Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERIODISASI SASTRA INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi (15)

KELAS XI BAHASA DAN BUDAYA


SMA NEGERI 1 BLAHBATUH
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala karunia-Nya saya dapat menyusun makalah mengenai “Periodisasi Sastra
Indonesia” dengan tepat pada waktunya.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak I Nyoman Asta selaku guru
Bahasa Indonesia Peminatan yang telah membimbing dan memberikan tugas ini,
serta kepada semua pihak yang telah bekerja sama membantu menyusun makalah ini.

Sebelumnya saya meminta maaf jika terdapat kesalahan atau kalimat yang
kurang berkenan. Serta tidak lupa juga saya berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca , supaya makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Blahbatuh, 17 Januari
2020

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4


1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Angkatan Pujangga Lama ........................................................................ 6


2.2 Angkatan Melayu Lama.............................................................................9
2.3 Angkatan Balai Pustaka............................................................................10
2.4 Angkatan Pujangga Baru......................................................................... 12
2.5 Angkatan 1945........................................................................................ .14
2.6 Angkatan 1950..........................................................................................16
2.7 Angkatan 1966.........................................................................................18
2.8 Angkatan 1980.........................................................................................19
2.9 Angkatan Reformasi.................................................................................21
2.10 Angkatan 2000 an ...................................................................................21
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan...................................................................................................23
3.2 Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................24

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra Indonesia merupakan sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang
sejak awal abad ke-20 dan melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia
Tenggara. Perjalanan sastra sejak lahir hingga sekarang sudah cukup panjang,
diibaratkan bagaikan mata rantai yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dan
menggambarkan adanya dinamika pergantian tradisi. Perkembangan sastra Indonesia
hingga saat ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh karya sastra pada periode-
periode sebelumnya.
Periodisasi satra di Indonesia menurut para ahli sangat beragam dan setiap ahli
mempunyai pandangan yang berbeda sehingga terjadi keresahan di antara
masyarakat. Maka dari itulah saya membuat makalah ini agar bisa membantu
menjawab keresahan di masyarakat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Periodisasi Sastra di
Indonesia, penulis berharap bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan
masyarakat lainnya.
Tujuan Umum :
1. Para siswa khususnya anak-anak kelas XI Program Bahasa dan Budaya dapat
mengetahui dan memahami Periodisasi Sastra di Indonesia.

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 4


1.3 Ruang Lingkup

Pembahasan ruang lingkup pada makalah ini terfokus pada :

1. Angkatan Pujangga Lama


2. Angkatan Melayu Lama
3. Angkatan Balai Pustaka
4. Angkatan Pujangga Baru
5. Angkatan 1945
6. Angkatan 1950
7. Angkatan 1966
8. Angkatan 1980
9. Angkatan Reformasi
10. Angkatan 2000-an

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Angkatan Pujangga Lama


Sastra Angkatan Pujangga Lama disebut juga dengan sastra klasik atau
sastra tradisional, yakni karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum
masyarakatnya mengenal budaya tulis-menulis. Salah satu penyebaran karya
sastranya dilakukan secara lisan (oral), yaitu dari mulut ke mulut. Nama
penciptanya biasanya sudah tidak diketahui lagi (anonymous).

Genre sastra Angkatan Pujangga Lama :

 Mantra
Masyarakat dahulu sangat dekat dengan dunia mistis dan mitos, serta
kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Hal itulah yang membuat
hadirnya mantra, yang dipercaya sebagai awal mula bentuk sastra lama.
mantra adalah bentuk puisi yang berupa gubahan bahasa dan diresapi oleh
kepercayaan akan dunia gaib. Nuansa magis sangat terasa dari irama
mantra.Mantra-mantra tersebut digunakan mulai dari untuk memanggil hujan,
panen tiba, sebelum berburu, menangkap ikan, dan sebagainya. dipercaya
dengan membaca mantra dapat membujuk roh-roh baik untuk melindungi dan
membantu, serta mengusir roh-roh jahat.
Contoh: mantra yang dibaca sebelum berburu agar dapat menangkap buruan
dengan mudah tanpa adanya bahaya.

