Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah Pengertin dan hubungan sosial lingustik lainnya ini bisa selesai
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya
tentang Majas yang merupakan salah satu bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil penulis susun ini


bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya
penulis meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang
berkenan. Serta tak lupa penulis juga berharap adanya masukan serta kritikan yang
membangun dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Tomohon, April 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN..............………………………………………………3
A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………...3
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………...4
C. TUJUAN PENULISAN………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………5
A. PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK. …………………………………..5
B. HUBUNGAN SOSIAL LINGUISTIK DALAM BIDANG- BIDANG
LINGUISTIK LAINNYA………………………………………………12
BAB III PENUTUP……………………………………………………………..18
A. KESIMPULAN………………………………………………………….18
B. SARAN………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia adalah makhluk individual yang bersosial ( berkelompok )
yang membutuhkan manusia lainnya di dalam kelompok tersebut. Dan untuk
mengidentifikasi setiap indivual dalam kelompok, maka dipelukan adanya
sebuah alat yang dapat mengidentifikasi hal tersebut, yang dinamakan dengan
bahasa.
Bahasa merupakan suatu komponen penting yang digunakan dalam
berkomunukasi. Pengenalan tentang kebahasaan pun perlu sekali ditingkatkan.
Untuk itu, sebagai warga negara yang baik kita hendaknya mempelajari bahasa
tidak hanya sekedar tahu bagaimana cara mengkomunikasikannya, tetapi juga
tahu kaidah-kaidahnya. Baik kaidah secara tertulis maupun secara lisan.
Seperti kita ketahui, bahasa dan masyarakat merupakan dua sisi mata
uang yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin masyarakat tanpa bahasa dan
tidak mungkin pula ada bahasa tanpa masyarakat. Seperti yang kita ketahui
bahwa fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.
Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki
manusia, tidak hanya dapat dikaji secara internal tetapi juga secara eksternal.
Artinya pengkajian bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan menganalisis
struktur fonologis, morfologis maupun sintaksisnya, melainkan dapat pula
dikaji dengan hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang
berkaitan dengan pemakaian bahasa itu oleh para penuturnya di dalam
kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan.
Pengkajian secara eksternal inilah yang menghasilkan rumusan-
rumusan yang berkaitan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut
dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat. Pengkajian secara
eksternal ini tidak hanya melibatkan teori dan prosedur linguistik saja, tetapi
juga melibatkan teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa itu, sehingga wujudnya berupa ilmu antardisiplin yang

3
namanya merupakan gabungan dari disiplin ilmu-ilmu yang bergabung itu,
umpamanya sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara disiplin sosiologi dan
disiplin linguistik dengan bahasa sebagai objek kajiannya.Namun satu hal yang
harus digarisbawahi bahwasanya bahasa sebagai objek kajian sosiolinguistik
tidak dilihat maupun didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat dan didekati
sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.
Persoalan kita sekarang adalah apakah sosiolinguistik itu
sebenarnya; bagaimana hubungannya dengan disiplin ilmu lain; dan apa
kegunaan serta masalah-masalah sosiolinguistik. Atas dasar di atas penyusun
kemudian tertarik untuk membicarakan masalah seputar sosiolinguistik,
kegunaan dan ruang lingkup sosiolinguistik.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Pengertian ilmu linguistic.
2. Hubungan sosial linguistic dalam bidang- bidang linguistik lainnya.

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dan manfaat dari Makala ini adalah :
1. Untuk mengetahui Pengertian ilmu linguistik
2. Untuk mengetahui hubungan sosial linguistic dalam bidang- bidang
linguistic lainnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SOSIOLINGUISTIK.
Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’.
Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa
yaitu:
1. Langue: suatu bahasa tertentu.
2. Langage: bahasa secara umum.
3. Parole: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics).


Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan
mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam peristilahan Perancis
disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak Linguistik modern adalah
Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang bahasa berjudul Course de
Linguistique Generale yang diterbitkan pertama kali tahun 1916.
Sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian
bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau
lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
Menurut Abdul Caher, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Didalam
bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam
sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata
tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam
serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam
Linguistik Umum).
Sosiolinguistik dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lainnya ,seperti
ekonomi, sosiologi atau dengan linguistik sendiri ,merupakan ilmu relatif baru .
Ditinjau dari nama, Sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik ,kerena itu
SL mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah
masyarakat,dan linguistik adalah kajian bahasa . Jadi Sosiolinguistik adalah kajian
tentang bahasa yang dikaikan dengan kondisi masyarakat. ( Sumarsono, tahun 2002
dalamSosiolinguistik.)
Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan
organisasi sosial perilaku bahasa , tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja
,melainkan juga sikap-sikap bahasa , perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa.
Batasan semacam ini ingin menarik Sosiolinguistik ke bidang sosiologidaripada ke
linguistik . Dalam kajian Sosiolinguistik memang ada kemungkinan orang memulai
dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa ,tetapi bisa pula

