Anda di halaman 1dari 14

Makalah

" RAGAM BAHASA SASTRA”

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :Arina Nurfaza, M.Si

Disusun Oleh :
FIRDA AL FATIN : (202212055)
ULFA ZIYANTI : (202212047)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Shalawat dan salam kita sertakan kepada Rasulullah SAW, yang mana oleh
beliau telah membawa kita dari alam gelap menuju alam cahaya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih detail tentang
“RAGAM BAHASA SASTRA”. Makalah disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan teurutama pertolongan dari Allah,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan untuk memenuhi tugas Mata kuliah
BAHASA INDONESIA

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Dengan demikian penyusun mengucapkan terimakasih.

Lhokseumawe, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pengertian Ragam Bahasa.............................................................................3

B. Pengertian Sastra...........................................................................................4

C. Ragam Bahasa Sastra....................................................................................5

D. Karakteristik Ragam Bahasa Sastra..............................................................6

E. Karya Sastra..................................................................................................7

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Kritik dan Saran..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan
yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang
tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena
itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa
Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak
akan hilang.Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat.
Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam
bahasa yaitu variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda.

Ragam bahasa merupakan bentuk bahasa yang bervariasi menurut topik


pembicaraan. Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena bahasa
sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang
berbeda-beda. Dalam pemakaiannya, ragam bahasa bergantung pada konteks
yang dibicarakan (situasi) dan keperluan pemakainya (tujuan berbahasa).jenis
sastra dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu sastra imajinatif dan
nonimajinatif. Dalam praktiknya sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya
yang berbentuk esai, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Karya sastra
imajinatif itu sendiri ialah karya prosa fiksi termasuk di dalamnya cerpen,
novelet, novel atau roman; puisi yang di antaranya puisi epik, puisi lirik, dan
puisi dramatik; dan drama bentuknya berupa drama komedi, drama tragedi,
melodrama, dan drama tragikomedi.

1
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia.Berdasarkan garis besarnya sastra berarti bahsa yang indah atau tertata
dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati
pembacanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa sastra?
2. Bagaimana karakteristik ragam bahasa sastra?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna dari bahasa sastra.
2. Mengetahui karakteristik ragam bahasa sastra.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam
bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya
ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di
dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau
ragam bahasa resmi. Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul
dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku.
Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan
resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di
rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.Bahasa
yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam
bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan menggunakan lafal, dalam ragam
bahasa tulis menggunakan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata
bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat.
Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa
lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis
itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem
bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun
ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan kosa
kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang
lain.

3
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu
berupa beberapa variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar
banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang
efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.Ragam bahasa
memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda.
Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang
dibicarakan serta keperluan pemakainya.

B. Pengertian Sastra
Sastra secara umum merupakan suatu karya yang indah baik itu tulisan
atau lisan. Berdasarkan dari asal usul, definisisastra diistilahkan sebagai
kesustraan yang berarti bagus atau indah, sedangkan kata sastra berarti buku,
tulisan atau huruf. Secara etimologi, dari arti kedua kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa arti susastra atau sastra adalah tulisan yang indah.
Sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah karya tulis
yang bila dibndingkan dengan tulisan lain ciri-ciri keunggulannya sepeti
keaslian, kaertistikan, keindahan dalam puisi dan ungkapannya. Karya sastra
berarti karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan
bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial maupun intelektual dengan cara yang khas. Pembaca sastra
dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya
sendiri.
Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur
(litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari
bahasa sansakerta, sas- artinya mengajar, memberi petunjuk atau instruksi, -tra
artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan bahwa sastra artinya
kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran
yang baik. Sastra merupakan inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk
keindahan batin yang dapat dinikmati melalui pikiran maupun perasaan kita.
Sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan

4
keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan suatu kegiatan yang
memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat,
dan lain-lain dari seorang pengarang yang diekspresikan dalam bentuk tulisan.
Karya sastra dapat dijadikan sebagai sarana dalam mengembangkan jiwa
humanitas, yaitu jiwa yang halus, berbudi dan manusiawi. Sehubungan dengan
hal itu, karya sastra mempunyai kemampuan yang dapat menyentuh pembaca
agar dapat menjadi manusia yang responsif terhadap hal-hal yang luhur dalam
hidup ini. Karena pada hakikatnya manusia selalu mencari nilai-nilai kebenaran,
kebaikan dan keindahan. Karya sastra yang baik adalah karya yang mengangkat
masalah manusia dan kemanusian. Sesuatu yang mempunyai nilai moral, yaitu
nilai yang berpangkal dari nilai-nilai kemanusian, serta nilai-nilai baik dan buruk
yang universal. Berdasarkan ragamnya karya sastra dibagi menjadi tiga yaitu,
prosa, puisi, dan drama. Unsur-unsur karya sastra terdiri dari unsur intrinsik dan
ekstrinsik.