Sirih lontar pinang lontar


Terletak di atas penjuru
Hantu buta, jembalang buta

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 6


Aku mengangkatkan jembalang rusa.

 Pantun

Merupakan puisi lama yang sangat terkenal dibandingkan yang lain, sampai
sekarang pantun masih terus digunakan. Pasti kamu juga sangat mengenal
ciri-ciri pantun, bukan? Mulai bentuknya yang terdiri atas empat baris, tiap
baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata, dua baris pertama disebut
sampiran, dan dua baris berikutnya merupakan isi, serta memiliki rima a-b-a-
b.Selain itu, ada pula bentuk pantun yang lain. Pertama bernama pantun
berkait atau seloka, yaitu pantun yang menyusunnya hanya satu baik

saja. Kedua terdapat pantun talibun yaitu susunannya terdiri dari enam,
delapan, atau sepuluh baris. Ketiga ada pantun kilat dikenal juga dengan
sebutan karmina, pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama sampiran,
baris kedua isi.

Contoh pantun kilat:

 Gendang gendut, tali kecapi

 Kenyang perut, senanglah hati

 Pinggan tak retak, nasi tak ingin

 Tuan tak hendak, kami tak ingin

 Sudah gaharu, cendana pula

 Sudah tahu, bertanya pula

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 7


 Gurindam

Nama lain gurindam adalah sajak pribahasa. Jenis puisi lama ini berbentuk
sastra klasik, yaitu terdiri dari dua baris yang berirama. Umumnya, baris
pertama berisi sebab (hukuman, pendirian), dan baris kedua berisi jawaban
atau dugaan sebagai akibat dari isi baris pertama. Lebih jelasnya berikut ciri-
ciri dari gurindam:

a. Terdiri atas dua baris

b. Rumus rima akhirnya /a-a/

c. Baris pertama merupakan sebab dan baris kedua berisi akibat dari yang
disebutkan pada baris pertama.

d. Berisikan ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan.

 Cerita Binatang

Dikenal dengan nama lain yaitu fabel, cerita yang memiliki tokoh hewan
dengan peran seperti manusia, dapat berpikir, berbicara, berkeluarga, dan sifat
manusia lainnya. Sebenarnya tokoh binatang yang digunakan merupakan
metafora dari manusia msehingga tidak menyinggung perasaan orang. Bentuk
prosa ini merupakan cerita yang mengandung nasihat, pesan moral, bahkan
sindiran.

Cerita binatang tidak hanya ada di Indonesia, tetapi seluruh dunia. Masing-
masing belahan dunia tersebut memiliki tokoh fabel tersendiri. Di Indonesia,
tokoh fabel paling terkenal adalah hewan kancil.

 Cerita Asal-Usul (Legenda)

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 8


Cerita asal-usul atau lebih dikenal dengan Legenda dibagi menjadi tiga, yaitu
pertama cerita asal-asul dunia tumbuhan, contoh karyanya adalah legenda
padi yang bermula dari Dewi Sri, gadung itu beracun karena dipanah oleh
pohon jagung yang menggunakan anak panah beracun, dan sebagainya.

Jenis kedua adalah cerita asal-usul dunia binatang, contohnya sapi itu
bergelambir karena sewaktu mandi bajunya tertukar dengan baju kerbau yang
lebih besar, kuda itu dulunya bertanduk namun dipinjamkan kepada rusa.
Oleh karena itu, sampai sekarang kuda tidak lagi bertanduk, dan sebagainya.
Jenis ketiga adalah cerita asal-usul terjadinya suatu tempat contohnya
Legenda Gunung Tangkuban Perahu, dan sebagainya.

 Cerita Pelipur Lara

Cerita ini digunakan untuk melibur lara atau sakit hati seseorang. Isi ceritanya
mengisahkan cerita yang indah dan fantasi serta imajinasi tinggi. Cerita-cerita
tersebut tidak memiliki kisah akhir yang sedih, tetapi bahagia. Ceritanya
biasanya mengisahkan mengenai kehidupan istana, puteri cantik, keajaiban,
dan sebagainya. Contoh paling terkenal adalah Malim Deman.

