Anda di halaman 1dari 24

ggMAKALAH TEORI PUISI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Puisi

Dosen Pengampu Helmi Wicaksono, S.Pd., M,Pd

Disusun Oleh :

Ayu Pujiati ( 21901071104 )

Naila Salsabila ( 21901071107 )

Firda Savitri ( 21901071110 )

Chalimatus Sa’diyah ( 21901071116 )

Ahmad farhan ( 2190107

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan


Universitas Islam Malang
Jl. Meyjend Hariyono Gg. 10 Kelurahan No. 193 Dinoyo, Kota Malang 65144
(0341) 551932
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis puisi Indonesia

2.2

2.3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “jenis puisi indonesia
berdasarkan periode”. Kami mengakui tidak sedikit gangguan dalam proses
pengerjaan. Namun berkat rahmat Allah SWT, dan bantuan dari beberapa pihak yang
telah berpartisipasi, kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
sempurna.
Kami menyampaikan terima kasih kepada guru pendamping yang telah
membimbing dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, kebahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi sarana dalam bekal kami untuk jauh
lebih baik di masa yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Malang, 14 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya karya sastra di bagi menjadi tiga bagian yaitu: puisi, drama,
dan prosa .Namun kali ini kita akan membahas tentang puisi. Seperti yang telah
dibahas dalam pertemuan sebelumnya yaitu tentang pengertian, hakikat, dan
perkembangan puisi di Indonesia. Dijelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani
‘poema’ yang berarti membuat dan ‘poesis’ yang berarti pembuat pembangun atau
pembentuk. Sedangkan menurut Tjahyono(2014), puisi dikatakan sebagai pembangun
atau pembentuk karena memang pada dasarnya dengan menciptakan seuntai puisi
maka seorang penyair telah membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia
baru, secara lahir maupun batin.

Menurut Sulistyo (2009), Hudson mengungkapkan bahwa puisi adalah salah


satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk
membuahkan ilusi dan imajinasi. Bahas puisi merupakan bahasa yang berperasaan
dan subjektif. Anggapan ini muncul pada zaman romawi yang menganggap bahasa
puisi lahir dari perasaan penyairnya. Puisi mengungkapkan keadaan hati. Akan tetapi
disisi lain terutama dalam perkembangan puisi saat ini terdapat jenis puisi yang tidak
memperhitungkan perasaan, dalam hal ini bahsa yang digunakan sangat luas dan
muda dipahami oleh pembacanya.

Pada makalah ini kami akan membahas tentang puisi sesuai dengan
periodenya seperti puisi lama, puisi modern, dan puisi mutakhir. Adapun penjelasan
lebih lanjut tentang pembagian tersebut akan dibahas pada pembahasan makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat ditentukan rumusan


masalah seperti berikut :

1.2.1 Bagaimana perkembangan karya sastra bentuk puisi?

1.2.2 Apa saja jenis-jenis puisi Indonesia berdasarkan periode?

1.2.3

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penulisan makalah ini adalah:

1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan karya sastra puisi

1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis puisi Indonesia berdasarkan periode

1.3.3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan karya sastra jenis puisi

Puisi merupakan sastra yang paling tua. Sejak dahulu, berpuisi adalah cara
kuno dalam masyarakat, atau pada waktu tersebut di sebut mantra. Dalam masyarakat
Jawa terdapat tradisi nembang Jawa, lirik puisi yang dilagukan. Biasanya, nembang
didendangkan pada acara-acara sakral dan penting, seperti acara mitoni, siraman, dan
pesta desa lainnya.  Selain lirik puisi yang ditembangkan, juga bisa menggunakan
kisah cerita, seperti kisah Raden Panji, Dewi Nawang Wulan, Jaka Tingkir, dan
lainnya.
Puisi tidak hanya dilagukan untuk mengisahkan cerita, namun puisi juga dapat
dijadikan dialog-dialog dalam pementasan ludruk, ketoprak, drama tradisional Jawa,
atau orang Sumatra Barat menyebutnya Randai. Puisi tak hanya indah kata-katanya,
melainkan juga isinya yang mengandung petuah, nasihat, dan pesan untuk pendengar.
Dalam perkembangan puisi di Indonesia, dikenal dengan berbagai jenis tipografi dan
model puisi yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri struktur
puisi dari jaman ke jaman tidak hanya ditandai dengan struktur fisik, tetapi juga
struktur batinnya.
2.2 jenis-jenis puisi Indonesia berdasarkan periode
Jenis puisi indonesia berdasarkan periode terbagi menjadi tiga bagian yaitu
puisi lama, puisi modern, dan puisi mutakhir atau sering disebut dengan puisi
kontemporer. Berikut adalah penjelasan lebih rincinya :