5
berlaku sebaliknya ,memulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-
gejala kemasyarakatan.( Sumarsono, tahun 2002dalam Sosiolinguistik).
1. Sosiolinguistik menurut para ahli.

a. Salah satu teori sosiolinguistik yang bisa dipakai sebagai rujukan adalah
teori dari Nababan, bahwa pengkajian bahasa dengan dimensi
kemasyarakatan disebut Sosiolinguistik oleh Nababan, tahun 1984
dalam Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
b. Menurut Abdul Chaer, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang
mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat.
Di dalam bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang
dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa,
tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari
adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian
ragam bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum. )
c. Sosiolinguistik yang menurut sejumlah ahli (Wardhaugh, 1985, Holmes
1995) adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi
antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor
sosiokultural pertuturannya, tentu saja mengasumsikan pentingnya
pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya,
seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik edalam
mengidentifikasikan, dan menjelaskan fenomena-fenoma yang menjadi
objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau
regionalnya.

2. Cabang- cabang linguistic


Cabang-cabang linguisik dibagi dua yaitu mikrolinguistik dan
makrolinguistik. Mikrolinguistik dibagi dua yakni umum (fonologi,
morfologi, semantik, sintaksis) dan untuk bahasa tertentu. Makrolinguistik
dibagi dua pula yakni bidang interdisipliner dan bidang linguistik terapan.
a. Mikrolunguistik.
Mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari
bahasa dalam arti sempit, yaitu bahasa dalam kedudukannya sebagai
fenomena alam yang berdiri sendiri. Mikrolinguistik mempelajari bahan
bahasa secara langsung tentang sifat-sifat, struktur, cara kerja, dan
sebagainya. Mikrolinguistik dibagi menjadi dua, yaitu mikrolinguistik
bersifat umum dan mikrolinguistik untuk bahasa - bahasa tertentu.
1) Umum
a) Fonologi merupakan cabang mikro linguistik yang ruang
lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa ditinjau dari
fungsinya.

6
b) Morfologi merupakan anak cabang dari mikro linguistik yang
cakupan pembahasannya tentang kata dan kelompok kata.
Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur kata, bagian-
bagiannya dan cara pembentukannya.
c) Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal,
gramatikal ataupun kontekstual
d) Sintaksis menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain
di atas kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara
penyesuaiannya

2) Bahasa tertentu
a) Linguistik deskriptif (Descriptive linguistics) adalah pendekatan
linguistik dengan menggunakan teknik penelitian lapangan dan
tata istilah yang sesuai untuk bahasa yang diselidiki. Metode
kerjanya adalah metode deskriptif, yaitu memberikan atau
menggambarkan struktur dan system bahasa yang dipelajari
sebagaimana adanya
b) Linguistik struktural (Structural linguistics) adalah pendekatan
dalam penyelidikan bahasa yang menganggap bahasa sebagai
system yang bebas.
c) Linguistik historis (Historical linguistics) adalah cabang
linguistik yang menyelidiki perubahan-perubahan jangka
pendek dan jangka panjang dalam system bunyi, gramatika, dan
kosa kata suatu bahasa atau lebih.
d) Linguistik komperatif (Comparative linguistics) adalah cabang
linguistik yang mempelajari kesepadanan fonologis, gramatikal,
dan leksikal dari bahasa-bahasa yang berkerabat atau dari
periode-periode historis dari suatu bahasa.
e) Linguistik historis komperatif (Historical and comparative
linguistics) adalah bidang linguistik yang menyelidiki
perkembangan bahasa dari satu masa ke masa yang lain, serta
menyelidiki perbandingan satu bahasa dengan bahasa yang lain.
f) Linguistik diakronis adalah cabang linguistik yang
mendeskripsikan struktur bahasa yang hidup dalam dua periode
atau lebih. Hasil deskripsi masing-masing periode tersebut
biasanya dibandingkan satu sama lain, sehingga menghasilkan
cabang Linguistik Komperatif Diakronis.
g) Linguistik sinkronis (Synchronic linguistics) adalah cabang
linguistik yang mendeskripsikan struktur bahasa yang hidup
dalam satu masa. Karena kegiatan cabang linguistik ini ialah
mendeskripsikan struktur bahasa, maka sering disebut
Linguistik Deskriptif Sinkronis.