 Cerita Jenaka

Seperti namanya, cerita jenaka merupakan cerita-cerita lucu yang berguna


untuk menghibur. Contoh dari genre prosa jenis ini misalnya Pak Belalang,
Lebai Malang, dan sebagainya.

2.2 Angkatan Sastra Melayu Lama

Angkatan Sastra Melayu Lama berkembang setelah masyarakatnya mengenal


peradaban tulis-menulis, terutama karena pengaruh Agama Hindu dan Islam. Oleh
karena itu, karya-karyanya tidak sedikit pula yang berbentuk tulisan. Nama-nama
pujangga (sastrawan) juga mulai dikenal pada masa ini. Karya sastranya tidak lagi

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 9


tercipta sebagai karya masyarakat, tetapi sudah berkembang pula karya-karya yang
lahir dari kreativitas individual.

Genre sastra Angkatan Sastra Melayu Lama:

 Prosa kebanyakan berisi kisah, hikayat, dan cerita ajaran-ajaran baik Islam
maupun Hindu. Contohnya:

1. Hikayat Nabi Muhammad

2. Hikayat Amir Hamzah

 Puisi biasanya berbentuk syair

2.3 Angkatan Balai Pustaka

Karya sastra yang lahir pada periode tahun 1920-an sering disebut sebagai
karya sastra Angkatan Dua Puluhan atau Angkatan Balai Pustaka, karena karya-karya
yang ada banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka. Angkatan 20 disebut pula
Angkatan Siti Nurbaya karena novel yang paling laris dan digemari masyarakat pada
masa itu adalah novel Siti Nurbaya karangan Marah Rusli.

Ciri-ciri Contoh

 Temanya tentang kehidupan  Misalnya tentang adat,


masyarakat sehari-hari pekerjaan,dan persoalan rumah
(masyarakat sentris). tangga.

 Mendapat pengaruh dari  Misalnya, pada novel Siti


kesusastraan Barat, yang tampak Nurbaya yang bertokohkan

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 10


pada pada tema dan tokoh- Samsul Bahri atau Letnan Mas
tokohnya. sebagai serdadu Belanda

 Semua novel pada periode ini  Azab dan Sengasara oleh


pengarangnya dinyatakan dengan Merari Siregar
jelas.

Karya sastra dan pengarangnya pada Angkatan Balai Pustaka:

Judul Cerita Pengarang

Azab dan sengsara Merari Siregar, 1920

Siti Nurbaya Marah Rusli, 1922

Muda Teruna Moh. Kasim, 1922

Cerita si Jamin dan si Johan Merari Siregar, saduran 1918

Darah Muda Adinegoro, 1927

Asmara Djaya Adinegoro, 1928

Karam dalam Gelombang Percintaan Kedjora, 1926

Pertemuan Abbas Soetan Pamoentjak, 1927

Salah Pilih Nur Sutan Iskandar, 1928

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 11


Cinta yang Membawa Maut Abdul Ager, 1926

Salah Asuhan Abdul Muis, 1928

2.4 Angkatan Pujangga Baru

Istilah Angkatan Pujangga Baru lahir sekitar tahun’30-40-an. Nama tersebut


diambil dari majalah sastra yang terbit pada tahun 1933. Karya sastra yang lahir
pada angkatan ini berbeda dengan karya sastra pada angkatan sebelumnya. Karya-
karya pada periode ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis dan
tidak mempersoalkan lagi tradisi sebagai tema sentralnya.

Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan
oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama
terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan.

Angkatan Pujangga Baru memiliki ciri-ciri karya sastra seperti:

Ciri-ciri

Pengaruh asing yang cukup kuat dan berimbas terhadapa karya sastra pada masa
itu

Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional

Tema yang diangkat mengandung individualistis serta memancarkan jiwa yang


dinamis

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 12


Karya sastra serta pengarangnya pada Angkatan Pujangga Baru:

Sutan Takdir Alisjahbana Roestam Effendi

 Dian Tak Kunjung Padam (1932)  Bebasari: toneel dalam 3


pertundjukan
 Tebaran Mega kumpulan sajak
(1935)  Pertjikan Permenungan

Sariamin Ismail
 Layar Terkembang (1936)

 Anak Perawan di Sarang  Kalau Tak Untung (1933)