C. Ragam Bahasa Sastra


Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur,
konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat
kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang
kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa
yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan
lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan,
dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada
pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam
sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk
memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada
bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara,
persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana
perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas
bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya

5
melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa
sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi
pembaca.Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur
dapat dirinci lagi berdasarkan ciri kedaerahan, pendidikan, dan Sikap penutur
sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut
daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam
menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal
sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya
multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi
resmi.Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik
pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan
mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang
digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, tak resmi).

D. Karakteristik Ragam Bahasa Sastra


Penggunaan bahasa sastra berbeda dengan bahasa Indonesia pada
umumnya yang lebih mendasar.Bahasa sastra menekankan penggunaan bahasa
yang lebih menarik hati pendengarnya dengan menggunakan konotasi bahasa
dan istilah istilah yang mendukung aspek keindahan dan dramatis.Berikut
merupakan beberapa ciri atau karakteristik ragam bahasa sastra :

1. Bersifat Konotatif
Konotatif adalah kata yang memiliki pengertian tambahan atau arti
sekunder di samping arti primernya. Nilai konotasi yang lebih luas dari
pengertian denotasi amat penting dalam karya sastra. Setiap kata yang
dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai pengertian. Oleh sebab itu di
dalam sastra tidak ada pengertian yang sama bila ditinjau dari sudut
kesan sensitivitas, dari sudut bunyi, dan dari sudut lambang. Setiap
pilihan kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya kata cantik,
molek, bagus, baik, anggun, indah, dari sudut denotasi mungkin artinya
sama, tetapi kesan kata-kata ini memiliki sensitivitas berbeda..
2. Bersifat Simbolis

6
Bahasa kesusastraan lebih bersifat simbolis, artinya bahasa sastra
bukan saja mengungkapkan yang tersurat, tapi juga mengungkapkan
makna yang tersirat. Hal ini berbeda dengan bahasa kewartawanan yang
lebih bersifat literal.
3. Multitafsir
Multitafsir artinya berpenafsiran ganda. Bahasa dalam sastra
cenderung mengundang penafsiran ganda dari pembacanya. Hal itu
terjadi karena sifat konotatif bahasa sastra serta pengalaman masing-
masing pembaca berbeda dan beragam. Bahkan secara ekstrem sering
dikatakan bahwa keberhasilan suatu karya sastra dapat dilihat dari ada
tidaknya sifat penafsiran ganda.
4. Memperhatikan Efek Musikalitas
Efek musikalitas adalah efek suara atau bunyi yang mampu
membangkitkan rasa merdu. Kemerduan bunyi bahasa dalam karya sastra
pada umumnya dapat dimunculkan lewat pola persajakan atau rima atau
kadang dibentuk lewat perulangan bunyi yang sama dalam setiap bait
atau kalimat.

E. Karya Sastra
Bahasa sastra memiliki fungsi yang mampu memberikan gambaran.
Bahasa sastra berhubungan lebih dalam dengan sebuah struktur sejarah bahasa
dan lebih ditekankan adanya kesadaran atas tanda.Bahasa sastra mempunyai segi
yang ekspresif. Maksudnya bahasa sastra mampu memberikan gambaran,
gagasan, serta perasaan seseorang, di mana sebisa mungkin harus dihindari dari
berbagai bahasa lainnya, seperti bahasa ilmiah dan bahasa sehari-hari.Bahasa
sastra juga mempunyai sifat yang penuh dengan asosiasi atau pergeseran makna,
yang di mana asosiasi itu mengacu pada sebuah ungkapan ataupun sebuah karya
yang telah diciptakan sebelumnya.Berikut merupakan beberapa jenis karya yang
diciptakan menggunakan bahasa sastra :

1. Puisi

7
Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan
cermat. Hal itu untuk mempertajam kesadaran orang mengenai
pengalaman serta membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama,
dan makna khusus.Oleh karena itu, kejelasan sebuah puisi sangat
tergantung pada ketetapan penggunaan kata serta kepaduan yang
membentuknya.