7
h) Linguistik kontranstif (Contranstive linguistics) adalah cabang
linguistik yang cara kerjanya memperbandingkan struktur dua
bahasa atau lebih yang tidak serumpun dengan maksud mencari
pertentangan (contrast). Hasil kerja linguistik ini penting bagi
pelaksanaan pengajaran bahasa kedua (bahasa asing) dan
terjemahan.

b. Makrolinguistik
Makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari
bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, seperti
dari segi kejiwaan, social, pengajaran, pengobatan, dan filsafat. Kajian
secara eksternal itu dibagi menjadi dua bidang, yaitu bidang
interdisiplinier dan bidang terapan. Bidang Interdisiplinier merupakan
kajian gabungan dua disiplin ilmu, yakni kajian bahasa dan kajian yang
lain.
1) Bidang linguistic interdisipliner.
a) Fonetik adalah cabang linguistik yang menyelidiki penghasilan,
penyampaian, dan penerimaan bunyi bahasa, yaitu bunyi-bunyi
yang dihasilkan oleh alat-alat ucapan yang terdapat dalam
rongga mulut dan yang digunakan untuk melambangkan
makna. Fonetik merupakan ilmu interdisiplinier antara
linguistik dengan fisika, anatomi, psikologi. Kajian fonetik
dibagi tiga yaitu fonetik artikulatoris, akustik, dan auditoris. 1)
Fonetik artikulatoris adalah fonetik yang melihat bunyi bahasa
dari segi cara menghasilkannya, 2) fonetik akustik adalah
fonetik yang memandang dari segi maujudnya sebagai
gelombag bunyi, dan 3) fonetik auditoris adalah fonetik yang
memandang bunyi bahasa dari segi penangkapannya.
b) Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
bahasa dengan perilaku dan alat akal budi manusia.
Psikolinguistik merupakan ilmu interdisiplinier linguistik
dengan psikologi. Objek studi psikolinguistik, di antaranya
ialah proses perkembagan bahasa pada anak-anak, proses
belajar-mengajar bahasa, proses terjadinya percampuran
pemakaian bahasa oleh orang yang menguasai dua bahasa atau
lebih. Dalam psikolinguistik, bahasa dilibatkan pada masalah
pengaruh proses, psikis terhadap pelaksanaan bahasa
c) Linguistik Antropologi (Anthropological Linguistics) adalah
cabang linguistik yang menelaah hubungan antara bahasa dan
budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu
digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan
bermasyarakat. Antropologi linguistik adakalanya disebut

8
etnolinguistik yaitu menelaah bahasa bukan hanya dari
strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya
dalam konteks situasi sosia budaya. Kajian antropologi
linguistic antara lain menelaah struktur dan hubungan
kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola
pengasuhan anak, atau menelaah bagaimana anggota
masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti
pada upacara adat, lalu menghubungkannya dengan konsep
budayanya
d) Linguistik Etnografi (Ethnographic linguistics) adalah
penyelidikan mengenai lingkungan alam dan budaya suatu
masyarakat bahasa dengan mempergunakan teknik penelitian
lapangan untuk mendeskripsikan konteks situasi suatu
pertuturan
e) Linguistik sosiologi (sociological linguistics) adalah
penyelidikan bahasa yang berpegang pada pandangan bahwa
bahasa tidak dapat dipisahkan dari konteks social manusia, dan
yang menghubungkan analisis bahasa dengan gaya
pengungkapan orang atau kelompok. Sebagai contoh dapat
dikemukakan pemakaian ragam bahasa jawa (kasar = ngoko,
halus= kromo) yang disebabkan oleh sifat hubungan (perbedaan
tingkat sosial, tingkat ekonomi, tingkat keakraban, dan
sebagainya) antara pembicara dan pendengar.
f) Neurolinguistik merupakan kajian yang berupaya memahami
kerja otak untuk memproses kegiatan berbahasa sebagaimana
psikolinguistik hanya saja fokusnya berbeda. Neurolinguistik
berfokus pada upaya untuk membuat sebuah model neural
program yang merupakan rekuntruksi kerja otak dalam
memproses kegiatan bicara, mendengar, membaca, menulis,
dan berbahasa isyarat. Neurolinguistik lebih berkecimpung
dalam memahami kesulitan berbahasa atau gangguan
berbahasa, yang mencakup kegiatan bcara, mendengar,
membaca, menulis, dan berbahasa isyarat yang mengganggu
kemampuan berkomunikasi. Termasuk di dalamnya gangguan
berbahasa karena bisu dan tuli sejak lahir.
g) Filologi adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang tertua
yang menkhususkan diri pada comparative historical
linguistics, yaitu bidang penelitian kekerabatan bahasa dan
perubahan bahasa dengan cara membandingkan berbagai
bahasa. Selain itu filologi linguistik juga mengkaji transkripsi,
terjemahan, pelacakan, naskah babon, dan memaknai
informasi yang terdapat dalam naskah-naskah kuno. Kajian

