KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah, kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Etika Barbahasa
ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Etika Berbahasa ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, 29 September 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.1
Daftar Isi.......2
BAB I PENDAHULUAN.........3
1.1 Latar Belakang.......3
1.2 Rumusan Masalah..3
1.3 Tujuan.....3
Tinjaua Pustaka......(4/5)
Metode Penulisan.5
BAB II PEMBAHASAN..6
1. Pengertian Bahasa....6
2. Fungsi Bahasa.....(7/8)
3. Etika Berbahasa....(8/9/10)
BAB III PENUTUP....11
1. Kesimpulan.11
2. Saran........11
DAFTAR PUSTAKA.12
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan Para ahli mengenai pengertian Bahasa antara lain sebagai berikut :
a. Muh. Areif Muhsin , Bahasa adalah karakter yang menjiwai suatu bangsa. Bahasa
menjadi alat pemersatu bangsa yang digunakan oleh masyarakat untuk saling
berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Bahasa sangatlah dekat dengan kita
terutama bahasa daerah atau bahasa ibu yang merupakan lambang identitas lokal. Di
Indonesia terdapat berbagai macam bahasa daerah yang tersebar di berbagai wilayah
dan menjalin kontak sosial dengan bahasa yang lain, seperti bahasa asing dan bahasa
Indonesia itu sendiri
b. Keraf dalam Smarapradhipa (2005): memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian
pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah
sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer.
c. Owen dalam Stiawan (2006), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be
defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed
combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang
diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui
kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur
oleh ketentuan).
d. Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi
(dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai
sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan
pikiran.
e. Walija (1996), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap
dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada
orang lain.
f. Syamsuddin (1986), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah
alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan4
perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa
adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang
jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
g. Algeo (2005) Sebuah bahasa adalah sistem tanda vokal konvensional dengan cara
yang manusia berkomunikasi. Definisi ini memiliki beberapa istilah penting, yang
masing-masing diperiksa dalam beberapa detail hal tersebut adalah sistem, tandatanda, vokal, konvensional, manusia, berkomunikasi.
h. Depdiknas (2005), Bahasa merupakan sebuah ucapan yang berasal dari perasaan
serta pikiran manusia yang disampaikan secara teratur dan dengan memakai bunyi
sebagai mediumnya.
i. Bolinger Bahasa adalah suatu sistem fonem yang terbentuk karena adanya perbedaan
bunyi, sintaksis dan sistem morfem untuk mengungkapkan makna yang berhubungan
dengan dunia luar dimana dunia luar yang dimaksud yaitu kenyataan.
j. Felicia Bahasa adalah suatu alat yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari
baik berupa tulis maupun tulisan
METODE PENULISAN
Penulisan ini menggunakan metode qualitative research. Dalam pengumpulan
data-data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan (library
research), dengan merujuk kepada artikel, buku-buku, internet, dan berita-berita
media yang relevan. Dalam pengumpulan data-data tersebut penulis lebih mengacu
kepada data-data dari internet dan buku-buku, karena keterbatasan enulis dalam mencari datadata yang original.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ketika anggota masyarakat menginginkan untuk
berkomunikasi dengan sesamanya, maka orang tersebut akan menggunakan suatu bahasa
yang sudah biasa digunakannya untuk menyampaikan sesuatu informasi. Pada umumnya
bahasa-bahasa tersebut dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, hal ini
dapat dikarenakan adanya perbedaan kultur, lingkungan dan kebiasaan yang mereka miliki.
Mungkin asumsi beberapa orang berpendapat bahwa tidak hanya bahasa saja yang dapat
dijadikan sebagai media komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa terdapat dua orang atau
lebih yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah
disepakati bersama. Mereka memakai beberapa alat ataupun media untuk menyampaikan
suatu kabar yang memang ingin diinformasikan kepada pihak lain dengan menggunakan
lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbiter, yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat untuk bekerjasama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dilihat dari pengertian yang ada dalam kamus
tersebut, dapat difahami bahwa bahasa juga dapat berfungsi sebagai lambang bunyi sebagai
mana not yang ada pada nada, akan tetapi fungsi atau manfaat yang diberikan sangatlah
berbeda antara keduanya. Bunyi yang dihasilkan oleh bahasa dipreoritaskan untuk
menyampaikan suatu informasi serta lebih menitik beratkan pada kepadatan isinya bukan
pada fungsi estetika yang dihasilkannya.
Bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah
hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud
dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi
ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang dapat disampaikan melalui lisan, tulisan
maupun media lain yang sudah disepakati oleh pihak yang berkomunikasi. Bahasa yang
disampaikan melalui lisan dapat disebut dengan bahasa primer sedangkan bahasa yang
diutarakan dengan menggunakan selain lisan disebut dengan bahasa sekunder.
Adapun pengertian dari berkomunikasi melalui lisan yaitu berkomunikasi dengan
menggunakan suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang memiliki ciri
khas tersendiri yang dapat berbada makna ketika diucapkan oleh orang dan kondisi yang
berbeda . Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat
6
jauh berbeda. Misalnya kata sarang dalam Bahasa Korea yang memiliki arti cinta, dalam
Bahasa Indonesia artinya adalah tempat tinggal burung atau binatang-binatang lain. Sedang
pengertian dari tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata
bermakna dan dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif. Mimik, ekspresi wajah, intonasi, dan
gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang
dilakukannya.
2. Fungsi Bahasa
Dalam komunikasi sehari-hari alat yang sering digunakan untuk berkomunikasi adalah
bahasa, baik berupa bahasa tulis maupun bahasa lisan. Bahasa sebagai sarana komunikasi
tentunya mempunyai fungsi berdasarkan kebutuhan seseorang secara sadar atau tidak sadar
yang digunakannya. Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi,
dan sarana untuk kontrol sosial.
juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada
orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan
marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsurangsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
3. Etika Berbahasa
Sebagai alat komunikasi, bahasa tentunya mempunyai aturan-aturan tertentu yang
disesuaikan dengan situasi dan komunikan yang menggunakannya. Peribahasa mengatakan
bahasa menunjukan bangsa, hal ini secara tidak langsung mengatakan bahwa perilaku
berbahasa seseorang dapat dijadikan tolak ukur keberadaban suatu bangsa. Tidaklah salah
jika pepatah mengatakan bahasa adalah cerminan pribadi seseorang, karena melalui tutur kata
kita dapat menilai pribadi seseorang. Tutur kata yang baik, lemah lembut, sopan-santun,
orang akan mencitrakan kita sebagai pribadi yang baik dan berbudi sebaliknya apabila
perkataan seseorang buruk maka citraan buruklah yang akan melekat kepada pribadi orang
tersebut. Kenapa demikian? Karena bahasa juga dapat menjadi alat kekerasan verbal yang
terwujud dalam tutur kata seperti memaki, memfitnah, menghasut, menghina, dan lain
sebagainya. Hal itu akan berdampak negatif terhadap perilaku seseorang seperti permusuhan,
perkelahian, aksi anarkisme, provokasi dan sebagainya.
Di dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan eufemisme yaitu gaya bahasa pelembut
dengan cara menggantikan kata-kata dengan kata lain yang lebih sesuai dan tidak
menyinggung perasaan. Contonya seperti dalam kalimat Dimana tempat kencingnya?
diganti dengan Dimana kamar kecilnya? Kata "tempat kencing"(dalam bahasa sehari-hari
biasa juga disebut WC) tidak cocok jika akan digunakan untuk percakapan yang sopan. Kata
kamar kecil dapat menggantikannya. Kata kamar kecil ini konotasinya lebih sopan daripada
kata tempat kencing. Jadi dalam eufemisme terjadi pergantian nilai rasa dalam percakapan
dari kurang sopan menjadi lebih sopan. Beberapa waktu yang lalu, ketika lagi serunya
membicarakan kasus bail out bank century, bahkansekarang ini mereka sibuk dengan pasar
ikan, ada yang jualan teri bahkan jualan piranha. Sungguh disayangkan anggota DPR yang
notebene terhormat sering menggunakan intonasi yang tinggi sehingga terkesan saling
mencaki-maki satu sama lainnya, lebih-lebih lagi dengan apa yang dilakukan oleh Ruhut
Sitompul dan Gayus Lumbuun dalam perang mulut menggunakan kata-kata yang tidak pantas
(kasar) sehingga memberi kesan buruk bagi masyarakat.
