PENDAHULUAN
Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya
sebagai sesuatu bernilai tinggi, luhur yang sangat penting arti dan maknanya bagi
masyarakat pencinta karya sastra geguritan khususnya masyarakat Bali. Hal ini
dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali baik pada upacara
keagamaan, media masa cetak, dan elektronik yang meliputi siaran televisi dan
radio. Masih dijaganya adat istiadat dan sistem keagamaan di Bali yang selalu
Geguritan berasal dari kata gurit, yang berarti gubah, karang, atau sadur
ditinjau dari segi isinya geguritan merupakan salah satu karya sastra yang
Dengan demikian, geguritan adalah puisi naratif yang tidak bisa dikaji hanya
dengan menggunakan teori puisi modern saja, namun dikaji berdasarkan unsur-
unsur yang khas. Hal ini disebut dengan paletan tembang. Unsur-unsur paletan
1
tembang terdiri dari tiga unsur, yaitu unsur bunyi, unsur lambang, dan unsur isi
Geguritan sebagai salah satu bentuk karya sastra Bali klasik memang dapat
diartikan, dihayati, dan dijadikan pedoman hidup (Agastia, 1980: 25). Membaca
sebuah karya sastra geguritan tidaklah sama seperti membaca sebuah karya sastra
prosa. Geguritan dibentuk oleh pupuh-pupuh dan pupuh tersebut diikat oleh
beberapa syarat. Syarat-syarat pupuh yang biasa disebut dengan pada lingsa.
Pada lingsa meliputi banyaknya baris dalam tiap-tiap bait (pada), banyaknya
suku kata dalam tiap baris (carik), dan bunyi akhir dalam tiap baris. Di Bali
terkenal ada sepuluh jenis pupuh, yaitu Pupuh Sinom, Pupuh Semarandana,
Pupuh Pucung, Pupuh Pangkur, Pupuh Ginada, Pupuh Ginanti, Pupuh Mijil,
penciptaan geguritan sampai saat ini masih tetap hidup dan berkelanjutan dengan
nilai yang banyak dijadikan pedoman oleh orang-orang sebagai tuntunan moral.
Karya sastra Bali tradisional geguritan dapat dipandang sebagai karya sastra yang
berbentuk puisi dengan unsur-unsur tersendiri yang berbeda dengan unsur prosa.
Geguritan dipandang sebagai karya sastra naratif dengan unsur-unsur naratif dan
di pihak lain tidak semua karya sastra geguritan memiliki bentuk struktur naratif.
2
Geguritan yang dijadikan objek penelitian adalah Geguritan Pupulan
objek untuk penelitian. Geguritan Malelemesan ditulis oleh I Dewa Putu Tegeg
bentuk dan struktur isi. Dilihat dari segi bentuk teks Geguritan Malelemesan
merupakan karya sastra puisi tradisional berbahasa Bali yang terbentuk atas
pupuh-pupuh. Pupuh yang digunakan ada 7 macam terdiri dari 74 bait, yaitu
pupuh sinom 11 bait, pupuh ginada 15 bait, pupuh durma 21 bait, pupuh pucung
3 bait, pupuh mijil 2 bait, pupuh semarandhana 8 bait, dan pupuh dangdang 14
bait.
dijadikan penelitian karena diilihat dari segi bentuk dan isinya. Dilihat dari segi
bagian awal dimulai dengan percakapan. Selain itu, dalam geguritan ini
ditemukan pula penggunaan ragam bahasa seperti Basa Bali Alus, Basa Bali
Madya, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Jawa Kuna. Ditemukan pula penggunaan
gaya bahasa seperti gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan dan
gaya bahasa penegasan. Teks Geguritan Malelemesan ini tidaklah tersusun atas
3
unsur-unsur naratif secara murni misalnya alur, insiden, dan yang lainnya, tetapi
dilihat dari struktur isi yang terdiri atas bagian awal dan bagian akhir.
Dari semua unsur yang membangun isi geguritan ini, penulis melihat ada
unsur yang sangat menonjol, yakni unsur amanat (pesan). Pengarang melalui
geguritan ini menyampaikan pesan, baik yang tersirat maupun yang tersurat
Malelemesan ini tidak bisa dilepaskan dengan stuktur bentuk karya bersangkutan.
Hal ini disebabkan karena antara bentuk dan isi saling berhubungan satu sama
lain. Di samping itu, teks Geguritan Malelemesan sejauh ini belum ada yang
meneliti baik dari analisis bentuk dan amanat maupun analisis yang lainnya.
1.3 Tujuan
yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini memiliki tujuan.
4
Tujuannya ada dua hal, yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat
khusus. Kedua tujuan ini pada hakekatnya saling berkaitan satu sama lainnya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut serta membina dan
kebudayaan nasional.
Malelemesan antarlain:
Malelemesan.
dapat diambil dari hasil penelitian, sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian
5
berikutnya. Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : manfaat
maupun penerapan teori sastra terutama yang berkaitan dengan sastra Bali
tradisional yaitu geguritan. Kedepannya hasil dari penelitian ini dapat dijadikan
berupa uraian mengenai bentuk dan amanat yang terdapat dalam teks Geguritan
dan seni yang terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Selain itu dapat
memperkaya dan menambah ilmu sastra, terutama mengenai analisis karya sastra