaidah-kaidah penyusunan
bahasa yang baik dan benar, dan logika menyajikan tata cara dan kaidah berpikir
secara benar dan lurus.oleh karena itu keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik
dan benar dalam praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada
kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu
kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka
seseorang tidak akan dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain.
7
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Bahasa adalah sebuah bentuk pemikiran yang dapat untuk dipahami serta mempunyai
suatu hubungan dengan kenyataan, memiliki struktur, serta bentuk yang logis. Bahasa
merupakan sarana berfikir ilmiah, dimana bahasa merupakan alat untuk memperoleh
sebuah kebenaran. Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara benar, dapat
dibuktikan serta bermuara pada kesimpulan yang benar.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://shari8894.blogspot.co.id/2016/04/mata-kuliah-logika-bahasa.html