9
filologi pada umumnya terfokus pada naskah kuno yang
dituliskan di atas kertas, lontar, atau bilah bamboo
h) Stilistika merupakan cabang ilmu linguistik yang
memfokuskan diri pada analisis gaya bahasa. Kajian Stilistika
cenderung melakukan pembahasan bahasa tulis termasuk kaya
sastra. Stilistika mencoba memahami mengapa si penulis
cenderung menggunakan kata-kata atau ungkapan tertentu.
Adakalanya stilistika digunakan untuk maksud yang lebih
luas, yaitu menandai gaya bahasa berdasarkan variasi bahasa
regional dan juga variasi bahasa sosial.
i) Filsafat bahasa (Linguistics Philosophy) adalah ilmu yang
menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan
manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoritis linguistik.
Filsafat bahasa merupakan interdisipliner antara linguistik dan
filsafat. Istilah-istilah filsafat, seperti subjek, predikat, objek,
dalam uraian Yunani, masih berpengaruh sampai sekarang
j) Epigrafi merupakan cabang ilmu linguistik yang menelaah isi
tulisan pada prasasti. Pada umumnya epigrafi dipelajari leh
seorang arkeologi.
k) Paleografi adalah cabang yang mempelajari bahasa dalam
kaitannya dengan pendeskripsian tulisan – tulisan kuno
terutama yang berasal dari abad pertengahan (penafsiran
tulisan kuno).
l) Semiotika adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari
bahasa dalam kaitannya dengan simbol/lambang.

2) Bidang Linguistic terapan.


Bidang terapan adalah kajian yang berusaha mengkaji
bahasa untuk diterapkan pada dunia lain. Yang termasuk dalam
bidang terapan adalah
a) Linguistik Medis (Language Pathology) adalah
bidang linguistik terapan yang mencakup cacat bahasa, dan
sebagainya. Linguistik medis disebut juga patologi bahasa.
b) Linguistik Edukasional juga dikenal dengan nama linguistik
pedagogis. Adalah cabang linguistik terapan yang
bersangkutan dengan peningkatan efesiensi pengajaran bahasa
dengan menyediakan deskrisi yang komprehensif mengenai
proses-proses dasar dan dengan mempergunakan metode
pengajaran yang memadai
c) Linguistik forensik (Forensic Linguistics) adalah salah stu
cabang linguistic terapan yang berkaitan dengan hukum.

10
Linguistik forensik digunakan untuk menyidik kejahatan yang
sebagian pembuktiannya berupa data bahasa.
d) Leksikografi adalah cabang ilmu linguistik terapan yang
mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
e) Penerjemahan (translation) adalah bidang linguistik terapan
yang mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari
suatu bahasa ke bahasa yang lain. Tujuan utama penerjemahan
adalah menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin
dengan naskah aslinya
f) Sosiolinguistik Terapan adalah bidang linguistik yang terapan
mempelajari penerapan/ penggunaan bahasa dalam
komunikasi sosial
g) Grafologi adalah kajian linguistik mengenai sistem simbol
yang digunakan untuk menyampaikan pesan bahasa dalam
bentuk tetulis. Grafologi mengkhususkan diri pada jenis
simbol apa yang dipilih untuk membentuk sebuah sistem tulis,
berapa jumlah simbol yang digunakan untuk mentransfer
bunyi bahasa ke dalam bentuk tertulis, bagaimana aturan
penggunaan simbol-simbol itu sehingga dapat dipakai untuk
menuliskan bahasa lisan. 1) Ortografi, yaitu sistem ejaan yang
disepakati untuk sebuah bahasa, 2) Stenografi, yaitu sistem
menulis secara singkat dan cepat. 3) Kriptografi, yaitu sistem
menuliskan pesan-pesan rahasia. 4) Paedografi, yaitu sistem
menulis yang didesain khusus untuk membantu anak-anak
belajar membaca. 5) Teknografi, yaitu sistem menuliskan hal-
hal khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan seperti aksra
fonetik untuk para linguis, simbol-simbol khusus untuk bidang
kimia, simbol-simbol khusus kartografi untuk membuat peta,
dan simbol-simbol khusus untuk pemrograman komputer.
h) Pengajaran bahasa adalah bidang linguistik terapan yang
mempelajari bahasa untuk kepentingan proses belajar
mengajar bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing
i) Mekanolinguistik (linguistik komputasi) adalah bidang
linguistik terapan yang mencakup penggunaan linguistik untuk
ilmu komputer dan usaha untuk membuat mesin
penerjemahan; memanfaatkan komputer dalam penelitian
bahasa
j) Pembinaan bahasa adalah bidang linguistik terapan yang
mempelajari bahasa agar pemakai bahasa sadar dan patuh
terhadap kaidah yang berlaku
k) Medikolinguistik adalah bidang linguistik terapan yang
mempelajari bahasa untuk diterapkan di dalam pengobatan

11
l) Fonetik terapan adalah cabang ilmu linguistik terapan yang
mempelajari bunyi bahasa dan penggunaanya di dalam
praktek.