Penyamun (1940)
 Pengaruh Keadaan (1937)

Hamka Anak Agung Pandji Tisna

 Di Bawah Lindungan Ka’bah  Ni Rawit Ceti Penjual Orang


(1938) (1935

 Tenggelamnya Kapal Van der  Sukreni Gadis Bali (1936)


Wijck (1939)
 I Swasta Setahun di Bedahulu
 Tuan Direktur (1950) (1938)

 Di dalam Lembah Kehidoepan


(1940) J.E. Tatengkeng

Armijn Pane  Rindoe Dendam (1934)

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 13


 Belenggu (1940) Fatimah Hasan Delais

 Jiwa Berjiwa  Kehilangan Mestika (1935)

 Gambelan Djiwa kumpulan sajak Said Daeng Muntu


(1960)
 Pembalasan
 Djinak-djinak Merpati sandiwara
(1950)
 Karena Kerendahan Boedi
(1941)
Sanusi Pane

Karim Halim
 Pancaran Cinta (1926)

 Palawija (1944)
 Puspa Mega (1927)

Tengku Amir Hamzah


 Madah Kelana (1931)

 Nyanyi sunyi (1937)


 Sandhyakala Ning Majapahit
(1933)
 Begawat Gita (1933)

 Kertajaya (1932)
 Setinggi Timur (1939)

2.5 Angkatan ‘45

Periode ’45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan
Chairil Anwar sangat besar dalam melahirkan angkatan ini. Sikap hidup dan sikap
dalam berkarya para pengarang dan sastrawan Angkatan ’45 sangat tegas. Berbeda
dengan Angkatan Pujangga Baru, Angkatan ’45 beraliran ekspresionisme-realistis.
Karya-karya yang dihasilkan menggambarkan identitas si seniman dan juga realistis.
Angkatan ’45 mulai melemah ketika sang pelopor, Chairil Anwar meninggal dunia.

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 14


Angkatan ’45 memiliki ciri-ciri seperti:

Ciri-cirinya

Bebas, individualis, universalitas dan realistis

Beraliran ekspresionisme-realistis

Tema yang diangkat adalah tentang perjuangan kemerdekaan

Dalam penyajiannya lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa dan jarang
menghasilkan roman

Karya sastra serta pengarangnya pada Angkatan ’45:

Chairil Anwar

 Kerikil Tajam (1949)

 Deru Campur Debu (1949)

Asrul Sani, bersama Rivai Apin, & Chairil Anwar

 Tiga Menguak Takdir (1950)

Idrus

 Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 15


 Aki (1949)

 Perempuan dan Kebangsaan

Achdiat K. Mihardja

 Atheis (1949)

Trisno Sumardjo

 Katahati dan Perbuatan (1952)

Utuy Tatang Sontani

 Suling (drama) (1948)

 Tambera (1949)

 Awal dan Mira- drama satu babak (1962)

Suman Hs.

 Kasih Ta’Terlarai (1961)

 Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)

 Pertjobaan Setia (1940)

2.6 Angkatan 50 (1950)

Angkatan ini dikenal sebagai periode krisis sastra Indonesia. Sejak Chairil
Anwar meninggal, lingkungan kebudayaan “Gelanggang Seniman Merdeka” seolah-
olah kehilangan semangatnya. Pada masa ini, dunia sastra juga mengalami masa-

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 16


masa suram, yakni dengan kuatnya pengaruh-pengaruh partai politik ke dalamnya.
Tema-tema sastra banyak disusupi ideologi-ideologi tertentu.

Angkatan 50 memiliki ciri-ciri seperti:

Ciri-cirinya

Genre sastra yang mendapat ruang pada angkatan ini hanyalah pusi, cerpen, atau
karya pendek lainnya.