2.2.1 Puisi lama

Puisi lama yaitu puisi-puisi yang timbul pada masa masyarakat lama
sebelum masyarakat indonesia terpengaruh oleh kebudayaan asing
terutama kebudayaan barat. Puisi ini dipengaruhi oleh karya sastra bangsa
Arab, Persia, dan India. Ciri paling umum dari puisi lama adalah
penyebarannya yang cepat melalui mulut ke mulut, karena memang
mayoritas masyarakat pada zaman itu masih buta huruf. Maka banyak yang
tidak diketahui nama pengarangnya.

Puisi lama masih terikat oleh aturan-aturan. Dimana aturan-aturan itu


antara lain: jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait,
rima, banyaknya suku kata dalam baris, dan irama. Ciri-ciri puisi lama :

a. Merupakan puisi rakyat yang tidak dikenal siapa pengarangnya


b. Merupakan sastra lisan karena disampaikan dari mulut ke mulut
c. Terikat dengan aturan seperti jumlah bait, baris, suku kata, dan rima
Puisi lama terbagi menjadi lima macam, yaitu:
1. Mantra

Mantra termasuk salah satu puisi lama indonesia asli yang tertua.
Mantra terdapat di seluruh khasanah sastra indonesia, baik pada msyarakat
Jawa, Sunda, Batak, Bali, dan lain-lain. Oleh karena itu mantra
menggunakan bahasa daerah masing-masing. Hampir tidak ada mantra
yang tertulis menggunakan bahasa indonesia. Pada umumnya mantra
menggunakan kata-kata yang dianggap memiliki kekuatan gaib atau untuk
mempermudah hubungan dengan tuhan atau zat yang dianggap lebih tinggi,
itu sebabnya mantra dianggap sakral. Sehingga karena kesakralannya itu
mantra tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang.

Menurut Herman J. Waluyo (1987) ciri-ciri mantra adalah sebagai


berikut:

1. pemilihan kata sangat saksama

2. bunyi-bunyi diusahakan berulang-ulang dengan maksud memperkuat


daya sugesti kata

3. banyak menggunakan kata-kata kurang umum digunakan sehari-hari


dengan maksud memperkuat daya sugesti kata

4. jika dibaca keras, mantra menimbulkan efek bunyi bersifat magis


Contoh mantra :

Assalamualaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu

Aku membawa sadap gading

Akan membasuh mukamu

2. Pantun

Pantun termasuk puisi lama yang sangat luas dalam bahasa


bahasa nusantara pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah
indonesia seperti “parikan” dalam sastra jawa atau “peparikan” dalam
sastra sunda

Ciri ciri pantun :

1. Pantun tersusun dari empat baris dalam tiap baitnya.


2. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.
3. Baris ketiga dan ke empat merupakan isi / maksud yang
hendak di sampaikan.
4. Jumlah dalam suku kata dalam tiap baitnya rata rata berkisar
delapan sampai duabelas
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu : sampiran
dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Pantun memiliki peran sebagai alat pemelihara bahasa, pantun
berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur
berfikir. Pantun melatih seseorang untuk berfikir tentang makna kata
sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu
kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat,
bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan
berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang
dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Seringkali bercampur
dengan bahasa-bahasa lain. Namun demikian, secara umum peran sosial
pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Jenis pantun berdasarkan isinya:
1. Pantun anak anak
 Pantun bersuka cita
Pantun bersuka cita adalah pantun yang isinya mengungkapkan
perasaan gembira/bahagia.
Contoh:
Burung merpati burung dara
Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas

 Pantun berduka cita


Pantun berduka cita adalah pantun yang berisi ungkapan kesedihan
hati atau berduka.
Contoh :
Memetik manggis di kota Kedu
Membeli tebu uangnya hilang
Menangis adik tersedu-sedu
Mencari ibu belum juga pulang
2. Pantun muda
 Pantun nasib (pantun dagang)
Pantun nasib (pantun dagang) adalah pantun yang merupakan
penggambaran keadaan seseorang.
Contoh :
Pergi sekolah mampir Cimahi
Depan bukit lihat ilalang
Mungkin sudah takdir Illahi
Badan sakit tinggal tulang

 Pantun perkenalan
Pantun perkenalan adalah pantun yang berisi ungkapan untuk
mengenal seseorang dan ucapannya berupa pantun.
Contoh :
Dari mana hendak kemana
Manggis dipetik dengan pisau
Kalau boleh kami bertanya
Gadis cantik siapa namamu

3. Gurindam

Gurindam yaitu puisi yang berisikan nasehat, terdiri dari dua baris
dalam setiap baitnya. Semuanya merupakan isi dan mengandung sebab
akibat. Salah satu contoh gurindam sebgai berikut:

Cahari olehmu akan sahabat


yang dapat dijadikan obat

Cahari olehmu akan guru


yang mampu memberi ilmu
Cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta setiawan

Cahari olehmu akan abdi


yang terampil serta berbudi

4. Taliban

Menurut Ali (2006:486) talibun adalah sajak yang lebih dari empat
baris, biasanya terdiri dari 6 atau 20 baris yang bersamaan bunyi akhirnya.
Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri:
a.       Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya

6, 8, 10 dan seterusnya.

b.      Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.

c.       Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan

empat isi.

d.      Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.

e.       Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh:

Panakik pisau siraut


Ambil galah batang lintabung
Silodang ambil untuk niru
Yang setitik jadikan laut
Yang sekapal jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru

(Panghulu, 1978:2)
5. Syair

Syair temasuk salah satu bentuk puisi lama yang bersal dari arab.
Akan tetapi karena bentuk puis ini termasuk ringan maka bentuk ini disukai
banyak orang di masyarakat melayu dan itu menyebabkan syair tumbuh
subur pada masyarakat melayu.Ini berbeda dengan yang lain yang berasal
dari arab akan tetapi keberadaannya seeolah kurang mendapat pengakuan.

Contoh Syair :

Berhentilah kisah raja hindustan

Tersebutlah pula suatu perkataan

Abdul Hamid Syah paduka sultan

Duduk baginda bersuka-sukaan

Abdul muluk putera baginda

Bersarlah sudah bangsawan muda

Cantik majelis usulnya syahda

Tiga belas tahun umumnya ada

Parasnya elok amat sempurna

Petah majelis bijak laksana

Memberi hati bimbang gulana

Kasih kepadanya mulia dan hina

Akan Rahman puteri bangsawan

Parasnya elok sukar dilawan

Sedap manis barang kelakuan

Sepuluh tahun umumnya tuan


(St. Takdir Alisyahbana,1954)

ciri-ciri syair:

1. Syair cenderung berisi empat baris dalam tiap baitnya

2. Jumlah suku kata dalam tiap barisnyanya beriktisar 8-12

3. Rima akhir baris digunakan rima sama merata ( a a a a, a a a a, i i i i )

4. Berbeda dengan panyun, bait-bait syair seolah-olah tidak terbagi atas dua

Bagian sampiran dan isi, akan tetapi semua baris menyiratkan isi yang
hendak disampaikan

5. Syair biasanya berisi lukisan yang panjang-panjang atau berisi suatu


cerita.

Menurut isinya syair terbagi dalam :

1. Syair yang berisi dongeng.

Contoh : Syair Bidasari, Syair Anggun Cik Tunggal, Syair Yatim


Nestapa,

2. Syair yang berisi kiasan atau sindiran.

Contoh : Syair Burung Pungguk, Syair Kembang Wayang

3. Syair yang berisi cerita atau hikayat.

Contoh : Syair Cerita Panji, Syair Bibi Marhumah yang Saleh

4. Syair yang berisi cerita kejadian.

Contoh : Syair Menteng, Syair Spliman, Syair Singapura Dimakan Api

5. Syair yang berisi ajaran budi pekerti.

Contoh : Syair Nur Muhammad, Syair Kiamat, Syair Orang Makan


Adat
2.2.2 Puisi modern

Puisi baru disebut puisi modern. Bentuk puisi baru lebih bebas
daripada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada aturan-aturan yang
ketat, puisi baru lebih bebas. Meskipun demikian, hakikat puisi tetap
dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dll. Puisi modern hadir saat
penjajah Jepang datang ke Indonesia yaitu pada periode angkatan 1945.
Kedatangan Jepang memberikan angin baru bagi rakyat Indonesia, di mana
mereka diperbolehkan memakai bahasa Indonesia, berbeda saat masa
penjajahan Belanda yang melarang penggunaan bahasa Indonesia. Sehingga
kesempatan tersebut dipergunakan oleh para penyair sebagai senjata dalam
melawan penjajah Jepang. Isi dari puisi modern banyak mengangkat tentang
pemberontakan yang lebih dalam jika dibandingkan dengan angkatan
pujangga baru.

Disebut sebagai puisi modern karena puisi modern lebih menekankan


pada isi puisi tersebut. Puisi modern lebih bebas dari pada puisi lama yang
terikat dari jumlah suku kata, baris, maupun rima. Penyair puisi modern
termasuk kategori dalam angkatan '45, salah satu tokohnya adalah Chairil
Anwar yang dinobatkan oleh H.B. Jassin pelopor puisi modern. Dalam puisi
Chairil Anwar yang berjudul “Aku” dia sudah menggunakan bahasa Indonesia
yang ekspresif, terbebas dari bahasa Melayu maupun Belanda, dan puisinya
memiliki gaya khas yang hanya dimiliki oleh Chairil Anwar.

Ciri-ciri Puisi Modern:

 Bentuknya rapi, simetris


 Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
 Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada
pola yang lain
 Sebagian besar puisi empat seuntai
 Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
 Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar), 4-5 suku kata

Berikut adalah macam-macam puisi baru :

1.      Balada

Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3
(tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-
b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik
terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait
berikutnya.

Contoh :

Orang-orang miskin di jalan,

yang tinggal di dalam selokan,

yang kalah di dalam pergulatan,

yang diledek oleh impian,

janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.

Rambut mereka melekat di bulan purnama.

Orang-orang miskin. 

Orang-orang berdosa.

Bayi gelap dalam batin. 

Rumput dan lumut jalan raya.


Tak bisa kamu abaikan.

2.      Himne

Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan,
seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai
puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru,
pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.

Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu

Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri

Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta.
                 
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan

dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku

Yang dikarati oleh dosa manusia.

Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih

Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di datam hati.

(Saini S.K)

3.      Ode

Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu
yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa
umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

4.      Epigram

Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram


berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran;
didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman,
ikhtibar; ada teladan.
Contoh:

Hari ini tak ada tempat berdiri


Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.

(Iqbal)

5.      Romansa

Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal
dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan
kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Contoh :
Hidup ini tak pernah sempurna.
seperti kata-kata yang ada pahit walau terucap manis..

Hidup ini tak pernah sempurna.


seperti langit yang menyimpan hitam meski putih menyelimuti..

Hidup ini tak pernah sempurna.


seperti nyawa yang hanya bisa mati sekali..