B. HUBUNGAN SOSIAL LINGUISTIK DALAM BIDANG- BIDANG


LINGUISTIK LAINNYA.

1. Sosiolinguistik dengan sosiologi


Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi
kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat, tingkah laku
masyarakat. Secara kongkret, sosiologi mempelajari kelompok-kelompok
dalam masyarakat, seperti keluarga, clan (subsuku), suku, bangsa. Di dalam
masyarakat ada semacam lapisan , seperti lapisan penguasa dan lapisan
rakyat jelata, atau kasta-kasta yang berjenjang, juga dipelajari sosiologi.
Tentu saja untuk mempelajari hal-hal semacam itu kita harus mempunyai
data yang memadai, yang banyak melibatkan banyak orang atau anggota
masyarakat .Kita tidak dapat mengatakan susuan keluarga orang jawa adalah
begini atau begitu ,jika kita hanya mendasarkan kepada satu keluarga jawa
saja. Begitu pula, kita tidak dapat mengidentifikasikan ciri-ciri pimpinan
jawa jika tidak melibatkan sang pemimpin dngan anggota yang dipimpin.
Jadi, sosiologi paling tidak berhadapan dengan dua individu dalam
masyarakat . Sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan
dengan masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi ,dalam arti
Sosiolinguistik memerlukan data atau subyek lebih dari satu orang individu
.Dalam kajian ,keduanya menggunakan metode kuantitatif . Sosiolinguistik
juga menggunakan metode sampling (randon atau acak) ,karena kadang-
kadang tidak mungkin seluruh anggota masyarakat dilibatkan atau dijadikan
subjek atau informan.Dalamkaitan kedua metode itu tidak mustahil
Sosiolinguistik juga menggunakan statistik,seperti halnya sosiologi. Dalam
mengumpulkan data ,baik sosiologi maupun Sosiolinguistik menggunakan
metode wawancara ,rekaman,mengumpulkan dokumen dan sebagainya.
Sedangkan dalam pengolahan data menggunakan metode deskriptif.Namun
kita lihat juga perbedaan antara kedua studi tersebut . Sampai tahap tertentu
sosiologi memang menyentuh bahasa ,misalnya kalau dia berbicara tentang
hubungan antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota yang lain ,
atau mengidentifikasikan ciri-ciri sebuah kelompok masyarakat yang
merupakan suku atau bangsa .Tetapi,tentu saja sosiologi tidak sampai
berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang sekecil-kecilnya ,misalnya
tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak akan berbicara tentang ragam
atau variasi bahasa yang dipakai oleh seorang pemimpin, misalnya, ketika
dia berbicara dengan istri dirumah ,dengan tukang sapu di kantor , dengan
anggota kelompoknya didalam rapat. Sebaliknya, justru ragam bahasa itu

12
yang menjadikan salah satu obyek Sosiolinguistik. Jadi ,obyek utama
sosiologi bukan bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan tujuan
mendeskripsikan masyarakat dan tingka laku .Dan obyek utama SL adalah
variasi bahasa bukan masyarakat. ( Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik. ).

2. Sosiolinguistik dengan ilmu umum.


Linguistik umum (General Linguistic) sering kali disebut Linguistik
saja, mencakup fonologi , morfologi dan sintaksis. Linguistik disini hanya
berbicara tentang struktur bahasa , mencakup bidang struktur bunyi ,
struktur morfologi dan struktur kalimat, dan akhir ini juga struktur wacana
. Linguistik yang demikian itu menitikberatkan pembicaraan pada bunyi-
bunyi bahasa ,karena atas dasar anggapan ,bahasa itu berupa bunyi yang
berstruktur dan bersistem. Semua bahasa seperti itu , meski tidak ada dua
bahasa yang memiliki struktur yang persis sama .Jadi,linguistik mempunyai
pandangan monolitik terhadap bahasa .Artinya , bahasa dianggap sebagai
satu sistem yang tunggal, linguistik melihat bahasa sebagai suatu sestem
tertutup ,suatu sistem yang berdiri sendiri terlepas dari kaitanya dengan
struktur masyarakat . Bahasa dianggap sebagai sistem yang komponen-
komponenya bersifat homogen. Dalam penelitian, seorang linguis memakai
satu atau dua orang subyek sebagai informan. Tutur informan itu kemudian
di analisis ,dan dari satu dua orang itu si linguis kemudian menyusun tata
bahasa atau memberikan struktur bahasa yang diteliti . Tentu saja infoman
itu terpilih dari orang-orang yang bertutur dalam satu ragam tertentu , yaitu
ragam baku.(Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik).
Fokus pemerian linguistik itu struktur atau bunyi bahasa sebagai
sitem , wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal , dan satuan
terbesar yang digarap umumnya hanya pada tataran kalimat . Sebaliknya,
seorang sosiolinguis , yang fokusnya fungsi bahasa , data yang dicari dan
dianalisis adalah data verbal plus nonverbal. SL memperhatikan fonologi ,
morfologi, dan sintaksis , tetapi satuan terbesar yang menjadi obyeknya
adalah wacana , setidaknya sosiolinguis memulai dari wacana,baru turun ke
tataran yang lebih kecil. Karena masalah SL itu fungsi bahasa ,
pendekatanya tidak cukup eka/tunggal disiplin (seperti linguistik)
melainkan harus anekadisiplin (multidisipliner) , meliputi sosiologi,
antropologi , psikologi sosial. Uraian cukup lengkap tentang perbedaan SL
dan linguistik dapat dibaca . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik).