Karya sastra pada saat itu menggambarkan kemuraman hidup dan kritik sosial

Karya sastra serta pengarangnya pada Angkatan ‘50:

Pramoedya Ananta Noer Mochtar Lubis

 Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)  Tak Ada Esok (1950)

 Bukan Pasar Malam (1951)  Jalan Tak Ada Ujung (1952)

 Di Tepi Kali Bekasi (1951)  Tanah Gersang (1964)

 Keluarga Gerilya (1951 A.A Navis

Nh. Dini  Robohnya Surau Kami – 8 cerita


pendek pilihan (1955)
 Dua Dunia (1950)
 Hujan Panas (1964)
 Hati jang Damai (1960)
 Kemarau (1967)

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 17


Contoh Kutipan Karya Sastra Angkatan 50 , Karya Nh. Dini

“ Aku kembali ke Jakarta beberapa hari kemudian. Ada hal-hal yang kudengar . pendaratan pasukan
Pemerintah Pusat sudah dilakukan di Padang. Aku bertanya-tanya dimana keberadaan suamiku sekarang.
berpakaian lengkap dinas sedang jaga malam. Pesawat Kapten Suwandi
Beberapa orang mengatakan, bahwa sebagian regu dipindahkan berpangkalan di Palembang, sebagian lagi
hilang,katanya. Hati seperti ditusuk sesuatu”.
masih di Medan”.

“Malam itu aku tak bisa tidur ,suara pesawat yang mendarat dan berangkat dengan tiba-tiba, suara jib serta
mobil mondar-mandir. Aku berpikir pasti terjadi sesuatu, tiba-tiba Jib berhenti di depan rumah ternyata Harja
yang berpakaian lengkap dinas sedang jaga malam. Pesawat Kapten Suwandi hilang,katanya. Hatiku seperti
ditusuk sesuatu”.
(Dikutip dari: Novel Hati yang Damai, Nh. Dini)

Dari cuplikan di atas menggambarkan, seorang perempuan bernama Dati selalu


ditinggalkan oleh suaminya yang berprofesi sebagai pilot. Terlihat bagaimana
kacaunya negri itu setelah masa dimana diprokalamirkannya kemerdekaan
Indonesia. Terlihat atau tergambarkan bagaiman istri seorang yang memiliki
suami yang berkecimpung di dunia politik. Yang sewaktu-waktu harus ditinggal
di asrama dan selalu siap menerima kabar suka maupun duka tentang suaminya.
Akibat jarangnya kebersamaan antara mereka, Dati mencari kesenangan bersama
laki-laki diluar sana. Disini Nh. Dini memberikan gambaran kejadian pada masa
50-an, saat orang-orang merasakan kemuraman akan hidup ataupun kritik sosial
akan dunia perpolitikan dan penerbangan kala itu yang dibalut dengan
percintaan.

2.7Angkatan 1966

Nama Angkatan ’66 dicetuskan H.B. Jassin melalui bukunya yang berjudul
Angkatan ’66. Angkatan ini lahir bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yang
tengah mengalami kekacauan akibat terror dan merajaleanya paham dan ideologi
yang mengancam Pancasila. Oleh karena itu, karya sastra yang lahir pada periode ini
lebih banyak yang berwarna protes terhadap keadaan sosial dan politik pemerintah
pada masa itu.

Angkatan ’66 memiliki ciri-ciri seperti:

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 18


Ciri-cirinya

Bergaya epik (bercerita)

Karya sastra yang lahir pada periode ini lebih banyak yang berwarna protes terhadap
keadaan sosial &politik pemerintah pada masa itu.

Karya Sastra Pengarangnya

Tirani dan Benteng Taufik Ismail

Meditasi (1976) Abdul Hadi WM

Bila Malam Bertambah Malam (1971) Putu Wijaya

Hukla (1979) Leon Agusta

Amuk Sutardji Calzoum Bachri

Kering (1972) Iwan Simatupang

Warisan (1979) Chairul Harun

2.8 Angkatan 1980

Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980 ditandai pula
dengan banyaknya roman percintaan dengan sastrawan wanita yang menonjol pada
masa tersebut.

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 19


Mira W. dan Marga T. adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol
dengan fiksi romatis (percintaan) dan menjadi ciri-ciri novel mereka.

Ciri-cirinya

Karya sastra pada era 80-an pada umumnya selalu mengalahkan peran antagonisnya

Tumbuhnya sastra yang beraliran pop remaja

Karya Sastra Pengarangnya

Lupus (1986) Hilman Hariwijaya

Bukit Gundaling (1990) Marga T

Disini Cinta Pertama Kali Bersemi Mira Widjaja


(1980)

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 20


2.9Angkatan Reformasi

Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya genre sastra seperti puisi,
cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khusunya seputar reformasi.