Dalam bahasa Sunda ada yang disebut dengan undak usuk bahasa (tingkatan) yang
digunakan dalam komunikasi sesama pengguna bahasa. Tingkatan tersebut meliputi 1) bahasa
yang digunakan ketika berbicara dengan orang tua atau orang yang lebih tua 2) bahasa yang
digunakan ketika berbicara dengan sesama/setara (usia) dan 3) bahasa yang digunakan ketika
berbicara dengan yang lebih muda. Ketiga tingkatan itu merupakan tatanan yang tidak bisa
diabaikan begitu saja karena didalamnya terdapat sebuah nilai norma yang mengikat.
Di dalam ajaran Islam pun telah dijelaskan dengan gamblang, seperti dalam surat An-Nisa
ayat 114 yang berbunyi "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali
bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf,
atau mengadakan perdamaian diantara manusia". Dengan demikian hendaknya pembicaran
dilakukan dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah,
ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat serta tidak
ambiguitas.
Sejalan dengan itu, Q.S. Al Qalam [68]: 10-11), "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi menghina. Yang banyak mencela, yang kian kemari
menghambur fitnah". Hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi,
"Orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaknya berkata baik jika tidak bisa
9
lebih baik diam". Dalam hadis lain Nabi saw mengatakan "Orang yang disebut Muslim
adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya. Sempurnanya ajaran Islam, etika
dalam berbahasa pun diaturnya dengan lugas.
Anjuran diatas juga relevan dengan pepatah lama yang mengatakan bahwa lidah itu tak
bertulang. Lidah itu memang lunak, oleh karena itu orang yang lemah pun bisa bersilat lidah.
Lidah itu lebih tajam dari pedang. Jika luka tersayat oleh pedang tidaklah susah untuk
mengobatinya tetapi kalau luka hati tersayat oleh kata-kata, hendak kemana kita mencari
penawarnya?
Begitupun dengan ungkapan mulutmu harimaumu--segala perkataan yang terlanjur kita
keluarkan apabila tidak dipikirkan dahulu akan dapat merugikan diri sendiri. Apalagi katakata itu berisi kebohongan yang dapat menimbulkan fitnah. Peribahasa mengatakan fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan, begitu dahsyatnya kata-kata yang diucapkan sehingga
lebih buruk dari menghilangkan nyawa sekalipun.Berapa banyak persaudaraaan yang terputus
karena tikaman lidah dan gigitan harimau.
Sebagai bangsa yang beradab sudah semestinya kita menjaga perilaku berbahasa baik
dalam situasi formal maupun informal yang mampu menciptakan suasana komunikasi yang
baik sehingga mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan demikian perlu dapat ditarik kesimpulan bahwa Bahasa adalah sistem simbol
bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan perasaan dan pikiran.
Bahasa juga memiliki sebuah tujuan dari pembelajaran bahasa. Banyak orang yang belajar
bahasa dengan berbagai tujuan yang berbeda. Ada yang belajar hanya untuk mengerti, ada
yang belajar untuk memahami isi bacaan, ada yang belajar untuk dapat bercakap-cakap
dengan lancar, ada pula yang belajar untuk gengsi-gengsian, dan ada pula yang belajar
dengan berbagai tujuan khusus. Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran adalah
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan
diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman,
dan penggunaan.
2. Saran
Demi tercapainya persatuan dalam keberagaman yang ada di Indonesia maupun di Dunia
perlu adanya kesadaran untuk menanamkan rasa nasionalisme dalam diri sendiri. Sebagai
generasi muda dan salah satu cara untuk mencapainya yaitu dengan mempelajari bahasa
Indonesia secara detail dan mendalam serta menanamkan rasa kecintaan, kesenangan untuk
mempelajari Bahasa Indonesia. Serta menerapkanya secara baik dan benar, karena dengan
menerapkan Bahasa Indonesia secara tepat dan benar maka akan mempererat Negara
Indonesia dari berbagai ragam bahasa. Serta Bahasa Indonesia dapat mempersatukan antar
sesame bangsa.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://informasiana.com/pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_bahasa
http://riajelita.tumblr.com/post/98321480293/fungsi-bahasa-secara-umum-dan-kedudukanbahasa
http://www.kompasiana.com/kutinas/etika-berbahasa_550d9570a33311e11a2e3cd3
12