2. Prosa (fiktif)
Prosa adalah satu di antara bentuk dari karya sastra yang berbeda
dengan puisi. Namun, banyak yang beranggapan keduanya merupakan
karya sastra yang sama.Prosa merupakan karya sastra yang disusun dalam
bentuk cerita atau narasi. Prosa pada umumnya merupakan cangkokan dari
bentuk monolog dengan dialog.Bahasa prosa dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, prosa atau fiksi adalah karangan yang
bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah, peristiwa, dan
lain-lain.

3. Novel
Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa,
yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasa dari
bahasa Italia yaitu 'novella' yang berarti sebuah kisah atau cerita.Penulis
yang menulis sebuah novel disebut sebagai novelis. Isi novel lebih panjang
dan lebih kompleks dari isi cerpen serta tidak mempunyai batasan
struktural dan sajak.Sebuah novel biasanya menceritakan atau
menggambarkan tentang kehidupan manusia yang berinteraksi dengan
lingkungan dan sesamanya.Di dalam sebuah novel, biasanya pengarang
berusaha semaksimal mungkin memberikan arahan kepada pembaca untuk
mengetahui pesan tersembunyi seperti gambaran realita kehidupan melalui
sebuah cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.

4. Roman

8
Roman merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan
percintaan. Istilah roman berkembang di Jerman, Belanda, Prancis, dan
bagian-bagian Eropa daratan yang lain.Ada sedikit perbedaan antara
roman dan novel, yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan
roman, tetapi ukuran luas unsur ceritanya hampir sama.

5. Cerita Pendek
Cerita pendek (cerpen) merupakan bentuk karya sastra berupa prosa
naratif yang bersifat fiktif. Isinya tidak lebih dari 10.000 kata.Cerita
pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada
tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.Dalam
karangan tersebut sejatinya terdapat peristiwa lain, tetapi peristiwa
tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekadar
sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar.Hal ini
berarti dalam cerpen hanya dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang
menjadi pokok cerita saja.

6. Drama
Drama adalah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang
bertujuan menggambarkan kehidupan lewat kelakuan dan dialog para
tokoh. Umumnya, drama dirancang untuk pementasan panggung.Drama
sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah
drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan
drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau
puisi.Drama yang sebenarnya ialah jika sebuah naskah yang berisi dialog
tadi telah dipentaskan. Akan tetapi, ada naskah-naskah drama yang ditulis
tersebut dimasukkan sebagai karya sastra.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur emotif
dan bersifat konotatif sebagai kebalikan bahasa nonsastra, khususnya bahasa
ilmiah yang rasional dan denotatif.Penggunaan bahasa sastra lebih ditujukan pada
tujuan estetik karena di dalamnya hanya menggunakan unsur emotif dan bersifat
kononatif.Keberadaan bahasa sastra itu telah diakui dan diterima karena bahasa
sastra mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan bahasa
nonsastra.Bahasa sastra, tentu saja lebih dominan menggunakan ciri emotif -
konotatif sebab sastra mempunyai tujuan estetis penyampaian sesuatu yang tak
langsung.

Ragam bahasa sastra memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda


dengan ragam bahasa lain. Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter
subjektif, lentur, konotatif, kreatif, dan inovatif. Bahasa sastra ialah bahasa yang
dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan
angan-angan, penghayatan lahir dan batin, peristiwa dan khayalan dengan bentuk
istimewa. Definisi dan karakteristik bahasa sastra tersebut berbanding terbalik
dengan bahasa percakapan yang pada umumnya lebih bersifat apa adanya. Ragam
bahasa percakapan merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam waktu santai
dan tidak formal.

B. Kritik dan Saran


Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai ragam bahasa sastra.
Penyusun menyadari banyak kekurangan penulisan, maka dari itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan sebagai referensi kami
dalam penulisan makalah kedepannya. Harapan penulis, semoga makalah ini
bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Atar M, Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra, Bandung: Penerbit Angkasa.

Bachman, L.F. (1990). Fundamental Considerations in Language Testing. Oxford:


OxfordUniversity Press.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Kieraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Gramedia: Jakarta.

Kieraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT:


Nusa Indah.

Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :


Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai