UNSUR UNSUR BUDAYA & BUDAYA HUKUM YANG TERKANDUNG PADA SUKU
LAMPUNG
Guna Memenuhi Persyaratan Maperca 1
Disusun Oleh:
Ditya Depiarmadawan 119010285
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Unsur Budaya dan Budaya Hukum
pada Suku Lampung ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan MAPERCA
1 PERMAHI DPC CIREBON RAYA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang usur budaya dan budaya hukum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam.
Penulis
3. DAFTAR ISI 3
4. BAB 1 PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN 4
5. BAB 2 PEMBAHASAN 5
A. PENGERTIAN BUDAYA 5
B. UNSUR BUDAYA 5
C. SEKILAS TENTANG BUDAYA SUKU LAMPUNG 5
D. PENGERTIAN BUDAYA HUKUM 10
E. PENYELESAIAN KASUS SENGKETA 10
6. BAB 3 PENUTUP 13
A. KESIMPULAN 13
B. SARAN
7. DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BUDAYA
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan Kebudayaan adalah sesuatu
yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
B. UNSUR BUDAYA
C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal
(universal categories of culture) yaitu:
● Bahasa
● sistem kesenian
● sistem religi
Petikan tulisan ini adalah wayak, sebuah puisi lama dari khasanah sastra
lisan Lampung dan dikenal di Pesisir Lampung. Wayak Jak Ipa Niku Kuya ini
seperti terpatri dalam ingatan seorang anak Lampung karena sering dilafalkan
saat mengiringi prosesi perkawinan adat Lampung. Isinya, sebuah sindirin bagi
seseorang (diibaratkan kuya) yang pemalas, tetapi (seperti mimpi) tiba-tiba
mendapatkan gadis cantik. Sindir-menyindir dalam bahasa yang penuh petatah-
petitih, tradisi ini masih kuat dalam masyarakat tradisional Lampung di umbul-
umbul (sejenis desa).
Sastra lisan Lampung juga mengenal warahan, semacam kisah rakyat
yang dituturkan seorang pewarah (semacam pengisah atau pendongeng)
kepada seseorang atau khalayak. Dalam perkembangannya, warahan dapat
berbentuk puisi, puisi lirik, atau prosa, tergantung dari kemampuan di pewarah
dalam bertutur. Kalau kemudian ada kreativitas yang berupaya memasukkan
warahan dalam seni olah peran, teater modern, itu karena memang dalam tradisi
warahan, terdapat unsur-unsur olah vokal dan sesekali pewarah menirukan
gerak tokoh yang ia ceritakan, meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana.
● Sistem Kepercayaan (Religi)
Menurut salah satu teori asal-usul terbentuknya masyarakat Lampung,
penduduk Lampung yang berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi,
Lampung Barat disebut Tumi (Buay Tumi) menganut kepercayaan dinamis, yang
dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buai Tumi kemudian kemudian dapat
dipengaruhi empat orang pembawa Islam berasal dari Pagaruyung, Sumatera
Barat yang datang ke sana.
Masyarakat Lampung didominasi oleh agama Islam, namun terdapat juga
agama Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Untuk Lampung, persatuan adat,
kekerabatan, kerajaan, (ke)marga(an), dan semacamnya memang lebih kental
dalam bentukan identitas kolektif. Aspek agama Islam, ternyata memberikan