Hidup ini tetap tak akan pernah sempurna bagiku.


jika andai saja kau tak hadir untukku..

6.      Elegi

Elegi adalah puisi yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah
karena sedih, rindu atau marung,terutama karena kematian seseorang.Contoh :
Puisi Amir Hamzah yang terkumpul dalam bukunya yang berjudul Nyanyi
Sunyi dan Buah Rindu kebanyakan tergolong jenis ini.
Contoh :
Sunyi
Kuketuk pintu masaku muda
hendak masuk rasa kembali
taman terkunci dibelan pula
tinggallah aku sunyi sendiri.

Kudatangi gelanggang tempat menyebung


masa bujang tempat beria
kulihat siku singgung menyinggung
aku terdiri haram disapa ...

Teruslah aku perlahan-lahan


sayu rayu hati melipur
nangislah aku tersedan-sedan
mendengarkan pujuk duka bercampur.

Kudengar bangsi memanggil-manggil


tersedu-sedu, dayu mendayu
tersalah aku diri terpencil
badan dilambung gelombang rindu.

Duduklah aku bertopang dagu


merenung kupu mengecup bunga
lenalah aku sementara waktu
dalam rangkum kenangan lama.

Rupanya teja serasa kulihat


suaramu dinda rasakan kudengar
dinda bersandar duduk bersikat
aku mengintip ombak berpendar.
Imbau gelombang menyembahkan lagu
kepada bibirmu kesumba pati
fikiranku melayang ke padang rindu
walaupun dinda duduk di sisi.

7.      Satire

Satire adalah karya sastra baik prosa maupun puisi yang berisi
kritikan tajam atau bahkan. Sindiriran dan cemoohan terhadap kepincangan-
kepincangan sosial atau penyalahgunaan dan kebodohan manusia serta
pranatanya. Tujuan kritikan tersebut untuk mengoreksi penyelewenangan
dengan jalan mencetuskan kemarahan dan tawa bercampur dengan kecaman
dan ketajaman
contoh :
Seonggok Jagung di Kamar
Seonggok jagung di kamar
Dan seorang pemuda
Yang kurang sekolahan
Memandang jagung itu,
sang pemuda lihat ladang
ia meliahat petani
ia melihat petani
dan suatu hari subuh
para wanita dengan gendongan
pergi ke pasar.
Dan ia juga meliahat
Seonggok jagung di kamar
tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya
berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan
Yang hanya terlatih dalam metode
dan hanya penuh dengan hafalan kesimpulan
Yang hanya terlatih sebagi pemakai
tetapi kurang punya latihan
untuk bebas bekerja .
Pendidikan telah memisahakannya
dari kehidupan.

Aku bertanya

Apakah gunanya pendidikan


bila hanya akan membuat seseorang
menjadi asing
di tengah kenyataan persoalan
keadaannya?
Apakah gunanya seorang
Bila hanya en mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Apakah gunanya seorang
belajar filsafat, sastra,
atau apa saja,
bila akhirnya.
Ketika ia pulang ke daerahnya,
Lalu berkata:
“Di sini aku merasa asing dan sepi”
( W.S Rendra )
8.      Distikon

Diskotin adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua
seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

9.     Terzina

Terzinapuisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:

Dalam ribaan bahagia dating


Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

(Sanusi Pane)

10.  Kuatrain

Kuatrainpuisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
Contoh :

Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

(A.M. Daeng Myala)


11.  Kuint

Kuint adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakana
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan

(Or. Mandank)

12.  Sektet

Sekte adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi
enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih

(Ipih)
13.  Septime

Septime adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
Contoh:

Indonesia Tumpah Darahku


Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya

(Mohammad Yamin)

14.  Oktaf/Stanza

Oktaf adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:

Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

15.  Soneta

Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi
menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait
kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa
Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi
yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda
diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah
mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta
Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat
soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi
maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat
belas baris).
Contoh:

Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

Anda mungkin juga menyukai