3. Sosiolinguistik dengan Dialektologi


Dialektologi adalah kajian tentang variasi bahasa. Dia mempelajari
berbagai dialek dalam suatu bahasa yang tersebar di berbagai wilayah .

13
Tujuannya untuk mencari hubungan kekeluargaan di antara dialek-dialek itu
, juga menetukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata , berikut
maknanya dari masa ke masa dan dari suatu tempat ke tempat lain . Titik
berat kajian terletak pada kata. (Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik).
Metode yang dipakai dialektologi adalah metode komparatif dan
metode historis-diakronis. Artinya ,dia membanding-bandingkan dan di
dalam membandingkan itu dialektologi menunjukkan sejarah dari bentuk
sebuah kata , karena itu dia menjangkau lebih dari satu masa ,yaitu masa
kini dan lampau.Disamping itu jelas pula bagi penglihatan kita ,dialektologi
meneliti kata-kata pada dialek regional yaitu dialek yang didasarkan atas
batas-batas wilayah alam.( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik ).
Sosiolinguistik menggunakan juga metode komparatif,tetapi biasanya
bukan historis diakronis.Yang dibandingkan juga bukan hanya kata-kata.
Sosiolinguistik kadang-kadang meneliti persoalan seperti “kapan si A
menggunakan kata X ,dan kapan Z?” tetapi perbandingan itu masih dalam
batas waktu dimana si A itu hidup .Dengan kata lain Sosiolinguistik
menggunakan metode deskriptif-sinkronis, yaitu melihat obyek
sebagiamana adanya pada suatu saat tertentu .Kajian Sosiolinguistik yang
bersifat kesejarahan tampak pada kajian tentang pergeseran atau kepunahan
bahasa.Perbedaan lain yang cukup mendasar adalah Sosiolinguistik lebih
banyak meniik beratkan kajiannya atas variasi bahasa bukan atas dasar
batas-batas regional atau batas-batas alam,melainkan pada batas- batas
kemasyarakatan seperti perbedaan usia,jenis kelamin,status sosial,lapisan
sosial,dan sebagainya. Tentu saja masih da kemungkinan, Sosiolinguistik
berhadapan dengan dialek regional .( Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik ).

4. Sosiolinguistik dengan Retorika


Retorika dimaksudkan sebagai kajian tentang tutur terpilih (selected
speech). Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa (style) .
Seseorang yang akan bertutur mempunyai kesempatan untuk menggunakan
berbagai variasi,dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-
bahannya.Seseorang yang menyuruh orang lain didepannya untuk pergi
dapat menggunakan berbagai caa atau ungkapan.Dia bisa menggunakan
sebuah kata saja “pergi” dengan suara keras. Bisa pula menggunakan
kalimat perintah yang lebih halus “silahkan anda pergi” ,tetapi bisa pula
menggunakan kalimat tanya “Apa lagi yang anda tunggu disini?”.Untuk
memilih bentuk atau kalimat yang di ucapkan , dia bisa mempertimbangkan
yang paling efektif untuk situasi dan kondisi pada waktu itu . Bagaimana si
penutur menggunakan suatu bentuk ujaran,situasi dan kondisi yang
mendukung pemilihan bentuk itu, dan kekuatan yang terkandung dalam

14
ucapan,sehingga orang yang disuruh pergi misalnya , betul-betul mau
pergi,merupakan persoalan retorika.( Sumarsono, tahun 2002
dalamSosiolinguistik ).
Retorika mempunyai kesejajaran dengan Sosiolinguistik ,yaitu variasi
bahasa sebagai obyek studi keduanya .Tetapi tidak seperti retorika ,
Sosiolinguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang
terpilih saja .Slmempelajari semua variasi yang ada ,kemudian dikaitkan
dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu.Retorika cenderung
ke arah kajian tutur individu,seperti munculnya kajian tentang “gaya
bahasa” si A atau si B.Ini tentu tidak menjadi objek
Sosiolinguistik.(Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik ).

5. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial


Psikologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan
psikologi,tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi.Psikologi
mengurusi masalah proses mentalindividu, seperti inteligensi
,minat,sikap,kepribadian, dan semacamnya.Manakala masalah semacam itu
menyangkut sekelompok manusia ,analisinya ditangani oleh psikologi
sosial .Dan karena Sosiolinguistik itu berkaitan dengan bahasa masyarakat
,hubungan antara Sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu
ada.(Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik ).
Sosiologi dapat mendekati suatu masalah Sosiolinguistik seperti
pilihan bahasa (language choice) ,yaitu bahasa atau ragam bahasa yang
dipilih oleh seseorang penutur ketika ia melakukan interaksi verbal dengan
cara mengamati (mensurvai) terlebih dahulu sempel yang akan diteliti
dalam kaitanya dengan struktur sosial , dan melakukan analisis statistik
terhadap hasil survai itu.Jika kita memakai metode atau pendekatan
psikologi sosial,perhatian kita lebih tertuju kepada proses psikologis
daripada kategosi sosial yang luas .Kita bisa juga melakukan hal-hal
sebagaimana sosiologi ,seperti melakukan survai ,menentukan sampel ,dan
memakai analisis statistik ,tetapi yang kita cari lebih mengarah kepada
motivasi-motivasi individual daripada struktur sosial .Dengan kata
lain,psikologi sosial lebih berwawasan perorangan (personal oriented)
daripada berwawasan sosial(social oriented).Tentu saja “perorangan” itu
masih dalam kaitan dengan kedudukannya sebagai warga masyarakat
.Pendekatan psikologi sosial ini bisa pula kita pakai dalam menganalisis
misalnya sikap bahasa (language attitude) yaitu sikap sekelompok
masyarakat terhadap sesuatu bahasa.( Sumarsono , tahun 2002dalam
Sosiolinguistik ).

15
6. Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi adalah kajia tentang masyarakat dari sudut kebudayaan
dalam arti luas. Kebudayaan dalam arti luas bisa mencakup hal-hal seperti
kebiasaan , adat,hukum,nilai,lembaga sosial,religi,teknologi,bahasa. Bagi
antropologi ,bahasa sering kali dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri
(identitas) bagi sekelompok orang berdasarkan etnik. Masarakat jakarta
dapat dipilah-pilah berdasarkan etnik mereka,menjadi kelompok cina
,Arab,Batak,Jawa,Sunda,Betawi dan sebagainya,dan ciri atau jati diri tiap
kelompok itu adalah bahasa.
Bagaimana seorang warga Jakarta berhubungan dengan warga lain
,bahasa apa yang dipakai ,merupakan kajian Sosiolinguistik. Metode yang
dipakai untuk mengumpulkan data dapat berupa wawancara,kuesioner,atau
pengamatan. Salah satu teknik pengamatan yang banyak dipakai oleh
Sosiolinguistik adalah apa yang disebut pengamatan berpartisipasi
(participant observation) : peneliti melibatkan diri dalam kehidupan
masyarakat yang diteliti sambil mengamati apa yang sedang terjadi.
Peneliti memang dapat bertanya kepada informan seperti “Dalam
hubungan dengan anggota suku lain ,Anda mamekai bahasa apa?” ,baik
dengan wawancara ataupun kuesioner ,tetapi yang lebih baik dengan
melibatkan diri ke dalam kehidupan orang itu dan mengamati apa yang
benar-benar terjadi jika ia berbicara dengan orang dari suku liain.(
Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik).

7. Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro


Kedua istilah ini , mikro dan makro ,mengacu pada luas dan sempit
cakupan . Jika sosiolinguistik membicarakan masalah-masalah “besar dan
luas” , ia masuk sosiolinguistik mikro, sebaliknya , jika yang dibicarakan
adalah masalah-masalah “kecil dan sempit” ia masuk sosiolinguistik mikro
. Sudah kita ketahui berdasarkan sensur penduduk ,1980 ,jumlah penduduk
Indonesia 170 juta. Jumlah itu dapat dipilah-pilah berdasarkan tempat
tinggal , jenis kelamin ,usia ,pendidikan, pekerjaan,mata pencaharian. Ini
merupakan gejala sosial .Jika kemudian faktor sosial ini kita hubungkan
sdengan bahasa,kita memasuki bidang sosiolinguistik. Kita bisa berbicara
tentang jumlah pendukung atau penutur bahasa Jawa, Sunda,Bali,,dan
sebagainya.Dari dua kali sensus ,yang berjarak 10 tahun ,kita dapat
bertanya tentang orang yang mampu berbahasa Indonesia ,menurun atau
bertambah; tentang sejumlah orang yang dalam kehidupan sehari-hari
dirumah beralih dari bahasa daerah ke bahada Indonesia .Kita juga bisa
berbicara tentang perencanaan tau pembinaan bahasa.Semua ini masuk
cakupan sosiolinguistik makro.( Sumarsono, tahun 2002 dalam
Sosiolinguistik )