Angkatan Reformasi ciri-cirinya seperti:

Ciri-cirinya

Karya sastranya bertemakan sosial-politik khususnya reformasi

Maraknya sajak-sajak juga bertemakan sosial-politik seiring jatuhnya orde baru

Karya sastra dan Pengarang Angkatan Reformasi:

Karya Sastra Pengarangnya

Keluarga Gila Hudan Hidayat

Leotin Dewangga Marten Aleida

2.10 Angkatan 2000-an

Pada periode 2000-an muncul pengarang wanita yang umumnya menulis tentang
pemikiran yang tajam dan bebas dengan ungkapan perasaan. Ada di antara mereka
yang menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual. Sastra
Angkatan 2000 sering disebut sastra mutakhir. Salah satu karya yang berani tampil
beda pada periode ini adalah Saman oleh Ayu Utami dan dijadikan sebagai tonggak
pembaharu sastra dalam sejarah sastra

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 21


Angkatan 2000-an memiliki ciri-ciri seperti:

Ciri-cirinya

Karya-karyanya cenderung berani dan vulgar

Muncul fiksi-fiksi islami sebagai perlawanan atas maraknya karya-karya yang vulgar
karena mengadopsi begitu saja moral pergaulan serba bebas ala remaja Amerika

Karya sastra dan Pengarang Angkatan 2000an :

Karya Sastra Pengarangnya

H. El Shirazy
Ayat-ayat Cinta
Seno Gumira A.
Biola Berdawai

Rebonding Herlinatiens

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 22


BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Periodisasi Sastra Indonesia merupakan pembabakan waktu tentang perkembangan
sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Setiap angkatan memiliki karakteristik
yang melekat pada karya-karya sastra yang dihasilkan. Pengaruh budaya Hindu dan
Islam juga memberikan dampak terhadap karya sastra di Indonesia.

Walaupun terdapat banyak ahli yang mengemukakan pendapat serta pemikirannya ,


tentunya perbedaan pola pikir tidak dapat dihindari. Namun pada umumnya
Periodisasi di Indonesia diklasifikasikan menjadi 2:

 Angkatan Pujangga Lama


Angkatan ini dikatakan sebagai dasar periodisasi sastra karena pada
era inilah masa saat dimana manusia belum mengenal tulisan namun
sudah mampu untuk berkomunikasi antar sesama. Masuknya Agama
Hindu dan Islam menjadi salah satu penyebab lahirnya karya-karya
sastra yang ada. Penyebaran sastra seperti hikayat pada masa itu sangat
mengenal yang namanya penyebaran dari mulut ke mulut (oral.)
Sehingga jarang diketahui pengarangnya.

 Angkatan Sastra Indonesia Modern


Angkatan ini tentunya sudah sangat mengenal tulisan dan bisa
melahirkan para sastrawan yang sangat berbakat seperti Angkatan
Balai Pustaka. Pada era ini karya-karya dilahirkan sudah tertuang ke
dalam alat baca seperti buku,kertas atau media yang lainnya. Tidak
seperti saat Angkatan Pujangga Lama, maka dari itu pengarangnya
sangat mudah diketahui.

3.2 Saran
Sebaiknya para sastrawan ataupun pengamat tentang budaya maupun sastra bisa
memberikan suatu pernyataan yang mutlak, tentang pembabakan sastra yang tepat
di Indonesia yang disebabkan oleh pandangan yang berbeda setiap ahli. Sehingga
menimbulkan kerancuan dan tanda tanya besar di setiap pemikiran masyarakat
Indonesia dan pastinya seperti saya ,kaum pelajar yang masih memiliki rasa
kurang puas saat menerima sesuatu yang masih “mengambang”.

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 23


DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, Engkos & Hendrayani Iin. 2016. Cerdas Berbahasa Dan Bersastra
Indonesia. Jakarta : Erlangga

Periodisasi sastra/Ni Gusti Ayu Agung Yogi Pertiwi/15 Page 24

Anda mungkin juga menyukai