16
Kalau kita berbicara tentang peristiwa tutur dalam sebuah pesta adat
pada suku A,misalnya pesta pinangan ,kita bisa disebut sebagai objek
sosiolinguistik mikro. Kita dapat teliti urutan peristiw tutur itu, siapa yang
mulai membuka , siapa melanjutkan ,bagaimana gilirannya,ragam bahasa
apa yang dipakai? Ada orang mengatakan , sosiolinguistik mikro itu
menelaah tentng “siapa berbicara dalam (ragam) bahasa apa ,kepada siapa,
tentang apa atau siapa,dalam situasi apa , dengan maksud apa,dan
sebagainya “ . ( Sumarsono, tahun 2002 dalam Sosiolinguistik ).
sosiolinguistik mikro, menurut Roger Bell (1976) , lebih menekankan
perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok
guyup tutur (intragroup interection) , sedang sosiolinguistik makro menitik
beratkan perhatian pada interaksi antar penutur dalam konteks antar
kelompok (intergroup interection). Analisis atau deskripsi sosiolinguistik
mikro relativ lebih dekat dengan arientasi linguistik , tetapi dengan
cakupan tetap lebih luas dari analisis linguistik (fishman , 1968). Sebalinya,
sosiolinguistik makro , yang mempunyai objek dengan skala lebih luas dan
lebih besar, memperhatikan komunikasi antar kelompok dalam suatu
masyarakat bahasa , bahkan sampai tingkatan bangsa dalam sebuah negara
: memperhatikan kontak bahasa antara kelompok mayoritas dengan
kelompok minoritas , pemertahanan bahasa minoritas , dan hal-hal lain
yang menyangkut kelompok penutur yang jumlahnya banyak. Pada
umumnya dapat dikatakan , manakala suatu pemecahan masalah
kebahasaan itu orientasinya mendekati orientasi sosial , pendekatanya
cenderung ke sosiolinguistik makro, tetapi kalau ia mendekati orientasi
linguistik , pendekatannya mendekati sosiolinguistik mikro.( Sumarsono,
tahun 2002 dalam Sosiolinguistik ).

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat
pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak
dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.
Cabang-cabang linguisik dibagi dua yaitu mikrolinguistik dan
makrolinguistik. Mikrolinguistik dibagi dua yakni umum (fonologi,
morfologi, semantik, sintaksis) dan untuk bahasa tertentu. Makrolinguistik
dibagi dua pula yakni bidang interdisipliner dan bidang linguistik terapan.
Sosiolingustik juga memiliki hubungan dengan bidang- bidang lain,
seperti Sosiolinguistik dengan sosiologi, Sosiolinguistik dengan ilmu
umum, Sosiolinguistik dengan Dialektologi, Sosiolinguistik dengan
Retorika, Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial, Sosiolinguistik dengan
Antropologi, Sosiolinguistik Makro dengan Sosiolinguistik Mikro.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan
dan jauh dari dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://sastra33.blogspot.com/2011/06/linguistik-1.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolinguistik

^ "Sosiolinguistik", Sosiolinguistik Perkenalan Awal (edisi ke-2), 1984.

^ Chaer, Abdul (1994), "Sosiolinguistik", Linguistik Umum (edisi ke-1), Jakarta:


Rineka Cipta, ISBN 979-518-587-X.

^ Wijaya, I Dewa Putu; Rohmadi, Muhammad (2006), Sosiolinguistik, Kajian


Teori dan Analisis (edisi ke-1), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, ISBN 979-2458-78-
6.

^ Deckert, Sharon K. dan Caroline H. Vikers. (2011). An Introduction to


Sociolinguistics: Society and Identity. Hal. 59

^ Deckert, Sharon K. dan Caroline H. Vikers. (2011). An Introduction to


Sociolinguistics: Society and Identity. Hal. 74-76

^ Wardhaugh, Ronald (2006). An Introduction to Sociolinguistics, New York:


Wiley-Blackwell.

http://ferdinan01.blogspot.com/2009/02/hubungan-linguistik-dan-
sosiolunguistik.html
https://www.linguistikid.com/2016/12/cabang-cabang-ilmu-linguistik.html
Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik: PerkenalanAwal. Jakarta: RinekaCipta.
Sumarsono .2002 : Sosiolinguistik . Yogyakarta : Pustaka Pelajar
http://melodi2022.blogspot.com/2015/03/hubungan-sosiolinguistik-dengan-
ilmu.html
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, Tangerang: al-Kitabah,
2012

19

Anda mungkin juga menyukai